Intip Perbedaan Workaholic dan Tidak Bisa Mengatur Waktu Kerja

Apakah Anda seorang workaholic atau hanya seseorang yang tidak bisa mengoptimalkan waktu kerja? Simak cirinya berikut ini.

oleh Nabila Mecadinisa diperbarui 22 Agu 2017, 09:30 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2017, 09:30 WIB
Intip perbedaan Workaholic dan Tidak Bisa Mengatur Waktu Kerja
Apakah Anda seorang workaholic atau hanya seseorang yang tidak bisa mengoptimalkan waktu kerja? Simak cirinya berikut ini.

Liputan6.com, Jakarta Merasa pekerjaan kantor mengambil alih hidup Anda? Kemungkinannya ada dua, antara Anda seorang workaholic alias gila kerja atau memang tidak bisa mengatur waktu.
Walaupun mirip, dua hal ini merupakan hal yang berbeda. Workaholic memang cenderung tidak bisa santai dan ingin mengisi waktunya dengan kerja terus menerus.
hal itu dilakukan karena memang dia suka bekerja dan merasa ada yang hilang dalam hidupnya jika tidak bekerja. Waktu kerja orang-orang workaholic biasanya bisa sampai 45 jam seminggu, bahkan lebih.

Nah, jika seorang yang tidak bisa mengatur waktu, biasanya terpaksa bekerja di luar jam kerja karena tidak bisa memanfaatkan waktu kerjanya dengan baik. Anda termasuk ke dalam golongan yang mana? Yuk simak ulasannya dari DuitPintar.com berikut ini.

Anda seorang workaholic jika:

1. Waktu kerja seminggu lebih dari 40 jam
Jam kerja normal adalah delapan jam sehari atau 40 jam seminggu. Adapun total waktu di kantor biasanya sembilan jam (8 jam kerja + 1 jam istirahat).
Workaholic pasti bekerja lebih dari waktu yang dialokasikan tersebut.

2. Menempatkan pekerjaan di atas segalanya
Ketika ada pilihan kerja atau liburan, Anda pilih kerja. Kerja atau kumpul keluarga? Pilih kerja. Kerja atau ketemu teman-teman? Kerja.
Pokoknya kerja adalah hal utama. Bahkan seorang workaholic bisa tidak tidur seharian hanya untuk bekerja. 

3. Memanfaatkan waktu luang untuk melakukan hal-hal seputar pekerjaan
Orang lain ke mal saat weekend, Anda malah sibuk di depan komputer untuk kerja.
Bahkan saat sedang kumpul keluarga pun masih saja memikirkan pekerjaan. Sisa cuti pun menumpuk tiap tahun sampai bisa dipakai untuk cuti besar.

4.Selalu mencari alasan untuk mendapat beban kerja lebih
Pekerjaan utama sudah selesai, tapi Anda masih mencari-cari “pekerjaan” yang lain.
Misalnya melihat teman masih sibuk dengan pekerjaannya, menawarkan diri buat membantu. 

 

Anda tidak bisa mengatur waktu jika:


1. Jam kerja tidak bisa dimanfaatkan dengan maksimal
Ketika jam kerja, Anda malah sibuk main game, ngegosip, atau nonton. Akibatnya, harus lembur tiap malam atau kerja saat weekend untuk menyelesaikan pekerjaan rutin yang sudah jadi kewajiban.

2. Merasa pekerjaan tidak kunjung selesai

Karena tidak bisa memaksimalkan waktu, wajar kalau Anda merasa pekerjaan yang enteng jadi lama selesainya.

3. Sering mengeluh karena pekerjaan banyak
Berbeda dengan orang workaholic yang sering tidak sadar kalau beban kerjanya berlebihan, orang yang tidak bisa mengatur waktu justru merasa kalau pekerjaannya selalu lebih banyak dari yang seharusnya.

Ini disebabkan oleh buruknya manajemen waktu mereka, sehingga pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan saat jam kerja terpaksa dikerjakan di luar waktu tersebut.
Lebih baik yang mana?
Bila dilihat sekilas, tampaknya kondisi seorang workaholic lebih baik. Secara karier, mungkin iya. Pasti kariernya melesat karena rajin, bahkan gila kerja.
Namun secara sosial dan kesehatan, orang workaholic amatlah rentan. Kehidupan sosialnya pasti terganggu karena banyak waktunya tersita untuk bekerja. Jadi ada baiknya untuk hidup lebih semibang aktara kehidupan sosial dan pekerjaan Anda. 

Saksikan Video Menarik Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya