Liputan6.com, Jakarta - Menjadi seorang ibu bisa dibilang adalah dambaan semua perempuan. Betapa mulia tugas ibu, sebuah pekerjaan yang memerlukan banyak keilmuan dan keahlian. Menjelang Hari Ibu pada 22 Desember nanti, kita mungkin kembali menyadari bahwa menjadi seorang ibu itu tidak mudah.
Meski punya banyak keahlian, rasanya tidak ada sekolah formal atau pendidikan khusus untuk menjadi seorang ibu. Tapi benarkah tidak ada pendidikan formal untuk menjadi ibu? Lalu darimana seorang perempuan yang akan menikah atau akan punya anak belajar menjadi ibu?
"Sebelum menikah, saya nggak ada bayangan apa-apa soal menjadi seorang ibu. Saya tahunya kalau jadi ibu itu menyenangkan karena bisa menimang bayi sendiri," tutur Amanda seorang istri dan ibu dari dua orang anak, pada Liputan6.com, 18 Desember 2020.
Advertisement
Baca Juga
"Saya cuma tahu soal susah senangnya menjadi Ibu dari cerita orangtua, kakak, dan cerita teman-teman. Setelah menikah, saya mulai belajar kalau ternyata berumahtangga tidak semudah bayangan kita, apalagi setelah punya anak, tantangannya jauh lebih sulit," tambahnya.
Saat hamil anak pertama, Amanda bersemangat mengumpulkan informasi tentang kehamilan. Dari hal-hal kecil seperti aplikasi apa saja yang bisa diunduh selama hamil sampai hal-hal krusial seperti makanan dan obat apa saja yang dapat mempengaruhi calon bayi.Ia mengaku sempat bersikeras intuk mengurus anak sendiri dan menolak dibantu keluarga karena ego sebagai ibu baru.
Dampaknya, ia merasa sering mengantuk dan sempat kurang menikmati momen-momen pertama menjadi ibu karena lelah dan mudah emosi. Namun setelah mendengar masukan dan saran dari ibu maupun ibu mertuanya, Amanda akhirnya mau mengalah dengan berbagi mengurus bayi dengan orang-orang terdekatnya.
"Aku banyak dapat masukan dari mama dan mama mertua aku, mereka juga suka aku ajak menginap di rumah aku, jadi aku bisa banyak belajar dari mereka. Selain dapat banyak ilmu, secara fisik dan mental aku juga jadi lebih fit dan tenang," terangnya.
Menurut Dyah Maro, psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, ada banyak cara bagi perempuan untuk belajar menjadi ibu. Yang paling mudah dan bisa dilakukan sejak dini adalah belajar dari orang-orang terdekat dan satu rumah atau tempat tinggal. Bisa dari ibu kita sendiri, nenek, bibi, kakak sepupu, maupun kerabat lainnya yang sudah berpengalaman menjadi ibu. Selain itu bisa juga bertanya pada teman dekat atau sahabat.
Sementara menurut psikolog Maharani Ardi Putri, anak mempelajari tugas-tugasnya pertama kali adalah dari orang tua, dan biasanya mereka mempelajari peran sosial berdasarkan gender dengan melihat orangtua dengan gender yang sama. Dalam hal ini anak perempuan akan melihat dan (mungkin) mencontoh Ibunya.
“Dalam ilmu psikologi proses ini kita sebut sebagai modelling atau cara belajar melalui imitasi, dengan mengamati perilaku orang lain dan kemudian mengadopsi perilaku itu ke dalam dirinya, hal ini diterangkan Albert Bandura dalam teori belajar sosial (sosial learning theory),” terang Putri lewat pesan elektronik pada 18 Desember 2020.
“Semakin dewasa, tentunya anak akan belajar model Ibu dari perempuan-perempuan dewasa lainnya. Namun hal-hal yang anak pelajari di rumah, biasanya yang tetap akan lebih melekat dan menjadi nilai-nilai dasar bagi dirinya dalam membawa diri ke lingkungan sosial,” lanjut psikolog dari Universitas Pancasila ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mencari Informasi Akurat
Putri menambahkan, anak perempuan maupun laki-laki belajar tentang Ibu tidak hanya dengan melihat tetapi juga dari mendengar perempuan lain bicara mengenai makna Ibu. Anak juga tidak hanya belajar dari perspektif perempuan, namun mereka juga mendengarkan apa yang ayahnya atau laki-laki lain katakan tentang Ibu.
Tentang belajar menjadi ibu, apa yang sudah kita pelajari belum tentu mencukupi kebutuhan kita dalam mengasuh anak, karena anak-anak kita berada dalam generasi yang berbeda, dengan tuntutan keadaan yang jauh berbeda.
“Menerapkan pola asuh saat kita kecil secara “sama persis” hanya membuat kita tidak tumbuh dalam kekinian, sedangkan penting untuk hidup “here and now”, namanya berjejak pada realitas. Pengetahuan dan keterampilan yang kita dapat dari Ibu kita tentunya akan menjadi local wisdom dan nilai dasar bagi diri sendiri,” tuturnya.,
“Namun bukan berarti harus ditampilkan dengan cara yang sama. Jadi, pembelajaran terbaik menjadi seorang Ibu adalah dari anak-anak (baik anak sendiri maupun anak-anak lainnya). Mendengarkan, memahami kebutuhan mereka dan belajar berkembang bersama anak akan membawa seorang perempuan bertransformasi menjadi seorang Ibu,” sambung Putri.
Belajar menjadi ibu memag tidak harus lewat pendidikan formal, tapi bukan berarti kita tidak bisa melakukannya. Saat ini ada beberapa tempat atau lembaga yang mengadakan kegiatan belajar untuk menjadi orangtua atau ibu yang baik. Salah satunya adalah School of Parenting (SOP). Sekolah ini bertujuan menemani para orangtua dalam menemukan pola asuh yang sesuai dengan nilai-nilai keluarga mereka sembari mereka dapat menikmati peran mereka sebagai orangtua di jaman sekarang ini.
Advertisement
Pola Asuh Sudah Berubah
"Kita melihat akan kebutuhan orangtua generasi milenial (25-39 tahun) akan keilmuan parenting. Mereka adalah generasi yang sudah mulai "aware" dengan pola asuh yang mereka terapkan di rumah. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat menerapkan pola asuh yang sama seperti cara mereka dibesarkan karena dunia yang sudah berubah," terang Lusy Sutedjo selaku pendiri dan CEO School of Parenting pada Liputan6.com, Sabtu, 19 Desember 2020.
Peserta SOP adalah siapa saja yang peduli dengan tumbuh kembang generasi mendatang (baik secara fisik, mental dan pendidikan).
"Parenting tidak hanya tentang membesarkan anak saja, namun tentang bertumbuh bersama baik sebagai individu maupun keluarga. Di SOP kami memiliki kerangka berpikir belajar Parenting, yang kami sebut Parenting Journey yang terdiri dari 3 pilar, yaitu Menang Atas Diri Sendiri ; Menang Bersama Pasangan dan Menang Bersama Anak," sambung Lusy.
Lusy menambahkan, SOP ingin mempermudah para orangtua untuk belajar, baik melalui artikel, kelas online (diskusi chat dengan para ahli SOP), workshop online (kelas yang lebih interaktif dengan video conference) dan tanya ahli (private chat dengan ahli)
"Para ahli di SOP adalah para profesional yang sudah tersertifikasi di bidangnya yang bekerja sama dengan SOP, baik psikolog, dokter anak, ahli gizi, financial planner, dan dokter spesialis terkait," tutur Lusy.
Semua Ibu itu Baik dan Terbaik
Menurut Lusy, pada intinya semua Ibu itu baik dan terbaik untuk anak-anaknya. Tidak ada pelajaran untuk menjadi Ibu yang baik. Namun ada persiapan-persiapan yang dapat dipelajari dan dilakukan, agar setiap Ibu dapat menjalani perannya dengan bahagia.
Sebelum menjadi Ibu, seorang perempuan perlu belajar terlebih dahulu untuk Menang Atas diri Sendiri. Menerima, mengenal baik dan mencintai dirinya sendiri, agar nantinya setelah menjadi Ibu, tanki cinta itu sudah dan akan tetap penuh untuk dapat dialirkan ke pasangan dan anak-anaknya.
"Hal-hal teknis lainnya bisa dipelajari dari sumber mana pun (seperti cara menyusui dan MPASI) dan dapat berubah sesuai kondisi dan jaman, namun pengenalan dan penerimaan akan diri sendiri itu hanya kita yang bisa karena cara setiap orang akan berbeda-beda," ucap Lusy.
Bagi Lusy, seorang ibu bisa tetap belajar, untuk menjadi tenang, dan untuk menjadi bahagia di situasi apapun, termasuk di situasi sulit. "Ujian parenting bisa datang kapan saja, karena itu Ibu dan Ayah tetap perlu belajar agar ketika masa-masa sulit datang, Ibu bisa kuat dan Ayah bisa memberi support.. demikan sebaliknya," tutupnya.
Advertisement