Liputan6.com, Jakarta - Indonesia jadi negara pertama di Asia yang menggelar Cup of Excellence (COE) 2021, kompetisi bergengsi pencarian kopi berkualitas di dunia. Di gelaran perdananya, setelah proses penjurian yang ketat, terjaring 36 sampel kopi Indonesia.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 26 sampel mendapat cupping score di atas 87 poin, sementara 6 kopi mencatatkan cupping score di atas 85 poin, yang kemudian didaulat sebagai National Winner. Penilaian COE Indonesia 2021 tertinggi jatuh pada kopi asal Aceh (89,28) yang diproses Dileh Ali Gogo, disusul kopi asal Jawa Barat dari Ita Rosita (89,04), dan kopi asal Aceh (88,89) oleh Roberto Bagus.
Kopi-kopi tersebut akan mengikuti lelang virtual yang didominasi calon pembeli dari luar negeri. Pemegang lisensi dan pengoperasian COE, Alliance for Coffee Excellence, Inc. (ACE), mengelola dua jenis lelang peserta COE: National Winner Auction dan COE Auctions.
Advertisement
Baca Juga
Lelang nasional berlaku untuk kopi-kopi yang lolos ke babak internasional dan kopi peserta dengan poin 85,00 sampai 86,99. Pelaksanaannya berlangsung pada 24 Januari--4 Februari 2022. Sementara lelang COE untuk kopi-kopi yang lolos ke babak internasional dengan nilai minimal 87Â poin akan dilaksanakan pada 27 Januari 2022.Â
Sebelumnya, para calon pembeli harus mendaftarkan diri ke ACE, yang mana pihaknya merupakan organisasi nirlaba berbasis di Portland, Oregon, Amerika Serikat (AS). Lelang COE hanya dibuka satu malam, atau tepatnya pukul 21.00 hingga selesai, dengan syarat tidak ada penawaran baru hingga batas waktu tiga menit.
Ketua Pelaksana COE Indonesia 2021, Andi Widjaja, menjelaskan dalam konferensi pers Rabu (22/12/2021), harga pembukaan untuk kopi dengan poin 87,00--87,99 adalah lima dolar AS per pound. Sementara kopi dengan poin 88,00--89,99Â dibuka mulai enam dolar AS per pound.
Setiap kenaikan penawaran adalah minimal 10 sen per pound. Untuk lelang National Winner, harga dasar ditetapkan senilai empat dolar AS per pound.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dorong Kualitas Kopi Lokal
Berkaca pada proses penjurian nasional, Wakil Ketua Umum Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI), Michael Utama, menyebut masih banyak kopi lokal yang belum memenuhi standar. "Dari 163 peserta yang masuk ke tahap pra-seleksi, hanya 79 (yang lolos) ke tahap nasional. Lalu, dari 79, hanya 67 yang berhasil mengirimkan lot ke gudang penampungan di Skynine Sentul," urainya.
Namun demikian, Ketua SCAI, Daryanto Witarsa mencatat antusiasme tinggi dari petani terkait gelaran COE. Dengan 158 pendaftar, Daryanto mengakui hal itu sudah cukup baik mengingat keterbatasan panitia dalam menggelar sosialisasi akibat pandemi. Pasalnya, tidak semua wilayah penghasil kopi bisa dijangkau melalui ruang virtual.
Namun demikian, 158 pendaftar disebut masih jauh dari target awal, yakni 300-an petani kopi. Andi mengatakan, mereka sebenarnya tidak membatasi jumlah peserta. Syaratnya hanya satu petani, satu nama. "Dikenakan biaya (Rp)3,5 juta jika lebih dari satu nama," katanya.
Advertisement
Menciptakan Warisan Abadi
Andi mengatakan, keuntungan COE bukan melulu soal finansial bagi petani atau seluruh pemangku kepentingan kopi di sebuah negara. Lebih dari itu, kompetisi ini menciptakan warisan abadi di setiap negara yang berpartisipasi.
Andi berharap, penyelenggaraan COE bisa menjamin keberlanjutan kopi Indonesia secara jadi lebih baik. Ini termasuk dari sisi kepemilikan atau kemitraan lahan, pembibitan, perawatan, dan pascapanen pada sisi hulu. Jika tata kelola dibenahi, ia percaya dampak turunannya bisa ikut terdongrak seperti peningkatan kualitas dan kuantitas produksi.
"Misal awalnya satu hektare hanya produksi satu ton bisa naik jadi tiga ton. Dengan demikian, harga kopinya bisa lebih murah untuk kemudian ke hilirnya. Jadi efek berantai hingga ke konsumen,"Â ucap Andi.Â
Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona
Advertisement