Sosok Inspiratif, Dea Valencia Pengusaha Muda Pemilik Batik Kultur

Dea Valencia mulai memasuki dunia perkuliahan saat ia masih berumur 15 tahun, dan sudah meraih gelar sarjana di usia 19 tahun.

oleh Putu Elmira diperbarui 25 Mar 2019, 08:15 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2019, 08:15 WIB
Dea Valencia Founder Batik Kultur
Dea Valencia. (dok. Batik Kultur/Indah Permata Niska)

Liputan6.com, Jakarta - Dea Valencia adalah pengusaha muda sekaligus pendiri Batik Kultur. Perempuan kelahiran Semarang, 14 Februari 1994 ini mengawali perjalanannya dengan berdagang Batik Lawas milik ibunya. Sejak kecil, Dea memang sudah dikenalkan dengan Batik.

Dea mengerti betul tentang proses pembuatan Batik Tulis dari hulu ke hilir. Berawal dari satu orang penjahit di sudut rumahnya, kisah Batik Kultur dimulai. 

"Semua ini aku mulai dari membantu mama menjual koleksi Batik yang kebanyakan adalah Batik Lawas. Saat itu dalam bentuk kain, sambil berjualan juga sambil mempelajari," kata Dea Valencia saat Grand Opening Batik Kultur di Kaca Coffe and Eatry, Jakarta, Sabtu 23 Maret 2019.

Tidak hanya dari berjualan Batik, ia kerap membaca buku yang berkaitan dengan Batik. Sejak itulah, ia mulai jatuh cinta pada Batik dan muncul ide untuk berjualan baju dari Batik Lawasan.

Batik Kultur bermula dari keinginan Dea memiliki baju cantik seperti yang ia mau. Meskipun tidak bisa beli baju yang ia inginkan, Dea terpikir untuk mengunting-gunting Batik Lawas dan kemudian dijahit dengan model yang diinginkan.

Berawal dari satu orang penjahit di sudut rumahnya, kisah Batik Kultur dimulai. Dea sendiri yang mendesain produk Batik Kultur. Karena tak bisa menggambar, Dea mengandalkan imajinasi lalu ditransfer ke seorang juru gambar kepercayaannya.

"Saya tidak ingin menjual barang yang saya sendiri tak suka," tambahnya. Hal ini pula yang menjadi rahasia sukses Batik Kultur di tangan Dea Valencia.

Batik Kultur mendapat respons yang luar biasa dari pemasaran digital yang memang marak dalam beberapa tahun terakhir. Dea Valencia mengakui, kesuksesan Batik Kultur tak lepas dari peran media sosial seperti Facebook dan Instagram.

Di usia yang terbilang sangat muda, Dea sudah bisa meraih omzet ratusan juta dalam satu bulan. Namun, kesuksesannya tidak diraih dalam sekejap mata. Semua berkat ketekunan dan kerja keras dalam menggeluti usaha yang dijalani.

Anak dari pasangan Ariyani Utoyo dan Iskiworo Budiarto ini tidak bekerja sendiri di dalam mengembangkan usaha batiknya. Ia dibantu dan didukung penuh oleh ibunya.

Ia juga dibantu oleh beberapa karyawan, yang hebatnya adalah para penyandang disabilitas yang memiliki semangat dan kerja keras dalam membantu mengangkat Batik Kultur. Hingga kini, sekitar 120 orang karyawan termasuk 50 orang pekerja penyandang disabilitas berada di balik label Batik Kultur.

Soal mempekerjakan karyawan penyandang disabilitas, Dea memiliki alasan tersendiri. "Aku ingin memberikan mereka kesempatan untuk memberikan kontribusinya di balik perbedaan mereka. Ternyata banyak pelajaran yang bisa diambil seperti ketekunan dan semangat untuk belajar," ujar perempuan berusia 25 tahun ini.

Ternyata Dea Valencia memasuki dunia perkuliahan saat ia masih berumur 15 tahun dan sudah meraih gelar sarjana di usia 19 tahun. Dea menjelaskan yang memotivasi awal untuk berjualan Batik adalah hanya ingin mencari uang sendiri dengan hasil penjualan Batik.

"Ingin melanjutkan sekolah ke luar negeri, dan akhirnya sampai sekarang belum kesampaian dan melanjutkan bisnis batik ini," jelas Dea. (Indah Permata Niska)

Saksikan video pilihan di bawah ini :

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya