Liputan6.com, Jakarta - Dalam situasi pandemi COVID-19, seharusnya bukan hanya pemakaian masker saja yang perlu diperhatikan, melainkan juga dampak dari limbah masker sekali pakai tersebut. Binish Desai, pria asal Gujarat, India, punya ide mengolah limbah masker dan barang biomedis lainnya menjadi batu bata yang diklaim ramah lingkungan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya telah memperingatkan bahwa pandemi Covid-19 dapat memicu lonjakan polusi plastik di laut. Jutaan sarung tangan, masker, dan perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) bekas yang mungkin dapat ditemukan di tempat pembuangan akhir dan lautan jika dibiarkan.
Advertisement
Baca Juga
Menurut laporan Central Pollution Control Board (CPCB) di National Green Tribunal, India menghasilkan sekitar 101 ton kubik limbah biomedis COVID-19 per harinya. Kondisi ini merupakan tambahan dari timbunan sampah biomedis normal di sekitar angka 609 ton kubik per hari.
Namun, sebagian kekhawatiran ini diatasi oleh temuan pria berusia 27 tahun yang dijuluki 'Manusia Daur Ulang' ini. Ia mengubah sampah-sampah masker dan APD sekali pakai di India menjadi sesuatu yang sangat berguna.
"Saat para pejuang kami berperang melawan virus, kami mengambil inisiatif untuk memulai perjuangan kami melawan limbah masker dan APD bekas yang dibuang ke laut dan tempat pembuangan sampah. Kami dengan senang hati mengumumkan bahwa kami berhasil mendaur ulang semua APD berupa masker wajah dan beberapa jenis setelan medis," tulis pendiri dan pemimpin EETech Group itu dalam unggahan akun Instagram pribadinya, 31 Juli 2020.
Binish menciptakan batu bata ramah lingkungan dari masker dan APD bekas untuk mengurangi tekanan pencemaran lingkungan. Dilansir dari India Times, Selasa, 1 September 2020, temuannya kali ini serupa dengan yang dilakukannya pada 2010, saat ia mendesain P-Block, batu bata berbahan dasar kertas industri dan limbah permen karet.
"Kami telah dapat membuat versi 2.0 dari batu bata kami, di mana kami menggunakan masker wajah bekas bersama dengan resep batu bata kami sebelumnya sehingga membuatnya lebih ringan dan lebih kuat dari batu bata kami yang ada sebelumnya," tambahnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mulai Dipesan
Batu bata buatan Binish mengandung 52 persen masker bekas, tiga persen bahan pengikat, dan 45 persen limbah kertas. Semua bahan itu bersifat tahan air, tahan api, dan tahan hama, lapor India Times.
Setelah mengikuti protokol sanitasi yang baik, material akan diparut, ditambahkan ke limbah kertas industri yang diperoleh dari pabrik kertas, kemudian dicampur dengan bahan pengikat. "Campuran disimpan selama 5-6 jam sebelum dimasukkan ke dalam cetakan. Batu bata itu dikeringkan secara alami selama tiga hari dan produknya siap digunakan," ujarnya dalam laporan The Hindu.
Keselamatan dan kebersihan adalah yang terpenting saat menangani limbah medis. Binish mengakui mereka mengikuti pedoman Dewan Pengendalian Polusi Pusat. Limbah APD harus dijaga tidak tersentuh selama 72 jam sebelum diproses.
Ia berencana untuk memperkenalkan "eco-bins" atau tempat sampah ramah lingkungan yang akan membantu mengumpulkan sampah dari rumah sakit, kantor polisi, tempat lain di mana staf atau orang-orang banyak menggunakan perlengkapan APD dan masker kelas medis.
"Eco Bins (tempat sampah medis) akan dibuka 72 jam kemudian dan limbah tersebut akan dicuci terlebih dahulu di kolam disinfektan," tambahnya.
Sampai saat ini, bata tersebut masih dalam tahap produksi untuk kebutuhan komersial. Produksi untuk penjualan akan dilakukan di pertengahan September. Tetapi, Binish mengatakan produknya itu telah banyak diincar dan dipesan arsitek dan desainer interior. (Brigitta Valencia Bellion)
Advertisement