Desain Mal Ikut Beradaptasi di Masa Pandemi

Banyak elemen yang harus dipertimbangkan sebagai bagian mendesain ulang mal di masa pandemi.

oleh Komarudin diperbarui 12 Sep 2021, 22:03 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2021, 22:03 WIB
Ilustrasi desain ritel
Ilustrasi desain ritel (dok.unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini, mal tak hanya sekadar tempat orang berbelanja berbagai kebutuhan, melainkan juga sebagai destinasi yang punya keunikan dan pembedanya agar orang bisa datang kembali. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

"Tempat (mal) itu harus punya identitas dan bisa diakses dengan mudah. Selain itu, user itu seperti apa karakteristiknya dan kita bisa mempelajari trennya akan lari ke mana. Itu berapa alasan agar suatu mal bisa menjadi suatu destinasi yang memiliki identitas," ujar Founder dan CEO Blveprint Destinations, Veri Y Setiady, dalam webinar bertema 'How Retail Design Should Adapt to the Endemic' secara daring, Kamis, 9 September 2021.

Veri berkata, elemen itu sangat relevan saat ini jika berniat membangun mal. Di samping, mal saat ini menurut dia tidak bisa berdiri sendiri. Mal juga harus dekat dengan tempat kerja, tempat orang bermain, spot gaya hidup, kecantikan, dan kesehatan, dan juga budaya. Soal apa saja yang harus ada di dalam mal, Veri mengatakan banyak pilihan.

"Sekarang banyak fokus pada gourmet market, culinary spot, tapi juga perlu diimbangi dengan perpaduan yang lain agar orang akan hadir secara reguler ke shopping market itu dan kalau bisa bikin orang mau balik lagi agar orang akan lebih lama berada di sana," papar Veri.

Dalam kesempatan itu, Business Development Agung Sedayu Group, Ipeng Widjoyo mengatakan, bisnis ritel ikut berubah seiring perubahan perilaku manusia  saat pandemi. "Destinasi ritel pun juga harus beradaptasi dengan kebutuhan berbeda konsumen untuk konsumen sekarang ini," ujar Ipeng.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Terus Bertransformasi

Ilustrasi desain ritel
Ilustrasi desain ritel (dok.unsplash)

Ipeng mengatakan, pihak Agung Sedayu Group berusaha untuk menjawab perubahan tersebut dan terus bertransformasi. Untuk mengakomodasi kebutuhan konsumen, pihaknya bekerja sama dengan para konsultan danarsitektur, yang berkaitan dengan kenyamanan zaman sekarang.

Ia mengungkapkan tranformasi mal bukan hal baru. Hal itu sudah terjadi sejak lama.

"Pada tahun 1980, kita di Jakarta mulai mengenal modern retail micro market dengan berdirinya Ratu Plaza, Gajah Mada Plaza, itu yang disebut sebagai pencetus modern retail micro market. Karena mereka terletak di salah satu gedung atau wadah beberapa lapis atau lantai dan ber-AC dengan toko-toko di dalamnnya," tuturnya.

Sebelum itu, lanjut Ipeng, Indonesia sudah punya public market yang sudah mapan, seperti Pasar Baru, Pasar Lokasari, dan Pasar Senen. Jadi, kata Ipeng, sebenarnya tren selalu berubah mulai dari zaman 60-an, 70-an, dan 80-an yang dilengkapi dengan fasilitas AC hingga tahun 2000-an.

"Dengan pandemi ini, kami agak sedikit berubah di mana konsumen lebih memilih berada di dalam ruangan outdoor atau semi outdoor. Kami sebagai developer tentu mempertimbangkan hal-hal tersebut," papar Ipeng.

 

Perubahan Desain

Desain Ritel Ikut Beradaptasi di Masa Endemik
Webinar desain ritel ikut beradaptasi di masa endemik yang diselenggarakan Agung Sedayu Group (Liputan6.com/Komarudin)

Sementara itu, Managing Director PT Architects, Doddy Tjahjadi mengatakan pembelian secara online dengan pick up in store atau ambil di toko ikut mengubah cara orang mendesain. Ia mencontohkan jika di suatu mal terdapat restoran laris, perlu dipertimbangkanpula tempat para sopir ojek online harus menunggu.

"Itu yang perlu didesain. Ini suatu revolusi dalam dunia ritel," ungkap Doddy.

Selain itu, kata Doddy, yang juga sedang tren adalah free standing store atau toko yang buka di luar mal. Doddy mencontohkan seperti Alfamart dan Indomaret.

"Free standing store sudah banyak, di Amerika Serikat, Sephora tahun ini akan mencoba 60 free standing store. Sementara itu, Walmart, supermarket terbesar di dunia itu, akan me-redesign outletnya untuk mengadopsi pick up in the store, karena ia harus mengikuti tren yang ada. Kalau tidak, maka tidak relevan lagi," papar Doddy.

13 Mal di Jakarta Fasilitasi Vaksinasi Covid-19 per Juni 2021

Infografis 13 Mal di Jakarta Fasilitasi Vaksinasi Covid-19 per Juni 2021. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 13 Mal di Jakarta Fasilitasi Vaksinasi Covid-19 per Juni 2021. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya