Cerita Pria Singapura yang Hobi ke Kuburan untuk Bersantai

Dorongan sering ke kuburan ini diduga merupakan turunan dari kakek pihak ibu yang dikenal sebagai master ilmu hitam Tao.

oleh Asnida Riani diperbarui 21 Sep 2020, 22:06 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2020, 22:06 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi makam. (dok. pexels.com/Ellie Burgin)

Liputan6.com, Jakarta - Kuburan identik dengan nuansa seram, apalagi saat malam. Tak heran jika tempat ini tak jadi tujuan kebanyakan orang dalam menghabiskan waktu luang. Namun, tidak dengan Joshua Rachatitipong Thanadon Teo Yi Hao.

Pria asal Singapura yang lebih suka dipanggil Jo ini punya karakter terbilang unik. Sementara kebanyakan orang Singapura menghabiskan waktu bersantai dengan belanja atau bermain gim, Jo lebih memilih pergi ke kuburan.

Mengutip laman AsiaOne, Jumat, 18 September 2020, Jo bercerita, ia sering berpetualang di kuburan sejak umur 13 tahun. Awalnya, ia pergi bersama seorang teman, dan kegiatan ini segera jadi hobi mereka.

Bukit Brown adalah pemakaman favorit yang sering dikunjungi bersama ibunya. Kendati, kebiasaan putranya ini dianggap aneh oleh sang ibunda. Jo menganggap ketertarikan pada pemakaman melanda bukan tanpa alasan.

Preferensi ini diduganya merupakan turunan dari kakek pihak Ibu yang kerap disebut sebagai master Mao Shan atau ilmu hitam Tao. Terlepas dari dugaan itu, belum ada alasan lain yang terkuak atas hobi tak biasanya tersebut.

Bukit Brown saat ini sudah bukan lagi kompleks kuburan. Area pemakaman itu sudah seutuhnya dijadikan bangunan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Buat Paket Tur

Ilustrasi
Ilustrasi makam. (dok. pexels.com/Brett Sayles)

Berangkat dari hobinya, Jo membuat tur yang menawarkan orang mengetahui proses penggalian jenazah. "Di Singapura, ada batasan 15 hingga 20 tahun setelah dimakamkan, kuburan akan digali dan jenazah dikirim untuk dikremasi. Saya harap tur ini dapat membantu lebih banyak orang memahami keseluruhan prosesnya," kata Jo.

Titik pertemuan dengan para peserta tur dipilih di stasiun MRT terdekat. Biasanya, satu grup peserta tak lebih dari empat orang karena kapasitas mobil yang terbatas.

Ia langsung membawa para peserta melihat pemakaman Choa Chu Kang. Selama tur, Jo menyarankan para peserta untuk terus dekat dengannya, dan tak boleh menginjak kuburan. Tak lupa ia pun meminta para peserta mengucap permisi saat melintasi setiap kuburan yang berbeda.

Jo pun akan menjelaskan sedikit tentang ritual terkait kematian, penguburan, dan penggalian. Di akhir tur, Jo akan meminta para peserta membersihkan diri, cuci tangan dan wajah memakai jeruk bali.

Kata Jo, setiap tamu yang sudah mencoba tur ini keluar tanpa cedera. Bagi Jo, kuburan merupakan tempat terbaik untuk menjernihkan pikiran. “Sangat sulit dijelaskan, tapi ada rasa damai yang tak bisa saya dapatkan di tempat lain," ujar Jo. (Vriskey Herdiyani)

Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati
Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya