Liputan6.com, Jakarta - Hamil di tengah pandemi corona Covid-19 tentunya tidak pernah dibayangkan oleh Popi dan suaminya. Namun saat mengetahui dirinya hamil pada Januari lalu, mereka tentu tak menyangka kalau wabah corona juga melanda Indonesia dan bahkan hampir semua negara.
Namun di sisi lain, Popi dan suami sudah cukup lama menantikan anak kedua setelah dikaruniai anak pertama pada 2013. Mereka pun makin sennag setelah mengetahui calon bayi mereka adalah perempuan karena anak pertama laki-laki.
Popi dan suami tadinya berencana melahirkan di rumah sakit tempat ia melahirkan anak pertamanya di kawasan Jakarta Pusat. Namun saat wabah corona mulai terjadi di Indonesia, ia mendapat informasi kalau Rumah sakit tempat dia berencana melakukan persalinan digunakan untuk menangani pasien Covid-19 dan sedang kekurangan APD (alat pelindung diri).
Advertisement
Baca Juga
Jadi kalau ia mau melahirkan, maka harus masuk UGD (Unit Gawat Darurat) terlebih dahulu. Ia dan suami pun memutuskan untuk berganti rumah sakit yang juga berada di kawasan Jakarta Pusat. Popi pun sudah beberapa kali menjalani pemeriksaan di rumah sakit tersebut.
"Waktu masih awal-awal pandemi dan penerapan PSBB ya prosedurnya nggak jauh beda seperti biasanya. Paling ya harus memakai masker dan cuci tangan. Tapi setelah beberapa kali, kalo nggak salah pas bulan Mei, harus ada protokol kesehatan sebelum dan sesudah diperiksa. Ya biayanya sekitar 200 sampai 300 ribu rupiah tiap kali kunjungan. Terus biaya untuk melahirkan juga naik karena biaya buat protokol kesehatannya lebih besar," terang Popi pada Liputan6.com, Kamis, 9 Juli 2020.
Karena biaya melahirkan naik sampai sekitar 50 persen yang bisa mencapai sekitar Rp20 juta sampai Rp30 juta, Popi dan suami pun mencari altternatif lain. Mereka pun mendapat informasi dari beberapa teman tentang klinik bersalin yang tak jauh dari rumah mereka. Mereka akhirnya lebih memilih klinik bersalin yang biayanya jauh lebih kecil tapi tetap terjamin dan bisa dipercaya.
"Tadinya suami sempat kurang setuju karena dia lebih percaya sama dokter spesialis. Tapi setelah mendengar pengalaman beberapa teman, kita akhirnya sepakat memilih klinik bersalin walaupun cuma ditangani bidan. Tapi mereka bidan yang berpengalaman dan sekali menangani persalinan bisa empat sama lima orang bidan yang turun tangan," ucap Popi.
Untuk biaya diperkirakan tidak sampai Rp10 juta, bahkan bisa memakai BPJS sehingga bisa lebih menghemat biaya lagi. Meski begitu, suami Popi tetap mempersiapkan bujet lebih kalau terjadi sesuatu yang tak diinginkan dan Popi harus melahirkan di rumah sakit. Lalu, bagaimana dengan mereka yang sudah melahirkan di masa pandemi?
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Meningkat Dua Kali Lipat
Bagi Desi melahirkan di masa pandemi, tepatnya pada Juni lalu, ternyata menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Tentunya ia dan suami senang menyambut kelahiran anak mereka yang keempat.
Tapi mereka juga harus merogoh kocek cukup dalam yang untungnya memang sudah dipersiapkan sebelumnya. Desi melahirkan anak keempatnya di Rumah Sakit (RS) Hermina Bogor, Jawa Barat.
"Biayanya sekitar Rp22 juta, terus ada cek kehamilan sekitar Rp2 juta, itu semua udah termasuk biaya buat protokol kesehatan. Total habis biaya sekitar Rp25 juta. Itu pun saya di kamar Kelas 3. Ya mungkin juga karena pandemi dan memang di sana (RS Hermina) biayanya memang cukup tinggi," jelasnya pada Liputan6.com, Jumat, 10 Juli 2020.
Sebelumnya, ketiga anak Desi lahir di rumah sakit di Jakarta dan biayanya jauh berbeda dengan kelahiran anak keempat.
"Kalau yang pertama saya agak lupa, yang jelas pas lahiran anak kedua itu sekitar Rp9 jutaan dan yang ketiga sekitar Rp12 jutaan. Nah itu kan beda jauh sama lahiran yang keempat sampai dua kali lipat, ya mungkin juga karena pengaruh pandemi dan tergantung rumah sakitnya juga," lanjut Desi.
Tiap rumah sakit sepertinya memang menambahkan tarif mereka karena dampak pandemi corona. Biaya tambahan itu biasanya untuk menjalankan protokol kesehatan maupun untuk APD.Di RSIA Asih di kawasan Melawai, Jakarta Selatan misalnya.
Advertisement
Wajib Rapid Test
Dalam pesan elektronik pada Liputan6.com, Jumat, 10 Juli, mereka menjelaskan biaya persalinan di tempat nereka sudah berlaku tarif mulai 1 April 2020 meski tidak menyebutkan berapa persen kenaikannya dari tarif sebelumnya.
Untuk persalinan normal tarifnya mulai dari Rp19 jutaan (Kelas 3) sampai dengan Rp28 jutaan (VVIP). Sedangkan untuk persalinan Caesar, mulai dari Rp33 jutaan (Kelas 3) sampai dengan Rp48 jutaan (VVIP).
Tarif tersebut belum termasuk biaya administrasi rumah sakit, tapi sudah termasuk untuk biaya tindakan dan perawatan ibu dan bayi sehat selama tiga hari. Biaya akan bertambah kalau ada tindakan tambahan seperti operasi atau bayi sakit.
"Untuk melahirkan nanti pada saat masuk untuk rawat inap, untuk penunggu hanya boleh untuk suami saja dan tidak ada jam besuk. Ibu melahirkan juga wajib rapid test. Untuk biaya rapid test sekitar Rp270 ribu," terang mereka lagi.
Tambahan Biaya untuk APD
Lalu bagaimana dengan di klinik bersalin? Salah satu klinik di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Klinik Bersalin Lahir di Tembuni, menetapkan tarif yang sama dengan sebelum pandemi.
"Untuk biaya melahirkan masih sama seperti sebelumnya. Untuk persalinan normal estimasinya Rp25 jutaan (VVIP), Rp22 juta (VIP) dan Rp18 juta (Deluxe). Itu sudah include biaya persalinan, jasa dokter, kamar, obat, dan alat kesehatan. Hanya ada tambahan biaya Rp300 ribu untuk APD," terang mereka melalui pesan elektronik, Jumat, 10 Juli 2020.
Sedangkan klinik bersalin di Bandung, Jawa Barat, Klinik Utama Jasmine MQ Medika menetapkan tarif berbeda. Untuk biaya persalinan ada kenaikan sebesar 20 sampai dengan 30 persen.
"Kenaikan biaya karena ada pandemi. Jadi ada protokol pemeriksaan, labaoratorium dan penggunaan APD bagi nakes. Tarifnya mulai dari Rp5 juta sampai Rp25 juta," terang pihak klinik melalui pesan elektronik pada Jumat, 10 Juli 2020.
Hamil dan melahirkan tentu hal yang wajar dan bahkan membahagiakan bagi pasangan yang sudah lama menantikan kehadiran anak. Namun di tengah pandemi, tentu ada baiknya menyiapkan dana lebih untuk menghadapi segala kemungkinan.
Advertisement