Liputan6.com, Jakarta - Nyaris segala aspek ekonomi dihantam badai pandemi corona Covid-19. Bisnis fesyen pun demikian, termasuk usaha yang dimiliki desainer baju pengantin Myrna Myura.
Meski mengaku kuota pesanan sebenarnya sudah penuh hingga Januari tahun depan, Myrna menyebut corona membuatnya tak memiliki pemasukan sama sekali selama tiga minggu terakhir. Padahal saat normal, selalu ada saja pendapatan masuk setiap hari.
"(Sebelum corona) klien tiap hari lima. Weekend bisa 15-10. Sekarang seminggu sekali yang datang," kata Myrna dalam diskusi virtual bertema Surviving and Pushing Creativity in Wedding Industry yang digelar Jouska, Kamis (16/4/2020).
Advertisement
Baca Juga
Ia baru menyadari dampak corona sangat dahsyat bagi kelangsungan bisnisnya sekitar lima hari yang lalu. Itu pun setelah berkonsultasi dengan staf keuangan. Selama ini, ia tetap santai karena yakin pemasukan lancar karena sederet kontrak sudah disegel.
"Slotnya sudah terisi tiap bulan, kuota sampai awal tahun tercukupi. Tapi, ya ini pemasukannya tertunda hingga tidak tahu kapan. Gue kan sudah invest banyak di awal tahun, sementara seminggu corona itu situasi udah berubah banget," celotehnya.
Myrna pun mulai panik dan stres. Ia bahkan mengaku tidak nafsu makan akibat situasi perusahaan yang baru disadarinya. Setelah berkonsultasi dengan rekannya, ia akhirnya mengambil langkah ekstrem demi menyelamatkan 25 karyawannya yang sebelumnya digaji penuh.
"Gue harus bikin keputusan yang besar dan berat buat semua karyawan tapi kita semua bisa survive. Merenegosiasi gaji sama karyawan dan banyak sih, harus putar otak," ungkap desainer kebaya berjuluk Ratu Condet tanpa menyebutkan besaran pemotongan gaji.
Drama mempertahankan kelangsungan bisnis kini masih dihadapinya. Pasalnya, tak semua karyawan sepakat dengan pemotongan gaji meski sudah dijelaskan bahwa kondisi keuangan perusahaan harus diselamatkan.
"Mereka hanya lihat jangka waktu pendek, sementara aku lihatnya jangka waktu panjang. Biar sedikit tapi semua tergaji," kata dia.
Kreativitas dan Drama
Ia berusaha meyakinkan mereka yang tak sepakat dengan janji akan meningkatkan gaji mereka bila situasi sudah membaik. Ia juga mengajak para karyawan untuk berpikir cara mencari pendapatan dalam kondisi sulit akibat pandemi.
"Di masa krisis itu jadi kelihatan mana yang loyal, mana yang tidak," ujarnya.
Untuk itulah, Myrna kini memiliki program konsultasi online bagi para kliennya. Awalnya tak mudah karena klien ragu akan berhasil. Belakangan, mulai banyak klien yang sepakat dengan sistem online sehingga Myrna mulai bisa mendapatkan pemasukan meski sedikit.
Kalau pun ada yang harus menjalani fitting langsung, Myrna sangat menjaga jarak. Ia hanya bersedia menerima klien di ruangannya maksimal dua orang saja dan semua yang hadir harus memakai masker. Tetapi, sedapat mungkin ia meminimalkan kontak fisik demi meminimalkan risiko penyebaran Covid-19.
"Kalau konsultasi online, gue setidaknya bisa dapat DP," kata dia.
Penghematan lain yang dilakukannya adalah dengan membongkar isi gudang. Ia memanfaatkan banyak bahan yang tersisa untuk diolah menjadi busana baru. Sementara yang tidak bisa terpakai, ia jual.
"Alhamdulillah punya harta karun. Kita lihat, manfaatkan, biar jadi cuan. Insya Allah," ujarnya sembari berusaha agar klien segera membayar pesanan yang sudah selesai.
Ia juga sempat memanfaatkan kain perca untuk membuat masker kain berhias swarovski. Ia juga mengalokasikan sebagian karyawan untuk membuat APD. Namun, semuanya bukan untuk mendapat untung.
"Ya emang lagi krisis, banyak juga yang beralih garap APD. Tapi bagi gue, APD tidak untuk dicuankan. Menurut gue, masih banyak jalan untuk dapat cuan," ujarnya.
Advertisement