Liputan6.com, Jakarta - Pencemaran di daratan ataupun lautan oleh sampah plastik telah menyadarkan manusia untuk lebih mencintai Bumi. Selain terurai dalam jangka waktu ratusan tahun, limbah plastik dapat membuat beberapa biota laut kehilangan tempat tinggalnya.
Permasalahan limbah plastik ini pun menjadi perhatian bagi perusahaan makanan, seperti McDonald’s dan Starbucks. Keduanya secara perlahan mulai menghilangkan penggunaan plastik, seperti sedotan dan styrofoam.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir dari Forbes.com, Selasa, 10 Desember 2019, pada 2020 akan lebih banyak lagi perusahaan yang melakukan gerakan anti-plasik. Bahkan, di beberapa daerah Indonesia seperti Bogor yang tertera dalam Peraturan Bupati (Perbup) No. 13 Tahun 2019 tentang Pengurangan Penggunaan Plastik dan Styrofoam.
Tidak hanya itu, pada 2020 akan menjadi pemandangan yang wajar jika masyarakat berkunjung ke sebuah restoran dengan membawa tempat makan sendiri sebagai wadah untuk menampung sisa makanan. Beberapa pemilik restoran pun tidak keberatan akan hal itu jika dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan plastik.
Dikutip dari hasil diskusi Micheline Maynard dengan Jeff Lewis, pemilik Seafood Sam’s di Cape Cod, Amerika Serikat di Forbes.com, Lewis telah mulai menghilangkan benda sekali pakai dari restorannya di Sandwich, Massachusett.
Awal mula muncul ide untuk menghilangkan barang sekali pakai dari restorannya ialah Lewis mulai berpikir bahwa ia tidak mungkin menyediakan makanan dengan benda yang justru bisa membahayakan bahan dasar olahan menunya.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Pengganti Plastik
Sejak saat itu, tempat makan Seafood Sam’s melakukan beberapa langkah perubahan, seperti mengganti plastik dengan kertas dan daun kubis. Meskipun pada awalnya harus mengeluarkan biaya yang cukup banyak dan ada beberapa konsumen yang tidak menyukainya, perubahan kecil tersebut membuat perusahaan Seafood Sam’s mengurangi jumlah produksi sampah, yang tadinya sebanyak lima kantong menjadi dua kantong.
Pada 2020, Lewis mengatakan akan mengeluarkan produk barunya, yaitu sedotan yang terbuat dari pasta. Hal ini bisa menjadi terobosan terbaru yang dapat melindungi Bumi dari bahaya sampah.
Selain di restoran, moda transportasi pun turut serta dalam kampanye lindungi Bumi dari sampah plastik. Beberapa perusahaan kereta api di Kanada, Inggris, India, dan Uni Eropa mulai membahas masalah penggunaan botol plastik, sedotan, dan tas plastik yang harus dikurangi.
Dalam survei 2018 terhadap 12.250 orang penumpang Amtrack, salah satu layanan kereta api penumpang antarkota di Amerika, 69 persen mengatakan tidak keberatan untuk mendaur ulang sampahnya. Permasalahannya, Amtrack selalu menyediakan tempat yang bisa digunakan untuk menampun barang-barang yang bisa di daur ulang. Hanya 26 persen penumpang yang menyatakan mampu menemukan tempat untuk daur ulang di Amtrack.
Advertisement