Serba-serbi Java Jazz Festival, dari Revolusi Perbankan sampai Pengaruhi Kunjungan Wisman

Hingga tahun ke-15 gelarannya, tujuan Java Jazz Festival belum berubah, yakni mempromosikan Indonesia lewat musik.

oleh Asnida Riani diperbarui 03 Mar 2019, 11:30 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2019, 11:30 WIB
Java Jazz Festival
Direksi Retail Banking BNI Tambok P Setyawati (kiri) memakaikan gelang TapCash pada Rizky Febian (tengah) bersama Pemimpin Divisi Komunikasi Pemasaran BNI Indomora Harahap (kanan) di BNI Lounge, Jumat, 1 Maret 2019. (dok. BNI)

Liputan6.com, Jakarta - 15 tahun sudah festival musik jazz bertaraf internasional, BNI Java Jazz Festival, hadir di tengah penikmat musik. Hal ini tentu tak lepas dari kolaborasi apik antara BNI dan PT. Java Jazz Festival sejak tahun pertama.

“Saat tahun pertama (Java Jazz Festival), saat orang banyak yang tidak percaya sama konsep kami, BNI lah salah satu perusahaan yang mendukung kami. Kami akan coba terus jalankan hubungan dengan BNI dan sponsor lain yang sejak awal sudah dukung kami," ujar Direktur Utama PT Java Festival Production Dewi Gontha lewat siaran pers yang diterima Liputan6.com, baru-baru ini.

Sementara bagi BNI, Java Jazz Festival kerap dijadikan momen untuk memperkenalkan produk perbankan terbaru. Dalam lima tahun terakhir ini saja dapat terlihat perubahan signifikan pada produk digital BNI.

Pada Java Jazz Festival 2014 hingga 2016, BNI memperkenalkan uang elektronik dalam bertransaksi di area festival dengan nama Kartu TapCash. Lalu, pada Java Jazz Festival 2017, BNI memperkenalkan produk Dompet Elektroniknya yang saat itu memang sedang booming.

Kemudian, pada Java Jazz Festival 2018, BNI memperkenalkan produk Aplikasi Pembayaran Multi Sumber Pembayaran. "Pada Java Jazz Festival 2019 ini, BNI menghadirkan gelang Tapcash, Smart Kiosk, Digital Open Account, dan Vending Machine TapCash yang membuat penonton nyaman saat datang ke BNI Java Jazz Festival 2019," kata Direktur Retail Banking BNI Tambok P Setyawati.

BNI Java Jazz Festival 2019 di usianya yang ke-15 tetap konsisten pada tujuan utama, yakni mempromosikan Indonesia melalui musik. "Kalau panggung sama seperti tahun lalu ada 11 panggung termasuk Stage Bus. Kalau untuk jumlah musisi grup asing ada 35 grup, untuk Indonesianya kurang lebih 65 grup," ungkap Dewi.

Semakin bertambah usia, perhelatan musik bertaraf internasional ini semakin digemari generasi milenial. Hal ini tidak lepas dari keberanian pihak penyelenggara melakukan manuver perubahan target audience mereka.

"Dua tahun terakhir kami mencoba mengubah target audience kami sehingga kami bisa semakin lebar dan mengajak teman-teman yang lebih muda tentunya, yang umurnya 18 hingga 34 tahun. Karena kalau kami tidak regenerasi, lama-lama tidak bertahan," tutup Dewi.

Juga, tak bisa dipungkiri bahwa Java Jazz Festival jadi salah satu magnet yang mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman). "Dari tahun pertama ada (wisman)," tutur Talitha selaku Public Relations saat ditemui Liputan6.com di area Java Jazz Festival, Sabtu, 2 Maret 2019.

Ia menambahkan, wisman yang sengaja datang untuk menonton Java Jazz didominasi dari Malaysia, Singapura, dan India. "Australia juga ada. Tapi, presetasenya masih kecil banget," Talitha menjelaskan.

Hal ini, menurutnya, tak lepas dari dukungan Kementerian Parwsata yang menyertakan Java Jazz Festival dalam kalender Wonderful Indonesia. "Kami ada di nomor tiga kalau tidak salah. Pihak penyelenggara bersyukur bisa dapat dukungan Kemenpar," tutupnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya