Mengenal Waruga, Kuburan Kuno di Desa Wisata Tumaluntung

Desa Wisata Tumaluntung memiliki wisata alam hingga budaya, termasuk kuburan kuno yang dikenal dengan nama Waruga.

oleh Putu Elmira diperbarui 24 Feb 2022, 07:30 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2022, 07:30 WIB
Cerita Waruga, Kuburan Kuno Para Leluhur Minahasa
Keberadaan waruga tersisih gara-gara wabah kolera dan pengaruh Kristen. (Liputan6.com/Yoseph Ikanubun)

Liputan6.com, Jakarta - Kekayaan budaya Indonesia memang tak dapat terbantahkan. Salah satunya tercermin dari wisata budaya di Desa Wisata Tumaluntung, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Dikutip dari Jejaring Desa Wisata (Jadesta) Kemenparekraf, Rabu, 23 Februari 2022, wilayah desa wisata ini berbatasan dengan Gunung Klabat di bagian utara, sebelah selatannya dengan Kecamatan Tondano, sebelah timur dengan Desa Lembean, dan sebelah barat dengan Desa Tanggari. Desa Wisata Tumaluntung memiliki luas wilayah 2.400 hektare.

Desa ini memiliki sederet potensi wisata, termasuk situs adat dan budaya. Salah satu yang populer adalah Waruga, kuburan kuno orang Minahasa yang terbuat dari dua batu berbentuk segitiga dan kotak.

Kuburan kuno ini menandai keberadaan manusia di Minahasa pada masa lampau dan perkembangannya. Waruga awalnya digunakan sebagai tempat penguburan dan pelaksanaan ritual kematian dalam kepercayaan aninisme dan dinanisme, serta sebagai pelambang seni masyarakat Minahasa.

Di masa kini, Waruga dijadikan sebagai objek wisata budaya dan edukasi. Desa Wisata Tumaluntung memiliki Waruga yang masih alami dan tersebar di sebagian lahan pekuburan, perkebunan, dan hutan.

Saat berkunjung, wisatawan akan melihat Waruga di lokasi pekuburan warga dan salah satu Waruga di pekuburan itu dipercaya sebagai makam pendiri Desa Tumaluntung. Lalu, ketika berjalan di tengah desa, wisatawan akan melihat beberapa Waruga di pekarangan dan perkebunan warga.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Batu Susun Dinamuden

Batu Susun Dinamuden
Batu Susun Dinamuden di Desa Wisata Tumaluntung. (Tangkapan Layar Jadesta Kemenparekraf/Desa Wisata Tumaluntung)

Selain itu, di Desa Wisata Tumaluntung juga terdapat batu susun Dinamuden. Kemunculannya menimbulkan dugaan kuat peradaban bangsa Malesung Tua sebagai cikal bakal bangsa Minahasa atau orang tua Minahasa.

Dinamuden dalam bahasa Tonsea berarti dirempahi. Batu ini diperkirakan telah berusia ribuan tahun. Dari segi bentuk, batu Dinamuden ada yang berupa segi empat, segi enam, dan pada masing-masing batu memiliki beberapa lubang yang diduga jadi pengait antar susunan batu.

Batu Dinamuden memiliki unsur logam karena dapat lengket dengan magnet. Lokasi batu susun di Wanua Tumaluntung dapat ditempuh perjalanan dengan mobil atau sepeda motor dengan jarak 20 menit dari jalan utama Minawerot ruas Airmadidi Kauditan.


Sayur Organik hingga Biogas

Sayur Organik Tumaluntung
Sayur organik Tumaluntung di Desa Wisata Tumaluntung. (Tangkapan Layar Jadesta Kemenparekraf/Desa Wisata Tumaluntung)

Desa Wisata Tumaluntung juga memiliki produk wisata lainnya, yakni sayur organik Tumaluntung. Warga Desa Tumaluntung, khususnya di Jaga 14, memiliki program pertanian organik seluas 6 hektare melalui Kelompok Sumaro Sindo.

Program ini menjadi fokus utama dalam memenuhi ketahanan pangan yang mandiri, sehat, serta menjamin lingkungan yang bersih dan bebas dari polutan. Selain kebutuhan pangan desa, sayur organik juga bisa jadi wisata pendidikan bagi anak sekolah atau wisatawan yang tertarik menanam sayur tanpa pestisida.

Selain itu, desa ini memanfaatkan biogas dari kotoran babi. Pasaknya, banyak warga di Tumaluntung yang merupakan peternak babi.


Wisata Kuliner

Kembali Bersatu di Pesta Nasi Jaha
Pesta nasi jaha selalu digelar di hari keempat Idul Fitri oleh warga Bolaang Mongondow. Tak boleh tak ikut serta. (Liputan6.com/Yoseph Ikanubun)

Desa ini juga dikenal sebagai salah satu desa penghasil jajanan dan gorengan. Hampir setiap ruas jalan besar ada kios kue jajanan asal Tumaluntung yang merupakan usaha rumahan, termasuk krepek pisang Tumaluntung.

Ada pula produksi gula aren yang dibuat dari nira tandan bunga jantan pohon enau. Di Tumaluntung, gula aren diproduksi langsung oleh masyarakat dan dikelola menggunakan peralatan tradisional. Tumaluntung juga memiliki sajian khas, sebut saja onde onde, binyolos, dan nasi jaha.


Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya