Liputan6.com, Jakarta – ASEAN Children Forum (ACF) merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh negara-negara di Association of Shouteast Asian Nations (ASEAN). Sebagai delegasi dari Indonesia, 4 anak terpilih mewakili Indonesia untuk menyuarakan ide-idenya.
Keempatnya berasal dari beberapa wilayah di Indonesia yaitu Ema Dilsiana yang berasal dari Yayasan Kampus Diakoneia Modern (KDM) Bekasi, perwakilan Forum Anak Nasional (FAN) yaitu Belva Rehardini yang berasal dari Solo, serta Abdul Gilang Tawakkal berasal dari Makassar, dan terakhir perwakilan dari teman autis Yayasan Autism Indonesia yaitu M. Lukman Ibrahim Salim yang berasal dari Jakarta.
Penandatanganan Hanoi Declaration on The Enhancement of Welfare and Development of ASEAN Women and Children oleh seluruh negara di ASEAN, menjadi penanda bahwa seluruh negara di ASEAN sepakat untuk menyediakan suatu forum sebagai wadah kepada anak-anak dalam mengemukakan ide-idenya serta mendengarkan aspirasi anak-anak.
Advertisement
Kegiatan ini dilaksanakan setiap dua tahun sekali dengan tuan rumah negara ASEAN secara bergantian. Walaupun di tengah pandemi Covid-19, tidak menghalangi seluruh anak-anak untuk berpartisipasi dalam ACF ini. Tahun ini, Kamboja menjadi tuan rumah penyelenggara ACF ke-6 dengan tema "Dampak Covid-19 dan Situasi Saat ini bagi Anak-Anak" yang dilaksanakan secara online.
Baca Juga
Melalui Kementerian Sosial RI yang dikomandoi oleh Direktur Rehabilitasi Sosial Anak, Kanya Eka Santi, bekerja sama dengan Kabag Kerja Sama Luar Negeri Biro Perencanaan Susi Tanjung, Mentor delegasi Indonesia yang berasal dari Balai Anak "Handayani" Jakarta, Tirani Larasati, dan fasilitator lainnya dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) RI bersama memfasilitasi anak-anak Indonesia bergabung dan mempersiapkan seluruh materi pada kegiatan ACF ke-6 ini.
"Harus didukung, ini waktunya anak-anak Indonesia menunjukkan kemampuannya di kancah Internasional, kita bahas materinya dan kawal bersama adik-adik agar dapat menampilkan yang terbaik", kata Kanya. Kegiatan diawali dengan sambutan oleh Deputy Secretary General of ASEAN for ASEAN Socio Cultural Community, H.E. Kung Phoak.
Lalu dilanjutkan dengan penampilan tarian tradisional Kamboja, Whising Dance oleh anak-anak Kamboja. Khung Phoak menceritakan secara singkat misi pelaksanaan ACF dari tahun ke tahun serta harapannya terhadap seluruh anak-anak di ASEAN walaupun di tengah pandemi ini.
"Banyak sekali hal-hal positif yang dapat kamu lakukan selama pandemi. Kamu bisa meningkatkan keterampilan dan juga dapat mempelajari hal yang baru. ACF merupakan wadah untuk berbagi pengalaman serta mencari solusi terbaik dalam menghadapi Covid-19 yang langsung berasal dari suara anak,” ucap Kung Phoak
Selanjutnya, kegiatan secara resmi dibuka oleh Secretary of State of Ministry of Social Affairs, Veteran, and Youth Rehabilitation of Cambodia, H.E Samheng Boros. Ia berterima kasih sekaligus merasa bangga mendapatkan kesempatan untuk menjadi tuan rumah ACF ke-6 walaupun hanya melalui koneksi internet.
Ia berharap agar ACF ini bisa menjadi pengingat yang dapat mendorong kita semua untuk lebih memahami perasaan anak-anak dan tentu dapat melindungi anak-anak kita dari Covid-19. "Silahkan berikan rekomendasi sebanyak mungkin, karena kita ingin mendengar secara langsung dari suara kalian,” kata Samheng.
Kegiatan dilanjutkan dengan paparan masing-masing negara dengan tema yang telah ditentukan. Delegasi Indonesia dengan percaya diri memaparkan materi mengenai "Mental Health and Recovery" yang diawali dengan penjelasan mengenai kondisi faktual di Indonesia yang dirasakannya menghadapi Covid-19. Sebelumnya, delegasi Indonesia melakukan survey terhadap 340 anak Indonesia berkaitan dengan dampak Covid-19.
Berdasarkan hasil survey tersebut, diketahui rasa bosan menjadi dasar yang dirasakan anak-anak Indonesia yang akhirnya berpengaruh kepada kesehatan mental. Hal tersebut diperparah dengan kondisi lingkungan keluarga maupun masyarakat yang terdampk Covid-19.
Dimulai dari banyaknya orang tua yang diberhentikan dari pekerjaannya dan menyebabkan kondisi ekonomi keluarga yang kian menyusut hingga berpengaruh terhadap proses belajar yang dilakukan secara online dimana membutuhkan data internet serta gadget yang memadai.
Namun hal tersebut tidak mematahkan semangat anak-anak Indonesia. Banyak hal baik yang dapat dipetik selama masa karantina, seperti membuat proyek motivasi, bergabung dalam forum-forum pengembangan diri, mengikuti seminar, dan bisa lebih membangun kelekatan dengan orang tua dan keluarga. Paparan diakhiri dengan pemberian rekomendasi bagi seluruh negara ASEAN dan bagi para orang tua, terutama rekomendasi yang berkaitan dengan treatment untuk mengurangi rasa bosan selama pandemi Covid-19.
Kegiatan ini diselingi dengan materi dari World Health Organization (WHO), United Nations Children's Fund (UNICEF), dan LEGO Group. Seluruh anak-anak diberikan pemahaman mengenai pencegahan pandemi Covid-19 di era new normal, diberikan cara untuk bermain internet atau pemanfaatan gadget dengan bijaksana sehingga dapat meningkatkan keterampilan, serta tanya jawab seputar Covid-19.
Seluruh delegasi negara-negara ASEAN, terutama delegasi Indonesia dapat menunjukkan keaktifannya dengan bertanya dan mengungkapkan pendapat.
Kegiatan ditutup dengan ASEAN song performance yang dinyanyikan oleh masing-masing perwakilan negara dan review recommendations dari seluruh negara di ASEAN. Selanjutnya, kegiatan ACF ke-7 akan dilaksanakan pada tahun 2022 dimana Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggara kegiatan.