Jadi Author of The Day, Wajah Seno Gumira Ajidarma Terpampang di Lokasi London Book Fair 2019

London Book Fair 2019 dinilai Seno Gumira Ajidarma sebagai event strategis untuk mempromosikan buku-buku karya penulis Indonesia.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 14 Mar 2019, 10:30 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2019, 10:30 WIB
Menjadi Manusia dengan Sastra
Menjadi Manusia dengan Sastra Bersama Seno Gumira Ajidarma dan Budi Darma

London - Penulis asal Indonesia, Seno Gumira Ajidarma dinobatkan sebagai “Author of the day,” pada Rabu, 13 Maret 2019 oleh panitia London Book Fair 2019. Wajahnya kemudian terpampang di pintu masuk gedung Olympia, tempat pameran buku itu digelar.

"Kayaknya main-main aja biasanya kan Author of the year tapi ya nggak apa-apa. Memang main-main nggak boleh," ujar Seno dilansir Antara.

Lelaki kelahiran di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958, merupakan penulis dari generasi baru di sastra Indonesia itu. Ia menjadi salah satu penulis Indonesia yang tampil dalam London Book Fair 2019.

Indonesia didapuk sebagai Focus Country dalam pameran yang digelar selama tiga hari, dari 11 hingga 14 Maret 2019. Seno menilai positif penunjukanIndonesia sebagai Focus Country dalam London Book Fair 2019.

"Hanya saja, dibandingkan dengan Frankfurt Book Fair, London Book Fair lebih strategis karena bahasanya ya bahasa Inggris yang universal," ujarnya.

Menurut Seno, Indonesia sebagai Focus County di London Book Fair cukup bagus dan sepertinya tampilan Indonesia pun sudah maksimal. "Sesuai harapan karena semua ide sudah dikeluarkan," tambahnya.

Beberapa buku karya Seno adalah Atas Nama Malam, Wisanggeni-Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola Tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja. Dia juga terkenal karena dia menulis tentang situasi di Timor Timur tempo dulu.

Buku terakhir Seno berjudul Transit. Meskipun sebagai penulis yang fenomenal, Seno mengaku bahwa banyak tetangganya yang tidak tahu Seno. "Tetangga saya tidak tahu saya siapa," ujarnya.

Seno Gumira Ajidarma sebelumnya juga pernah mendapatkan SEA Write Award (1987), Dinny O’Hearn Prize for Literary (1997), Khatulistiwa Literary Award 2005 dan menolak Ahmad Bakrie Award (2012).

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya