Lawan Malnutrisi dengan Makanan Super Khas Indonesia

Siapa bilang makanan super itu serba impor?

oleh Dinny Mutiah diperbarui 28 Jan 2020, 20:03 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2020, 20:03 WIB
Bahan Pangan Khas Indonesia
Beragam makanan super khas Indonesia, termasuk okra dan daun kelor. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Siapa bilang makanan super itu harus diimpor? Banyak tanaman Indonesia yang justru tumbuh liar di jalanan bisa memberikan manfaat serupa yang bahkan bisa membantu mengatasi malnutrisi.

Ahli gizi, dr. Diana F. Suganda, MKes, Sp.GK, menerangkan malnutrisi tidak semata mereka yang kekurangan gizi, tetapi juga mereka yang mengalami kelebihan asupan alias obesitas. Makanan super bisa membantu menyeimbangkan kebutuhan nutrisi seseorang.

Sebut saja daun kelor. Tumbuhan yang dikenal di luar negeri sebagai moringga itu dikategorikan super food. Pasalnya, daun hijau berukuran kecil itu kaya akan kalsium, zat besi, vitamin A, dan vitamin C.

"Bisa nambah gizi di sayur sop daripada isiannya hanya wortel dan seledri. Rasanya juga enak," kata dia dalam peluncuran 'Ayo Masak Lezat Sesuai Isi Piringku' di Jakarta, Selasa (28/1/2020).

Ada lagi pokcoy, sayuran hijau yang tinggi serat dan juga kaya vitamin B dan zinc. Pokcoy bisa membantu mengatasi masalah anemia yang banyak diidap kaum perempuan di Indonesia.

Sementara, sawi yang sering dijadikan sayuran pelengkap dalam mi ayam juga tinggi kandungan zinc. "Zinc itu berfungsi untuk meningkatkan imunitas," katanya.

Ada lagi okra sebagai makanan super. Makanan yang mirip oyong tetapi lebih banyak lendir. Menurut Diana, okra bisa menjadi pengganti daun mint atau lemon sebagai infused water. Kandungan gizi di dalamnya dipercaya baik untuk menjaga kesehatan kulit.

"Rasanya awalnya memang agak aneh, tapi kalau belum biasa," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Isi Piringku

Program Nutri Menu untuk Atasi Malnutrisi
Peluncuran program Nutri Menu yang diinisiasi Royco di Jakarta, Selasa (28/1/2020). (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Sayang, banyak sayuran lokal yang bernutrisi tinggi tersebut mulai sulit diperoleh. Menurut Hernie Rahardja, Director of Foods & Beverages PT. Unilever Indonesia, Tbk, hal itu tak lepas dari standarisasi yang terjadi.

Padahal, pola makan yang baik semestinya mengonsumsi berbagai macam jenis makanan. "Harus ada diversity on eating. Tidak hanya bagus buat kita, bagus juga buat Bumi," ujarnya.

Di sisi lain, masih banyak orangtua yang menganggap pemenuhan nutrisi anak sebagai sesuatu yang sulit. Faktanya, banyak sumber makanan di sekitar mereka bisa dimanfaatkan.

Maka itu, Royco melalui program Nutrimenu mengintervensi para ibu dan remaja putri tentang pengetahuan gizi. Dimulai di Kabupaten Garut dengan sasaran 5.000 ibu dan remaja putri, mereka selama 21 hari diberikan pengetahuan tentang konsep gizi seimbang, perilaku hidup bersih dan sehat, cara memasak, dan panduan menu.

"Kenapa di Garut, karena di sana kasus stunting-nya termasuk yang tertinggi di Jawa Barat. 43,2 persen," kata Ratu Mirah Afifah, Division Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Unilever Indonesia Foundation.

Setelah diintervensi, ada perubahan signifikan terkait pengetahuan, sikap, dan praktik keseharian para ibu itu. "Sekitar tiga per empat peserta program Royco Nutrimenu (75 persen) kini sudah dapat menyusun porsi pangan sumber karbohidrat, lauk pauk, sayuran dan buah dengan benar," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya