Pelaku Usaha Pariwisata Wajib Jadi Contoh Disiplin Terapkan Protokol Kesehatan

Gelombang III Covid-19 diprediksi akan muncul setelah liburan Natal dan Tahun Baru 2022.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 12 Nov 2021, 21:03 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2021, 21:03 WIB
Desa Sade
Desa Sade salah satu objek wisata yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat. (Liputan6.com/Ahmad Apriyono)

Liputan6.com, Jakarta - Seiring melandainya kasus Covid-19, mobilitas masyarakat kembali naik dan ekonomi juga bergeliat, termasuk di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Meski disambut baik, kewaspadaan masyarakat diminta tak mengendur mengingat tren kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan terjadi di sejumlah negara.

Ketua Sub Bidang Komunikasi Publik Satgas Covid-19, Troy Pantouw, menekankan bahwa pelaku dan pengelola usaha pariwisata semestinya memberikan contoh cara menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara disiplin. Terlebih, pemerintah mendeteksi ada 105 kabupaten/kota yang mengalami peningkatan kasus Covid-19 dalam beberapa minggu terakhir.

"Epidemiolog memprediksikan setelah liburan Natal dan Tahun Baru akan terjadi gelombang III (pandemi Covid-19). Bukan sehari setelah liburan langsung terjadi ya karena mutasi virus rata-rata terjadi 7--14 hari," kata Troy dalam talkshow Sektor Pariwisata Bangkit, Prokes Covid-19 Tetap Diterapkan secara hibrid, Jumat (12/11/2021).

Ia menekankan ancaman gelombang III Covid-19 akan menjadi kenyataan bila masyarakat mulai mengabaikan protokol kesehatan di saat mobilitas meningkat. Ketidakpatuhan itu membuat orang yang sakit rentan tertular Covid-19.

"Pada saat abai prokes, tidak pakai masker, atau pakai masker tapi di dagu, hanya sebagai hiasan, lalu ketemu dengan orang yang tidak jelas riwayatnya, orang itu enggak sadar terkena Covid-19. Mulailah sakit," ia menerangkan.

Prokes menjadi kata kunci untuk bisa melewati ancaman gelombang III dengan baik. Selain itu, ia juga mendorong agar semua orang secepatnya divaksinasi.

"Saya percaya Insya Allah semua sudah divaksin. Kemudian ingatkan keluarga, saudara, teman-teman, teman bisnis, pelaku perjalanan wisata, mari divaksin," sambung dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jangan Pilih-Pilih Vaksin

Ilustrasi sertifikat vaksin digital (pixabay)
Ilustrasi sertifikat vaksin digital (pixabay)

Troy menyatakan, saat ini lansia yang divaksin Covid-19 masih terbilang rendah, yakni di tingkat 40 persen untuk vaksin pertama. Padahal, tingkat keparahan lansia saat terkena Covid-19 makin tinggi dibanding mereka yang lebih muda karena daya tahan tubuhnya tidak sekuat yang muda.

"Belum lagi ada komorbid. Komorbid ini adalah penyakit bawaan," sambung Troy.

Prinsip yang sama juga berlaku bagi kalangan muda yang memiliki komorbid. Mereka yang memiliki masalah jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes, wajib berhati-hati.

"Vaksin yang mana? Bapak, ibu jangan pilih-pilih. Semua sudah diuji baik, sudah melalui penelitian. Pakai vaksin yang ada di daerah bapak ibu," ia mengingatkan.


Minimal 70 Persen

Ilustrasi vaksin Covid-19 (unsplash)
Ilustrasi vaksin Covid-19 (unsplash)

Ia menyatakan tidak ingin menyampaikan virus kekhawatiran, tetapi hanya mengingatkan agar semua orang menaati prokes agar periode liburan Natal dan Tahun Baru 2022 bisa terlewati dengan baik, khususnya di Nusa Tenggara Barat. Apalagi, wilayah itu sedang menggelar ajang World Superbike dan berikutnya bersiap menggelar MotoGP 2022.

"Ada optimisme pemerintah bahwa kita bisa masuk fase endemi, bukan lagi gelombang Covid-19 yang tinggi. Jadi, seperti flu biasa, tapi tetap penegakan prokes yang tinggi," kata Troy.

Ia berharap semua orang turut berpartisipasi dalam menyukseskan semua upaya yang diambil. Harapannya, sesuai pernyataan Presiden Joko Widodo, 70 persen masyarakat Indonesia sudah tervaksinasi pada akhir 2021.

"Kenapa Indonesia kejar 70 persen? Setelah vaksin kedua, 70 persen sudah divaksin, kekebalan (komunal) mulai terbentuk, dan positivity rate bisa di bawah satu persen," ucap dia.


Disiplin Protokol Kesehatan Harga Mati

Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati
Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya