Liputan6.com, Jakarta - Pemakaian masker jadi hal yang terus digaungkan di berbagai wilayah seantero jagat guna menekan transmisi Covid-19. Di satu sisi, banyak orang dan turis yang mematuhi protokol kesehatan, di sisi lain, ada pula yang mempermasalahkan penggunaan masker.
Dilansir dari laman CNN, Rabu, 21 April 2021, faktanya masih belum ada instruksi nasional untuk penggunaan masker di Amerika Serikat (AS), dengan pemerintah negara bagian dan lokal yang sangat bervariasi dalam penerapan aturan masker. Texas dan Mississippi adalah dua di antara 13 negara bagian AS yang telah mencabut kewajiban masker demi beragam alasan.
Sementara, sebagian besar negara Eropa telah memberlakukan persyaratan masker wajah, aturan soal di mana dan kapan masker perlu dikenakan berbeda-beda, terutama saat mengenakannya di luar ruangan.
Advertisement
Seorang ahli pencegahan infeksi dari Johns Hopkins University School of Medicine, Lisa Maragakis menekankan "memakai masker wajah adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyebaran virus," tetapi resistensi terhadap masker terlihat jelas.
Baca Juga
Kembali pada Januari lalu, pramugari American Airlines mengakui kepada CNN Travel bahwa mencoba mengingatkan penumpang untuk mengenakan masker telah menjadi bagian tersulit dari pekerjaan mereka. Jadi, tidak mengherankan jika turis tanpa masker telah menyebabkan masalah di lokasi wisata.
Pihak berwenang di Semenanjung Yucatan, Meksiko, baru-baru ini menutup situs reruntuhan Chichen Itza Maya usai polisi dilaporkan mengeluhkan pengunjung tanpa masker. Meskipun fakta bahwa mengenakan masker di tempat umum adalah wajib di sebagian besar negara, tetap saja banyak yang bandel.
Selain itu, kepadatan pengunjung mendatangkan masalah lain. Yucatan Tourism menyebut kepada CNN Travel bahwa situs tersebut sebenarnya ditutup karena terlalu padat.
Lantas, mengapa begitu banyak turis yang mengabaikan aturan seputar pemakaian masker? Menurut Michael O'Regan, dosen senior Bournemouth University dan mantan asisten profesor Institute for Tourism Studies, isu ini jadi masalah yang rumit.
"Anda dapat melihat bahwa ada tingkat keegoisan di sana," kata O'Regan kepada CNN Travel. "Ada beberapa yang mengira mereka tidak harus memakai masker karena sudah divaksinasi dan mereka berasal dari negara bagian atau Eropa. Dalam pikiran mereka, itu bukan tanggung jawab mereka."
"Ada edukasi tentang pemakaian masker yang kurang baik. Masyarakat belum paham bahwa kalau sudah divaksinasi masih bisa tertular virus, masih bisa menularkan. Turis salah, tapi mereka bukan satu-satunya yang salah."
O'Regan menunjukkan beberapa pejabat telah mengirimkan pesan yang membingungkan dengan secara terbuka menolak pemakaian masker. Misalnya, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador yang terkenal menyebut ia tidak akan memakai masker setelah pulih dari Covid-19, sementara mantan Presiden AS Donald Trump secara terbuka mengejek pemakai masker wajah selama tahun terakhirnya menjabat.
"Ada kekurangan kepemimpinan dalam penggunaan masker," tambah O'Regan. Beberapa otoritas lokal telah menjatuhkan denda besar kepada mereka yang menolak untuk mematuhi untuk menekan pelanggar aturan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Turis yang Abai
Hal ini terjadi di Puerto Rico, di mana polisi telah mengeluarkan denda sejumlah 100 dolar AS kepada turis yang tertangkap di depan umum tanpa masker atau penutup wajah karena ketegangan antara penduduk setempat dan pelancong seputar ketidakpatuhan.
"Sejak kami memulai rencana ini, kami telah melakukan beberapa penangkapan dan telah melakukan intervensi dengan banyak perilaku tidak tertib," kata Orlando Rivera Lebron, kepala polisi San Juan kepada USA Today.
Sedangkan, pejabat Bali telah memberikan hukuman yang agak tidak lazim bagi turis tanpa masker. Mereka yang dengan sengaja tidak patuh akan dikenakan denda Rp100 ribu, misalnya, membawa masker tetapi lupa memakainya, diberi pilihan untuk push up, atau bahkan menyapu jalan.
Kepala Badan Ketertiban Umum Kabupaten Badung I Gusti Agung Kerta Suryanegara mengatakan kepada ABC bahwa 80 persen dari mereka yang menerima denda adalah turis. Dalam beberapa pekan terakhir, berbagai video turis yang menyelesaikan push-up telah diunggah secara online.
"Denda sama sekali bukan apa-apa, tapi videonya mungkin bisa mencegah," kata O'Regan. Ia percaya pihak berwenang harus lebih keras dalam memberikan denda, jika tidak, beberapa orang mungkin berpikir mereka dapat melanggar aturan dan lolos begitu saja.
Advertisement