Liputan6.com, Jakarta Tidak ada yang menyangka dalam proses pembuatan tenun Sumba, ada proses tidur yang harus dilakukan. Bahkan, proses tidur ini memakan waktu yang cukup lama, sehingga tenun khas dari NTT ini dapat berhasil dibuat. Seperti yang diceritakan oleh Fidelis Tasman Amat, Ketua Kelompok Penenun Lukamba Nduma Luri, Waingapu, Sumba Timur, pada Selasa (8/8/2017).
“Cara pembuatan tenun Sumba sebenarnya gampang-gampang susah, karena ada kesabaran dan tahapannya. Bahkan proses diam juga termasuk ke dalam tahapan membuat tenun Sumba,” ungkap Fidelis.
Baca Juga
Mengintip Ratusan Mainan Artistik Unik di Hong Kong Art Toy Story 2024 Jakarta, Buka Peluang Kolaborasi dengan Seniman Lokal
Garin Nugroho Rilis Film Bisu Berlatar Budaya Bali, Suara Gamelan dan Musik Elektronik Bakal Diputarkan Langsung Selama Ditonton
Saat 100 Perempuan Penari Bergerak Serempak Menarikan 38 Tarian Nusantara di Festival Art ChipelaGong
Proses diam sendiri diibaratkan dengan membiarkan seorang anak tidur. Nantinya ketika setelah selesai diwarnai dan dicelup santan kemiri, tenun Sumba harus dijemur selama satu bulan. Penjemuran pada musim panas dan musim hujan akan memberikan warna yang berbeda pada kain karena memanfaatkan pewarna dari alam.
Advertisement
Setelah dijemur, kain tidak langsung diwarnai lagi. Semua tenun akan dimasukkan ke dalam seunah keranjang dan didiamkan lagi hingga tiga bulan. Proses diam ini tidak boleh diabaikan oleh para pengrajin, karena hal ini mempengaruhi kematangan warna kain tenun Sumba.
“Jika proses ini diabaikan, maka hasilnya tidak akan betul. Warna tidak akan matang. Inilah ukuran keuletan dalam pembuatan tenun Sumba,” ujar Fidelis.