Liputan6.com, Jakarta Sekarang yang lagi heboh adalah Film Joker di mana pemeran utamanya mengalami gangguan kesehatan mental. Tapi kamu pasti enggak menyangka kalau ternyata kesehatan mental dapat disebabkan karena hal-hal kecil.
Salah satunya adalah masalah rambut. Lho kok bisa sih? Dalam acara Dove X Fimelahood dengan Campaign #RambutAkuKataAku dijelaskan, kalau ternyata rambut menjadi salah satu bagian dari penampilan yang dijadikan standar kecantikan.
Baca Juga
Clinical Psychologist Intan Erlita menyatakan bahwa tak sedikit orang menilai kalau perempuan cantik itu adalah mereka yang punya tubuh langsing, kulit putih, dan berambut lurus.
Advertisement
"Itulah stereotip yang menempel dan membuat para perempuan yang tidak masuk kriteria tersebut menilai bahwa dirinya tidak cantik," jelas Intan di The Hermitage Hotel, Menteng, Kamis (10/10).
Ketika stereotip itu melekat dipikiranmu, apa yang akan terjadi? Pastinya kamu berusaha tampil mengikuti apa yang ingin dilihat orang lain. Nah yang paling sering dibahas para perempuan kebanyakan adalah model rambut.
Artis cantik Dian Sastro misalnya. Dalam acara itu, Dian mengaku bahwa dia adalah tipe orang yang suka gonta-ganti gaya rambut. Dipanjangin, dipendekin, diwarnain, semua pernah dilakukannya. Tapi ketika dia mengubah penampilannya, tak sedikit warganet yang memberi penilaian tajam.
"Pernah posting model rambut baru. Terus aku lihat komentar netizen sudah banyak banget. Buat mereka yang bagus itu rambut panjang menggelora. Padahal kan enggak. Mereka harusnya lebih open minded. Pernah punya perasaan enggak sih abis potong rambut, terus kita sendiri masih belum biasa dengan potongan rambut yang baru? Jadi kayak masih cari bagusnya belah tengah atau belah pinggir? Komentar itu yang bikin jadi enggak pede melihat postingan aku sendiri," kata Dian.
Buang Stereotip
Sayangnya, banyak banget para perempuan, khususnya, yang terkungkung pada standar kecantikan. Berbagai cara dilakukan, agar dipandang sama sesuai standarnya. Soal rambut, enggak sedikit perempuan yang berambut keriting, memilih untuk meluruskan rambut dengan smoothing. Jika rambutnya kurang hitam, mereka memilih untuk lebih menggelapkannya.
Editor in Chief Fimela, Amelia Ayu Kinanti mengutarakan bahwa selama ini portal terpercaya andalan perempuan Indonesia selalu mengedukasi melalui artikel yang ditayangkan.
"Komitmen kami jelas agar para pembaca tak terjebak pada standar kecantikan tertentu. Maka kami menghadirkan berbagai artikel untuk segala jenis rambut. Itu karena semua perempuan berhak mendapatkan kecantikannya," jelas Ayu.
Senior Brand Manager Dove dan TRESemmé, Miranti Burhan pun membeberkan hasil riset Dove pada 2017. Ternyata 86 persen orang Indonesia merasa dirinya tidak cantik. Juga 58 persen merasa kesuksesan didapat dari penampilan.
Maka dari itu, melalui acara ini Dove ingin mengedukasi Fimelahood agar menyebarkan informasi positif mengenai kesehatan mental dan stereotip seputar kecantikan.
"Dove berkomitmen untuk meningkatkan rasa percaya diri perempuan terutama di Indonesia karena semua orang berhak merasa cantik, dimulai dari rambut," kata Miranti.
Lewat acara ini, Dian menambahkan agar para perempuan Indonesia harus lebih yakin dan percaya diri dengan apa yang dimiliki. Ketika sudah mengenali diri sendiri, Dian berharap agar perempuan Indonesia bisa lebih mandiri.
"Untuk menghadapi stigma negatif konsep kecantikan yang sudah terlanjut stereotip, perempuan jadi harus bisa mandiri dan mendikte konsep cantik diri kamu sendiri. Enggak perlu mengikuti kata netizen, " katanya.
Aktivitas Seru
Tanpa perlu merasa malu atas semua perbedaan jenis rambut dan fisik dengan perempuan lain yang menjadi masalah kesehatan mental, Mutia Ribowo dari Art Therapy Jakarta, dalam materinya menyampaikan tentang self-awareness. Menurutnya self-awareness menjadi kunci utama dalam proses pemulihan kesehatan mental.
Pemulihan kesehatan mental itu dilakukan singkat dengan kegiatan seru, yaitu Dual Self Potrait. Puluhan peserta terlihat antusias ketika dibagikan lembaran kertas dan pensil warna. Ya, mereka diminta untuk bersikap jujur dalam mengintrospeksi diri dengan menggambarkan serta menuliskan outer dan inner self mereka.
"Manfaat kegiatan yang didapat dari kegiatan ini adalah peserta dapat dengan jujur mengenali dirinya, mawas diri, mengakui jati dirinya, serta berani untuk meminta pertolongan dan memulai perjalanan penyembuhan kondisi mental mereka," jelas Mutia.
(Adv)