Lestarikan Seni Ukir, Mowilex Apresiasi Pengrajin Kayu Bali Lewat Buku

Mowilex Indonesia mempersembahkan sebuah buku sebagai bentuk komitmen untuk melestarikan seni ukir.

oleh Putu Elmira diperbarui 16 Jun 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2019, 21:00 WIB
Balinese Woodcarving - A Heritage to Treasure
Balinese Woodcarving - A Heritage to Treasure (Liputan6.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Ubud - Ada beragam langkah yang dapat ditempuh untuk memberi apresiasi lebih khususnya kepada para seniman. Satu di antaranya adalah persembahan Mowilex Indonesia yang merilis buku bertajuk Balinese Woodcarving - A Heritage to Treasure.

Buku ini merupakan bentuk penghargaan Mowilex bagi para pengrajin kayu Bali. Di sisi lain sebagai wujud komitmen perusahaan produsen produk cat tersebut untuk melestarikan seni ukir serta kerajinan kayu di Pulau Dewata.

"Ini kesempatan kita untuk menghargai para seniman dan itu yang menjadi latar belakang dari peluncuran buku ini," kata Niko Safavi, Presiden Direktur Mowilex Indonesia di Agung Rai Museum of Art (ARMA) Gallery and Museum, Ubud, Bali, Jumat, 14 Juni 2019.

Buku yang dicetak di Italia ini merangkum cerita hidup lima maestro ahli seni ukir kayu Bali yang meliputi I Made Ada, I Wayan Mudana, I Wayan Muka, I Nyoman Edi Suardana, serta I Wayan Suwija.

Selain itu, buku Balinese Woodcarving - A Heritage to Treasure juga mengungkap bagaimana kelima maestro mencurahkan hidup untuk memelihara budaya dan seni ukir kayu.

"Dengan diluncurkan buku ini, semoga memberi satu semangat untuk bekerja dan melestarikan seni budaya kita. Mudah-mudahan ke depan generasi muda lebih tertarik dan bangga menjadi seniman," ungkap Nyoman Darmawan, perwakilan seniman ukir pada kesempatan yang sama.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Buku Tidak Dijual

Balinese Woodcarving - A Heritage to Treasure
Peluncuran buku Balinese Woodcarving - A Heritage to Treasure. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Buku Balinese Woodcarving - A Heritage to Treasure tak hanya mengangkat kisah kelima maestro ahli seni ukir kayu Bali, tetapi juga mengungkap tujuan sakral, elemen interior khas, serta kerajinan Bali yang unik.

Sementara, perlu diketahui bahwa buku ini tidak dijual untuk umum. Hal tersebut disampaikan oleh Zubairi, Business Development Mowilex Indonesia.

"Kita nggak jual bukunya tapi menyebarkan ke semua komunitas hotel, perpustakaan, kafe-kafe semacam book kafe," ungkap Zubairi.

Buku setebal 133 halaman ini dicetak sebanyak 1000 eksemplar. Pendistribusiannya terbagi atas 600 buku di wilayah Pulau Dewata, sedangkan sisanya yaitu 400 disebar di luar Bali.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya