Korea Selatan Krisis Kimchi, Apa Penyebabnya?

Krisis kimchi merupakan bencana kuliner nasional bagi Korea Selatan.

oleh Komarudin diperbarui 21 Okt 2020, 07:03 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2020, 07:03 WIB
Ilustrasi Kimchi
Ilustrasi Kimchi (Dok.Unsplash/ Portuguese Gravity)

Liputan6.com, Jakarta - Kimchi merupakan makanan tradisional Korea Selatan yang terbuat dari sayuran yang difermentasi. Makanan yang dicampur dengan bumbu, seperti kecap ikan, bawang putih, jahe, udang, dan bubuk cabai merah, ini diklaim sebagai makanan sangat sehat.

Belakangan, cuaca ekstrem telah menyebabkan harga kubis di Korea Selatan meroket. Belum lagi banjirnya permintaan karena orang-orang mempersiapkan tradisi fermentasi tahunan. Kondisi tersebut sampai disebut sebagai bencana kuliner musim gugur ini.

Cuaca ekstrem telah menyapu bersih kubis, menciptakan kekurangan besar-besaran tepat sebelum musim gimjang--periode pembuatan kimchi tahunan di negara itu, seperti dilansir dari FoodandWine, Selasa, 20 Oktober 2020. Musim hujan terlama serta tiga topan besar menyebabkan banjir pada Agustus dan September 2020, merusak tanaman dan mengganggu pasokan kubis.

Bulan lalu, Statistik Korea mengatakan harga makanan segar negara itu naik 22 persen ke level tertinggi sejak awal 2011. Diperkirakan harga kubis akan tetap tinggi bulan ini. Harga naik rata-rata sekitar delapan persen dari tahun sebelumnya, menurut Institut Ekonomi Pedesaan Korea.

Bukan hanya rumah tangga yang menderita, Daesang Corp., produsen kimchi top Korea Selatan, mengatakan telah menghentikan sementara penjualan online karena kekurangan kubis. CJ CheilJedang Corp., perusahaan makanan besar lainnya, mengatakan sedang mencari pasokan alternatif untuk memenuhi permintaan yang sangat tinggi tahun ini karena lebih banyak orang makan di rumah karena pandemi virus corona.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Masih Ada Harapan

Ilustrasi kimchi | pexels.com
Ilustrasi kimchi | pexels.com

"Kubis khususnya sangat sensitif terhadap perubahan iklim dan segala jenis cuaca ekstrem, karena akan merusak hasilnya," kata Kim Dajung, seorang peneliti di Institut Ekonomi Pedesaan Korea, dikutip dari Time, Selasa, 20 Oktober 2020. "Sementara harga mulai stabil, ketidakpastian harga akan terus berlanjut hingga musim gimjang dimulai pada pertengahan November."

Kekurangan kimchi yang terjadi akan mereda bila cuaca membaik. Dengan begitu, harga kubis akan menurun. Pembelian sayuran dan produksi kimchi diperkirakan akan stabil bulan depan.

Kondisi itu akan memberikan kenyamanan bagi orang-orang seperti Lee Neung-hwa, seorang ibu rumah tangga berusia 64 tahun yang lemari es kimchi-nya mulai terlihat kosong. Sebagian besar rumah tangga Korea Selatan memiliki lemari es khusus untuk bumbu dan kimchi mereka pada suhu yang ideal.

Infografis Pandemi Belum Berakhir, Gelombang II Covid-19 Mengancam. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pandemi Belum Berakhir, Gelombang II Covid-19 Mengancam. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya