Liputan6.com, Jakarta - Menginjakkan kaki di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi menjadi impian setiap muslim, termasuk seorang guru madrasah. Ibadah yang hanya bisa dilaksanakan orang Indonesia saat menunaikan umrah maupun ibadah haji. Tak semua harapan dan mimpi kita bisa terwujud. Begitu juga dengan impian bisa pergi umrah dan haji.
Bisa menginjakkan kaki di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi menjadi impian setiap muslim. Hal itu hanya bisa dilakukan saat kita melaksanakan ibadah umrah maupun haji. Namun untuk bisa pergi ke Tanah Suci butuh biaya yang tak sedikit dan tak semua orang mampu melakukannya.
Meski begitu, harapan bisa pergi umrah maupun haji selalu muncul sampai akhir hayat. Hal itu juga jadi impian Muhani Maydini. Dia adalah seorang pengajar di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Al Muttaqin di Dusun Namo Tualang, Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara.
Advertisement
Baca Juga
Kisah pengorbanan dan pengabdian Muhani ini membuat pemilik akun @keluargabahagia850 merasa tergerak untuk mewujudkan mimpinya. Namanya diusulkan untuk menjadi tamu Allah lewat program #AwaliDenganKebaikan yang diselenggarakan Dream.co.id bersama Allianz Syariah.
Muhani selama ini mengajar di daerah terpencil. Pilihan tersebut menuntut pengabdian dan pengorbanan besar, karena lokasi madrasah itu sulit dijangkau jika tak ada kendaraan, minimal motor. Angkutan umum pun jarang melintas meski fasilitas jalan sudah lumayan bagus.
Sementara itu, suami Muhani bekerja menarik becak. Kendaraan tradisional itu sering menjadi angkutan antar jemput anak-anak MDTA yang sebagian besar muridnya tinggal di rumah yang jaraknya lumayan jauh dari madrasah.
Selain soal lokasi, mengajar anak-anak di daerah ini menjadi tantangan sendiri. Mereka yang mengaji bukan hanya datang dengan kesadaran sendiri. Muhani dan suami justru masih sering menjemput siswa-siswanya. Madrasah tersebut memiliki 46 siswa yang mencari ilmu di tengah keterbatasan sarana mengajar, bahan atau buku ajar, serta fasilitas pembelajaran lainnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Menginspirasi dan Menebar Kebaikan
Muhani juga lebih sering tidak mendapatkan gaji bulanan. Orangtua murid terkadang mengganti kewajiban pembayaran SPP bulanan dengan menyerahkan hasil kebun, seperti pisang, ubi, dan kelapa.
Maklum saja, para wali murid sebagian besar bekerja sebagai buruh kebun dan penggarap ladang. Penghasilan mereka hanya cukup untuk makan sehari-hari.Muhani mungkin baru satu sosok menginspirasi yang sudah menebar kebaikan selama hidupnya.
Selain Muhani, masih banyak perempuan dan laki-laki yang memiliki kisah luar biasa. Mereka mungkin adalah sahabat, tetangga, atau bahkan keluarga kita sendiri. Anda bisa menjadi perantara untuk pahlawan kebaikan lainnya menginjakkan kaki di Tanah Suci.
Dengan hanya membagikan kisah kebaikan mereka, kesempatan beribadah di Baitullah menjadi terbuka. Anda juga bisa punya sosok penebar kebaikan yang dianggap layak mendapat hadiah umrah gratis dari Allianz Syariah dan Dream.co.id? Silahkan lihat syarat dan ketentuan di akun Instagram @dreamcoid.
Advertisement