Cerita Akhir Pekan: Beragam Metode Belajar di Rumah yang Efektif di Berbagai Negara

Cerita Akhir Pekan kali ini membahas metode pembelajaran dari rumah jadi pilihan bagi guru dan murid selama masa pandemi corona Covid.

oleh Komarudin diperbarui 14 Jun 2020, 10:11 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2020, 10:03 WIB
Ilustrasi e-learning, belajar online, belajar daring
Ilustrasi e-learning, belajar online, belajar daring. Kredit: Sandra Schoen via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona Covid-19 yang terjadi di dunia membuat berbagai negara membuat kebijakan baru tentang pendidikan. Pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka secara langsung antara guru dan siswa, berubah menjadi belajar di rumah.

Kebijakan belajar di rumah dilaksanakan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Hal itu dilakukan untuk menghambat penyebaran virus corona Covid-19.

Pandemi tak menyurutkan langkah negara-negara untuk mencerdaskan warganya. Berbagai upaya dilakukan agar transfer pengetahuan antara guru dan murid tetap berlangsung.

Aktivitas belajar di rumah dalam masa pandemi mengandalkan kekuatan teknologi dan telekomunikasi, yaitu internet. Belajar dari rumah dilakukan lewat daring (dalam jaringan) atau online.

Berbagai metode belajar berbasiskan teknologi dan telekomunikasi itu pun dilakukan. Ragam sarana belajar menjadi kian dikenal publik dan anak-anak.

Beberapa di antaranya Zoom, Google Form, Google Class Room, WhatsApp, Instagram, televisi. Semua itu digunakan untuk bisa saling berkomunikasi antara guru dan murid. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Dari Zoom ke Microsoft Teams

Ilustrasi e-learning, belajar online, belajar daring
Ilustrasi e-learning, belajar online, belajar daring. Kredit: Geralt via Pixabay

Beberapa negara menggunakan e-learning. Mereka memakai berbagai jenis aplikasi seperti Zoom. Beberapa di antaranya sempat menggunakan Zoom dalam proses belajar mengajar secara online, seperti Malaysia, Singapura, Taiwan, Amerika Serikat.

Daya tarik aplikasi Zoom adalah kemampuannya untuk menampung sebanyak 100 pengguna secara bersamaan untuk panggilan video. Hal itu cocok untuk sekolah yang membutuhkan skala besar.

Namun, belakangan otoritas pendidikan di sana melarang untuk menggunakan Zoom untuk keperluan belajar online, salah satunya terkait Zoombombing.

Zoombombing merupakan serangan cyber berupa gangguan dari luar yang membajak video konferensi dengan mengirim beragam gambar tak pantas atau ujaran kebencian disertai ancaman. Hal tersebut membuat interaksi secara online menjadi terhenti.

Dari Zoom kemudian banyak sekolah di Amerika Serikat yang menggunakan Microsoft Teams. Microsoft Teams adalah hub digital yang menyatukan percakapan, konten, penugasan, dan aplikasi di satu tempat, memungkinkan guru menciptakan lingkungan belajar yang dinamis, seperti dilansir dari laman Telkom University.

Dengan aplikasi itu memungkinkan siswa dan guru dapat tetap berkomunikasi dan saling membantu  percakapan, dan dapat merasa seperti mereka bertemu langsung menggunakan pertemuan langsung.

Tips Mendampingi Anak Belajar dari Rumah

Siswa di China Belajar Secara Daring
Siswa Sekolah Dasar, Gao Yingyan mengikuti kelas daring (online) di rumahnya di Nanchang, Provinsi Jiangxi, 10 Februari 2020. Karena sekolah-sekolah di China diwajibkan menunda permulaan semester, para siswa di Provinsi Jiangxi didorong belajar di rumah dengan berbagai cara. (Xinhua/Peng Zhaozhi)

Keberhasilan belajar secara online, tentu lebih maksimal jika saat belajar anak didampingi oleh orangtuanya. Menurut Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) membagikan tips mendampingi anak belajar dari rumah, kepada Liputan6.com, Jumat, 12 Juni 2020.

Pertama, ciptakan suasana rumah yang aman dan nyaman, misalnya tidak ada suara televisi, musik keras atau percakapan yang lantang saat anak sedang bersiap untuk belajar atau sedang proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Kedua, ciptakan suasana positif yang mendukung proses belajar mengajar. Orangtua dapat mendampingi anak saat anak PJJ secara daring dan memastikan bahwa anak tidak membuka konten-konten kekerasan atau pornografi saat belajar atau mengerjakan tugas PJJ-nya secara daring.

Ketiga, berlakukan proses belajar mengajar di rumah dengan disiplin. Misalnya anak harus mulai belajar, istirahat, melanjutkan belajar, makan dan beribadah. Keteraturan anak perlu dijaga, termasuk dampak radiasi dan kelelahan mata akibat mengerjakan tugas secara daring.

Keempat, berikan ekspektasi (harapan atau keyakinan) yang realistis untuk waktu belajar anak, waktu belajar di rumah tidak harus sama dengan waktu belajar di sekolah. Jika orangtua stres, maka akan mudah marah sehingga anak jadi tertekan selama proses pembelajaran.

Kelima, orangtua jangan stres, pastikan kondisi orang tua baik sehingga dapat melaksanakan proses pendampingan dengan baik pula.

Keenam, pendampingan belajar mengajar bisa bergantian antara ibu dan ayah, sehingga pembagian peran orang tua dapat dilakukan dan anak akan mendapatkan suasana belajar yang berbeda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya