Liputan6.com, Jakarta - Tak terbantahkan bahwa situasi pandemi Covid-19 berdampak besar pada sektor pariwisata. Termasuk dalam barisan kelompok itu adalah desa wisata yang menawarkan pengalaman unik sesuai potensi masing-masing kepada wisatawan.
Desa Wisata Penglipuran atau Desa Adat Penglipuran yang berada di Bangli, Bali, menjadi salah satu desa wisata di Indonesia yang terdampak. Desa yang pernah dinobatkan sebagai salah satu desa terbesih di dunia pada 2016 itu harus menutup pintu dari kunjungan wisatawan selama beberapa waktu demi menekan penyebaran kasus Covid-19.
Advertisement
Baca Juga
Karenanya, warga harus mencari pemasukan lain agar bisa bertahan hidup di masa pandemi. I Nengah Moneng, pengelola Desa Wisata Penglipuran, menjelaskan mereka mencoba berinovasi sebagai usaha penanggulangan kebutuhan masyarakat.
Ada beragam cara yang dilakukan, mulai dari membuka usaha pembibitan bunga, tanaman hias, hingga pengolahan sampah organik menjadi pupuk. Di samping, warga setempat juga tetap beternak dan bertani seperti biasa.
Desa Wisata Sumberbulu juga mengalami hal yang serupa. Menurut Titin Riyadiningsih, manager Desa Wisata Sumberbulu, sejak bulan Maret—Oktober 2020 desa wisata yang berada di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah berhenti beroperasi.
Para warga Desa Wisata Sumberbulu memiliki prinsip pengembangan desa berasal dari sumber daya manusianya. "Kita berperan aktif biar masyarakatnya sendiri itu bisa tetap survive di masa pandemi," ujar Titin dalam acara virtual The 2nd Planet Tourism Indonesia 2021, “Beyond Recovery, Towards Sustainability”, Kamis, 23 September 2021.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tingkatkan Keterampilan
Walaupun operasional desa wisata harus berhenti sementara, para warga tetap meningkatkan keterampilan lewat pelatihan. Mereka bekerja sama dengan beberapa pihak, salah satunya dengan universitas secara daring maupun tatap muka.
Desa Wisata Sumberbulu akhirnya menghasilkan produk-produk inovatif untuk berjuang di tengah pandemi. Salah satunya berupa jamu tradisional dengan 19 varian jamu dan ide kreatif untuk membuka kafe dengan protokol kesehatan dari karang taruna.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjabarkan desa wisata dalam enam kriteria. Pertama, memiliki potensi daya tarik wisata (wisata alam, budaya, dan buatan/karya kreatif). Kedua, memiliki komunitas masyarakat. Ketiga, memiliki potensi sumber daya manusia lokal yang dapat terlibat dalam aktivitas pengembangan desa wisata.
Keempat, memiliki kelembagaan pengelolaan. Kelima, memiliki peluang dan dukungan ketersediaan fasilitas dan sarana prasarana dasar untuk mendukung kegiatan wisata. Terakhir, memiliki potensi dan peluang pengembangan pasar wisatawan.
Advertisement
Penghargaan
Dalam kesempatan tersebut, Planet Tourism Indonesia 2021 mengapreasiasi sederet pengelola sektor pariwisata yang tetap berjuang di tengah situasi pandemi. Salah satunya berupa Entrepreneurial Destination Award 2021.
Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, penghargaan itu diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap Destination Management Organization (DMO) atau pengelola destinasi yang mampu menjaga industri parekrafnya tetap aktif berjalan, sekalipun dalam pembatasan pengunjung. Mereka juga mengimplementasikan protokol kesehatan yang ketat di tengah pandemi.
Ada sepuluh pihak yang diberi penghargaan tersebut. Dari desa wisata ada Desa Wisata Penglipuran, Desa Wisata Bonjeruk, Pasar Kuliner Tradisional Desa Wisata Gamplong, dan Desa Wisata Dukuh Penaban. Dari destinasi wisata alam diwakili oleh Pantai Ngurbloat, Danau Biru, Taman Wisata Alam Sorong, dan Hutan Pinus Sari Mangunan. Dua lainnya adalah Candi Cetho dan Pasar Tradisional Ragantali. (Gabriella Ajeng Larasati)
4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan
Advertisement