Liputan6.com, Jakarta - Lagi, tampilan rawon warteg jadi sensasi online. Lewat unggahan Twitter @MasakTV, baru-baru ini, perdebatan hidangan tersebut kembali muncul, setelah membuat kehebohan serupa pada 2020 lalu. Pasalnya, kuah rawon warteg tidak berwarna hitam, melainkan kuning seperti gulai.
"Ada yang udah pernah coba Rawon ala Warteg ini? Apa sih bedanya dengan Rawon yang ada di daerah kalian? Coba komen dibawah ya!" kicau mereka menyertakan video pembuatan rawon warteg.
"Rawon tanpa taoge? Rawon pakai santan? Rawon warna kuning? Ah mungkin aku sedang melihat tayangan di dunia paralel," komentar seorang warganet, sementara yang lain menulis, "Saya menolak menyebut ini sebagai rawon. Rawon ya berkuah hitam, pakai kluwek, titik."
Advertisement
Baca Juga
Sementara yang lain menganggap tampilan rawon warteg tidak perlu jadi "isu yang dibesar-besarkan." "Namanya juga penyesuaian pas sampai di daerah lain (Jakarta)," tutur seorang pengguna Twitter, yang dibalas dengan komentar, "Ya harusnya sebut gulai saja, jangan rawon."
Terkait rawon tidak berkuah hitam, ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni, mengatakan bahwa warna kuahnya jadi kuning karena tidak pakai bumbu keluak. "Itu masalah harga," katanya pada Liputan6.com lewat teks, Jumat, 14 Januari 2022.
Ia melanjutkan, "Kalau pakai bumbu keluak, jatuhnya mahal, sementara yang makan di warteg kalangan bawah yang dompetnya tipis." Selain itu, kata Mukroni, penggunaan keluak lebih merepotkan karena harus dipecah lebih dulu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ada Sejak Tahun 90-an
Mukroni mengatakan, "Orang warteg maunya serba instan, dan kluwek belum ada yang jual bumbu instannya. Para asisten warteg enggak mau ribet. Yang gampang saja, yang penting pelanggan juga enggak ribet ketika dihidangkan rawon ala warteg yang tanpa keluak."
"Harganya juga terjangkau. Isinya tetelan daging, murah meriah," imbuhnya. Soal dari kapan resep rawon ala warteg tercipta, Mukroni mengatakan, tidak tahu pasti. "Tapi, sudah begitu sejak tahun 90-an," katanya.
Soal mengapa tidak disebut gulai karena kuahnya tidak hitam, ia menjelaskan, "Nah itu pelanggan yang menamai sendiri, dan tidak komplain ketika dihidangkan rawon ala warteg."
Advertisement
Mengenal Rawon
Melansir laman Kemendikbud, rawon umumnya dikenal masyarakat sebagai kuliner khas Jawa Timur. Namun, "makanan Betawi juga ada yang mirip sekali dengan rawon, meski menggunakan ikan yang dikenal dengan nama kuah pucung," catat pihaknya.
Begitu juga di Pekalongan yang disebut garang asem. Sementara, penampilan serupa juga hadir di Makassar dengan nama Palu Kalua. Ciri khas masakan rawon adalah menggunakan keluak, begitu pula di daerah lain, meski dengan sebutan berbeda.
Apapun nama yang ada di masyarakat, rawon tetaplah sejenis sup dengan kuah berwarna hitam, dipadu daging sapi berlemak dan urat kenyal. Isian ini biasanya dipotong kecil-kecil.
Untuk melengkapi, rawon biasanya disajikan bersama taoge pendek, sambal terasi, bawang goreng, dan kerupuk. Aromanya sangat khas karena penggunaan bumbu keluak.
"Agar rasa khas rawon tetap terjaga, harus dipilih keluak yang tepat. Sebab, ada juga keluak yang memiliki rasa pahit. Oleh karena itu, perlu ketelitian saat membelinya," imbuh mereka.
Infografis Diplomasi Lewat Jalur Kuliner
Advertisement