Survei: Hanya 3 dari 10 Suami yang Mau Bantu Istri dalam Urusan Dapur

Padahal, suami yang membantu urusan rumah tangga, termasuk urusan dapur, dapat membuat kehidupan pernikahan lebih bahagia.

oleh Asnida Riani diperbarui 26 Agu 2019, 22:03 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2019, 22:03 WIB
"Koki Muda Sejati", Upaya Tingkatkan Kesetaraan Pasutri Dalam Hal Dapur
Narasumber dan peserta program Koki Muda Sejati berfoto setelah selesai acara yang diselenggarakan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan pada Senin (26/8/2019). (dok. liputan6.com/Novi Thedora)

Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 26 Agustus diperingati sebagai Hari Kesetaraan Perempuan. Tujuan dari peringatan ini adalah untuk mengangkat isu tentang keseimbangan peran sosial budaya antara laki-laki dan perempuan, terutama urusan rumah tangga, termasuk masalah dapur.

Sebuat riset Hill Asean Studies 2018 digelar untuk mencari tahu masalah kesetaraan itu. Survei yang mengambil responden di Indonesia itu menunjukkan enam dari 10 istri bekerja dan membantu finansial keluarga, sedangkan suami yang membantu pekerjaan rumah tangga seperti memasak hanya tiga dari 10 suami.

Roslina Verauli, seorang psikolog keluarga yang sekaligus menjadi narasumber kegiatan ini mengatakan bahwa suami yang membantu istri memasak dapat membuatnya merasa lebih bahagia.

"Jika ada suami yang lebih agresif dan merasa superior, akan membuat self-esteem istri menurun dan membuatnya lebih tidak bahagia," ungkap Vera dalam peluncuran Koki Muda Sejati, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (26/8/2019).

Selain berdampak pada hubungan suami-istri, adanya kekompakan antara ayah dan ibu di dapur juga dapat berdampak pada psikologis anak, terutama anak laki- laki. Disinyalir, jika anak melihat ayah membantu ibunya dalam urusan rumah tangga, anak laki-laki dapat mengambil sisi maskulin tentang bagaimana seorang laki-laki harus berperilaku terhadap wanita. Ke depannya, anak juga menjadi penganut sistem egaliter (setara) dengan pasangannya.

"Ketika anak laki-laki mengamati ayahnya turut serta, dia tahu bahwa melibatkan diri dan bekerja sama sebagai partner sebetulnya tidak berkaitan dengan peran gender, melainkan hubungan sebagai keluarga," tambahnya lagi.

Adanya keharmonisan dalam urusan pembagian tugas dapur ini juga dapat mencegah perceraian. Lima faktor utama perceraian adalah masalah finansial, perselingkuhan, seksualitas, komunikasi dan pembagian peran.

"Pembagian peran yang tidak seimbang itu melelahkan. Nanti akan ada salah satu yang merasa enough is enough," ujar psikolog berusia 42 tahun ini.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Koki Muda Sejati

"Koki Muda Sejati", Upaya Tingkatkan Kesetaraan Pasutri Dalam Hal Dapur
Ilustrasi suami-istri memasak di dapur. (dok. unsplash/Novi Thedora)

 

Salah satu acara yang mengusung isu kesetaraan antara lelaki dan perempuan adalah "Koki Muda Sejati" yang diselenggarakan oleh Kecap ABC.

Acara ini ditujukan kepada remaja laki-laki dari usia 15-17 tahun agar mereka dapat belajar pentingnya mengetahui cara memasak serta membekali mereka mindset tentang menjadi pasangan yang setara di dapur saat sudah menikah nanti. Kegiatan ini juga terinspirasi dari kasus yang sempat viral di sosial media tentang suami yang bertengkar dengan istrinya karena belum memasak karena baru pulang kerja.

"Isu kesetaraan, terutama dalam pembagian tugas memasak merupakan isu yang paling melekat pada brand kami. Kami ingin generasi muda, terutama laki-laki dapat belajar untuk memasak sehingga bisa setara dengan pasangannya," kata Dhiren Amin, Direktur Marketing dan R&D Kraft Heinz.

Program Koki Muda Sejati akan melibatkan siswa laki-laki dari 50 sekolah menengah atas di Jabodetabek. Acara ini merupakan lanjutan dari program Suami Sejati Masak yang telah dilakukan pada Hari Ibu dan bulan Ramadan lalu. (Novi Thedora)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya