Cerita Akhir Pekan: Perkembangan dan Persaingan Dunia Model di Indonesia

Saat ini, untuk bisa menjadi model fashion bisa dilakukan model dengan beragam bentuk fisik.

oleh Henry diperbarui 26 Feb 2022, 11:02 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2022, 10:00 WIB
JFW 2022
Opening Show Jakarta Fashion Week (JFW) 2022, 25 November 2021. (dok. tangkapan layar YouTube/Jakarta Fashion Week)

Liputan6.com, Jakarta - Profesi model bisa dibilang bidang pekerjaan yang penting di dunia fesyen. Model dapat didefinisikan sebagai seseorang yang dipekerjakan untuk menampilkan atau merepresentasikan rancangan busana, aksesori fesyen, tas, sepatu dan produk desain fesyen lainnya. Tujuannya untuk iklan atau promosi kepada konsumen.

Tak hanya di Eropa atau Amerika, perkenbangan dunia model di Indonesia sangat pesat. Sekarang ini banyak orang yang bisa menjadi model meskipun profesinya bukan seorang model.

"Influencer, selebriti atau mereka yang eksis di media sosial juga bisa disebut model, karena mereka membawakan atau menampilkan produk brand-brand fesyen. Sekarang ini model memang lebih beragam, lebih diverse," kata Bimo Permadi, Celebrity Fashion Stylist terkemuka pada Liputan6.com, Jumat, 25 Februari 2022.

"Semua orang dengan berbagai macam bentuk tubuh sudah bisa menjadi model sekarang ini. Jadi sudah lebih inklusif, semua orang bisa menjadi model. Tapi yang paling utama dari mereka yang benar-benar disebut model adala punya personality dan karakter yang kuat," lanjutnya.

Bimo mengatakan, dunia model secara global memang sudah banyak berubah. Puluhan tahun lalu untuk menjadi model fesyen haruslah seorang supermodel sehingga brand yang dibawakannya bisa terangkat dan menarik perhatian banyak orang. Jalan untuk menjadi supermodel tentu tak mudah dan butuh waktu yang tidak sedikit.

Namun sekarang atau setidaknya beberapa tahun belakangan, sudah banyak terjadi perubahan. Untuk bisa menjadi model fesyen terutama tampil di catwalk bisa dilakukan model dengan beragam bentuk fisik.

"Perubahan itu terjadi karena demand dari customer itu sendiri. Sekarang kan semua orang bisa bersuara seperti di media sosial misalnya. Yang lebih dipilih sebagai model sekarang adalah yang bisa mewakili image dari brand yang dibawakannya," kata Bimo.

"Di era 90an misalnya, seorang model itu tuntutannya harus tinggi, cantik, tubuh proporsional, berkulit putih, rambut panjang. Kalau sekarang kan beda, mereka plus size, disabilitas, vitiligo, kulit hitam atau warna lainnya dan bahkan yang tidak terlalu tinggi juga bisa menjadi model kelas dunia," sambungnya.

Perubahan itu terjadi di hampir semua belahan dunia, termasuk Indonesia. Bimo mengatakan, beberapa desainer lokal tak lagi mengutamakan profil ideal seorang model seperti beberapa dekade lalu. Mereka yang berkulit hitam, tidak berambut lurus atau panjang juga bisa jadi pilihan para desainer terkenal.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Personality dan Karakter

Deretan Supermodel 90-an di Runway Milan Fashion Week 2018
Donatella Versace bersama mantan supermodel dunia, Carla Bruni, Claudia Schiffer, Naomi Campbell, Cindy Crawford dan Helena Christensen pada penutup koleksi Versace Spring/Summer 2018 di gelaran Milan Fashion Week, 22 September 2017. (MIGUEL MEDINA / AFP)

Salah satu pendobrak dunia model Indonesia, menurut Bimo adalah Fahrani. Wanita yang juga dikenal sebagai aktris itu tidak berkulit putih tapi kulitnya yang hitam dan eksotis justru membuatnya lebih berkarakter dan sangat menonjol. Ia bahkan pernah tampil di berbagai peragaan busana di luar negeri.

"Kalau untuk perancang, di Indonesia ada mas Bian yang juga jadi pelopor memakai jasa model yang berkulit eksotis. Kalau di luar negeri ada Michael Kors yang lebih memilih model dengan beragam warna kuit dan bahkan ada yang sudah tidak muda lagi," ucap pria yang bekerja di sebuah majalah fesyen ternama di Indonesia ini.

Selain Fahrani, Bimo menambahkan ada nama Laras Sekar yang juga berkulit eksotis dan bahkan tinggi badannya yaitu 172 cm termasuk pendek untuk seorang model. "Laras itu bisa tampil di Paris Fashion Week sebagai modelnya Saint-Laurent, itu di tahun 2017, padahal tingginya cuma sekiatr 172 cm. Sedangkan di ajang fashion show itu biasanya tingginya minimal harus 178 cm. Itu berati ada yang istimewa dari Laras hingga dia bisa menembus batas-batas itu," jelas Bimo.

Pria yang sudah beberapa kali ajang fashion week di berbagai negara ini kembali menekankan, yang jadi faktor pembeda adalah personality dan karakter yang kuat.  Bagi mereka yang ingin sukses menjadi model, Bimo mengatakan harus punya keunukan dan bisa mempertahankan keunikan itu.

Tak seperti anggapan banyak orang, persaingan di dunia model sangat keras dan tak selalu glamor. Kalau tidak punya keunikan maupun karakter yang kuat maka harus siap digeser model-model lainnya. "Tiap orang DNA-nya kan beda-beda, jadi harus bisa menampilkan sesuatu yang beda. Harus bisa jadi ‘one of a kind’ supaya bisa diingat banyak orang. Ini nggak bisa dipelajari di sekolah model, harus datang dari diri sendiri," tutur Bimo.

"Di ajang pemilihan model misalnya, yang bisa menang ditentukan dari personality mereka. Bisa dari cara berpakaian atau juga caranya bersikap. Maksimalkan karakter yang ada dalam kiri kalian, bahkan kekurangan pun bisa menjadi kelebihan kalau kita tahu cara untuk memaksimalkannya. Yang membedakan seorang model dari orang lain adalah personality yang kuat, sekali melihat dia maka kita akan punya kesan kuat terhadap dirinya," sambung Bimo.

Alasan Jadi Model

Ilustrasi Fashion Show
Ilustrasi fashion show (dok. Pixabay.com/AhmadArdity/Putu Elmira)

Ada banyak alasan seseorang untuk menjadi model. Pengalaman kurang menyenangkan juga bisa memicu kita untuk memiih profesi ini. Hal itu juga dialami Sari Majid. Mengawali karier sebagai model pada 2011, wanita berusia 29 tahun ini mengaku pernah dipandang aneh secara fisik terutama karena tubuhnya yang tinggi.

"Berawal dari perasaan diremehkan yang sempat bikin aku terpuruk, aku berusaha untuk bangkit dan jalan yang aku pilih adalah menjadi model. Lalu aku bisa jadi model tapi ternyata menjalankannya bukan hal yang mudah," kenang Sari pada Liputan6.com, Jumat, 25 Februari 2022.

Saat menjadi model, Sari sempat merasa tertekan karena banyak tuntutan yang harus dijalankan. Ia sempat berhenti dari dunia model dan menjalankan profesi sebagai arsitek, sesuai dengan pendidikan yang ditempuhnya di bangku kuliah.

Namun saat menjadi pekerja kantoran ia justru merasa jenuh. Dia kemudian bergabung dengan sebuah manajemen yang menbuat cara pandangnya terhadap dunia model berubah drastis. Ia pun meninggalkan pekerjaannya sebagai arsitek dan kembali menjadi model.

Wanita yang tergabung dalam Persona Management ini juga sering tampil dalam sejumlah fashion di luar negeri seperti Singapura dan Hong Kong. Beberapa tahun belakangan ini Sari agak mengurangi kegiatannya sebagai model. Ia kini lebih banyak mengurusi soal manajemen di Persona. Ia bahkan sekarang didapuk sebagai Head of Persona Bali, yaitu kantor Persona Management di Bali.

Persaingan Semakin Ketat

Ilustrasi fashion show
Ilustrasi fashion show (dok.unsplash/ Raden Prasetya)

"Sekarang aku dipercaya di Persona Bali buat men-develop anak-anak muda yang mau merintis karier sebagai model. Di belakang layar ternyata lebih rumit karena banyak yang harus diurus, tapi aku suka menjalani dan jadi tantangan yang menarik," terang Sari.

Untuk mereka yang ingin atau sedang memulai karier di dunia model, Sari mengingatkan agar tak menganggap enteng segala sesuatunya. Persaingan saat ini semakin ketat karena banyak orang bisa menjadi model.

Konsistensi juga sangat diperlukan kalau memang ingin berkiprah sebagai model dalam waktu lama. Menurut Sari, apa yang dijalani di dunia model saat ini sebenarnya tak jauh beda dengan beberapa tahun atau dekade lalu. Namun, sekarang semuanya serba lebih cepat dan lebih mudah untuk menjadi model.

"Sekarang memang lebih muda jadi model, tapi kuncinya ada di mental. Dulu kan lebih sulit untuk jadi model. Sekarang serba lebih mudah dan lebih permisif, tapi persaingan sekarang jadi lebih ketat, karena itu harus konsisten dan terus berusaha memberikan yang terbaik," ujar Sari.

Menaklukkan Diri Sendiri

ANFA
Asia NesGen Fashion Awards jadi bentuk komitmen Harper's Bazaar untuk memajukan industri fashion lewat para desainer muda bertalenta. (Foto ilustrasi: unsplash.com)

Hal itu juga disadari Ekene Chukwu yang mulai menjadi model pada 2017. Pria berusia 20 tahun ini sempat kaget karena dunia model tak semudah yang ia kira sebelumnya.Ekene harus banyak belajar dan bertanya pada mereka yang lebih senior terutama di agensi tempat ia bergabung, Persona Management.

Kesulitan yang pernah dihadapinya adalah menaklukkan diri sendiri karena kadang merasa punya banyak kekurangan. "Karena itu saat kita melihat model lain, kita merasa insecure. Cara mengatasi, buang jauh pikiran negatif, selalu bersyukur dan percaya sama dkri sendiri, dan tentunya belajar lebih banyak lagi," kata Ekene pada Liputan6.com, Jumat, 25 Februari 2022.

Pria peranakan Tiongkok-Nigeria ini tidak pernah masuk sekolah model, tapi kariernya sudah maju pesat dan ingin berkiprah sampai ke luar negeri. Wajah eksotisnya kerap muncul di berbagai katalog produk atau sebagai model iklan maupun fashion show atau runway.

"Buat yang ingin jadi model, tetap semangat dan jangan cepat down. Jangan pernah merasa insecure, intinya harus tetap konsisten, displin, terus belajar dan punya keinginan kuat," pungkas Ekene.

Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion

Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion
Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya