Percaya Mitos Sesat, Warga Tiongkok Masak Plasenta Manusia Jadi Sup dan Pangsit

Meski dilarang, pasar gelap plasenta manusia yang segar masih berlangsung hingga sekarang.

oleh Komarudin diperbarui 18 Mar 2021, 13:03 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2021, 13:03 WIB
Ilustrasi plasenta
Ilustrasi plasenta (dok.YouTube/ Zero To Finals)

Liputan6.com, Jakarta - Bisnis plasenta manusia berkembang di pasar gelap China hingga saat ini, meski praktik tersebut dilarang sejak 2005 lalu. Pembeli percaya plasenta manusia segar berkhasiat penyembuhan. Mereka memasak dan memakannya atau mengolahnya untuk digunakan sebagai obat tradisional China.

Bagi banyak warga China daratan, plasenta manusia diyakini sebagai pengobatan yang sah bagi mereka yang kekebalannya tergolong lemah. Plasenta berguna untuk membantu mengobati berbagai penyakit, seperti tuberkulosis dan hipohemia, serta untuk kesehatan reproduksi, melansir dari laman South China Morning Post, Rabu, 17 Maret 2021.

Perdagangan ilegal plasenta terutama berbasis di Bozhou di Anhui, Pizhou di Jiangsu, dan Yongcheng di Henan. Pedagang mengumpulkan plasenta masing-masing sekitar 80 yuan atau setara Rp177 ribu dari rumah sakit, pabrik limbah medis - bahkan rumah duka.

Tidak ada regulasi yang berarti tidak ada pemeriksaan untuk menentukan apakah organ tersebut mengandung virus menular seperti hepatitis B, HIV, atau sifilis. Lin Xiu, dokter kandungan dari Rumah Sakit Reproduksi Daerah Otonomi Guangxi Zhuang, mengatakan makan plasenta tidak berbeda dengan makan daging, tetapi plasenta tidak memiliki fungsi khusus saat dikonsumsi.

Saat seorang ibu terkena penyakit menular, plasenta juga ikut membawa virus. Cara memasak konvensional tidak bisa membunuh virus-virus itu.

"Jadi, makan plasenta manusia yang masih segar bisa jadi membuat Anda terjangkit penyakit. Itu berbahaya bagi kesehatan," kata Lin.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Urus Plasenta

Plasenta
Kim Kardashian yang mengonsumsi pil plasenta. (Foto: printscreen Twitter Kim Kardashian West)

Warga Pizhou, Liu Yi, bukan nama sebenarnya, mengatakan dia telah menjual plasenta sejak 1996. Keluarganya memproses 130.000 plasenta segar manusia tahun lalu. Warga Pizhou lainnya, Yan Jun, juga mengatakan keluarganya memproses lebih dari 7.000 plasenta manusia dalam sebulan untuk diubah menjadi barang kering dengan berat gabungan 700-800 kg.

Kedua pria tersebut mengatakan bahwa mereka memperoleh sekitar lima yuan atau Rp11 ribu per plasenta kering. Yan menuturkan, dulu dia mudah mendapat plasenta dari rumah sakit. Namun setelah tindakan keras yang ketat dalam beberapa tahun terakhir, dia harus beralih ke limbah untuk mendapatkan plasenta. Salah satu kontak ini adalah petugas kebersihan di sebuah rumah sakit di Ezhou di Hubei, kata Yan.

Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa plasenta adalah milik wanita yang pernah melahirkan. Ketika ibu baru memutuskan untuk meninggalkannya, rumah sakit akan membuang organ tersebut - biasanya sebagai limbah medis.

Di platform belanja online Taobao, plasenta dari anak laki-laki dijual dengan harga 480 yuan atau Rp1 juta dan 450 yuan atau Rp999 ribu untuk anak perempuan. Perbedaan harga ini disebabkan oleh kepercayaan jangka panjang di China bahwa plasenta bayi laki-laki memiliki manfaat kesehatan yang lebih kuat.

Penjual online sering menggunakan bahasa yang tidak jelas atau samar untuk menyamarkan apa yang mereka jual untuk menghindari deteksi oleh pihak berwenang. Seorang pemilik toko mengatakan banyak konsumennya memasak sup dengan plasenta. Ada juga yang merebus dan memotongnya menjadi isian pangsit. Beberapa perusahaan farmasi juga menjual produk terkait Ziheche atau plasenta.  

Cara China hingga Vietnam Tangani Virus Corona

Infografis Cara China hingga Vietnam Tangani Virus Corona. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Cara China hingga Vietnam Tangani Virus Corona. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya