Liputan6.com, Jakarta - Ramadhan jadi momen yang sangat tepat untuk berbagi kepada sesama. Salah satunya melalui gerakan #BahagiaBerbagiBaju Lebaran yang dilakukan Reckitt Indonesia melalui Vanish.
Lewaat gerakan tersebut Reckitt Indonesia mengajak masyarakat Indonesia menyumbangkan pakaian lama layak pakai bagi yang membutuhkan. Dengan disumbangkan, maka akan memperpanjang masa pakai pakaian untuk mengurangi limbah pakaian.
Gerakan tersebut dilaksanakan, mengingat di antara kita masih banyak yang tidak bisa membeli baju baru untuk merayakan lebaran. Melalui gerakan #BahagiaBerbagiBaju, Vanish ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk turut berbagi kebahagiaan.
Advertisement
Baca Juga
"Dengan ‘menghidupkan kembali’ pakaian lama layak pakai mereka dengan Vanish agar menjadi pakaian yang terlihat bersih dan pantas dikenakan untuk menyambut momen kebersamaan ini. Mengenakan pakaian terbaik merupakan bentuk sukacita dalam menyambut hari raya Idulfitri," kata Marketing Director Reckitt Indonesia, Rahul Bibhuti, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Kamis (28/4/2022).
Aghnia Punjabi, seorang influencer hijab yang juga merupakan pengusaha fashion mengatakan, dalam industri fashion, terdapat istilah fast fashion untuk menggambarkan bagaimana pakaian diproduksi secara cepat agar dapat terus mengikuti tren terbaru. "Perilaku membeli baju lebaran baru pun salah satunya didorong oleh tren fashion yang menampilkan desain yang berbeda setiap tahunnya," kata dia.
Aghnia percaya keberhasilan ibadah Ramadan tidak hanya tercermin dari berpuasa sebulan penuh melainkan juga dari bagaimana kita mendorong diri untuk menjadi lebih baik. Salah satunya dalam hal konsumsi pakaian.
“Saya menerapkan konsep one in, one out, yaitu saat membeli baju baru, saya akan memilih pakaian lama yang bisa disumbangkan ke sesama yang membutuhkan. Dengan konsep ini, selain dapat menghadirkan kebahagiaan kepada orang lain, kita juga bisa berkontribusi dalam upaya mengurangi limbah pakaian yang merupakan salah satu ancaman bagi kelestarian lingkungan.”
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pakaian Bersih
Donna Agnesia selaku Brand Ambassador Vanish mengatakan merawat pakaian yang kita miliki haruss sepenuh hati. Salah satunya dengan cara mencucinya menggunakan pembersih noda yang dapat membuat pakaian bersih, warna terlihat cerah dan tampak seperti baru, merupakan kebiasaan baik yang dapat memperpanjang masa pakai pakaian.
"Untuk membantu mengurangi personal fashion waste, kita juga bisa memanfaatkan momen-momen istimewa salah satunya seperti Ramadan ini untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama dengan cara menyumbangkan pakaian lama kita. Sebagai bentuk penghargaan dan kepedulian terhadap sang pemilik baru, sebelum menyerahkan pakaian lama kita, alangkah lebih baik jika kita memastikan pakaian tersebut dalam keadaan bersih dan tampak layak untuk dipakai," papar Donna.
Untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin menyumbangkan pakaian lama layak pakainya, Vanish menyediakan drop box di sejumlah pusat perbelanjaan seperti Transmart dan Lottemart. Vanish juga bekerja sama dengan Paxel dalam menyediakan layanan penjemputan sumbangan pakaian lama layak pakai di lebih dari 40 kota di Indonesia.
"Sebagai apresiasi, Vanish juga menyediakan hadiah menarik berupa uang tunai senilai Rp 1.000.000 untuk masing-masing lima orang donatur tercepat serta 300 pcs produk Vanish untuk donatur beruntung lainnya. "Mari berikan pakaian kita kesempatan untuk menjalani banyak kehidupan dan berbagi kebahagiaan dengan orang lain, tak hanya di Ramadan kali ini melainkan juga di momen-momen istimewa lainnya,” tutup Rahul Bibhuti.
Advertisement
Riset Baju Lebaran
Membeli baju baru saat Ramadan terutama menjelang lebaran merupakan tradisi turun-temurun yang sudah ada di Indonesia sejak abad ke-16. Oleh karenanya tak heran jika tradisi ini sudah menjadi bagian yang sangat melekat dengan Ramadan dan lebaran.
Bahkan menurut survei JakPat (Jajak Pendapat) mengenakannya hanya sekali. Di sisi lain, masih banyak masyarakat kurang beruntung yang tidak memiliki kesempatan membeli baju baru untuk merayakan lebaran.
Pada 2021, meski pandemi masih melanda, belanja baju baru masih menduduki posisi empat besar atau 45 persen di antara kebutuhan lainnya. Sementara pada riset yang dilaksanakan pada 2017, sebanyak 61,71 persen masyarakat menyatakan selalu membeli baju baru untuk lebaran setiap tahunnya.
Fast Fashion
Menurut artikel yang dirilis The World Bank tahun 2019, fast fashion dapat memperburuk masalah lingkungan karena mendorong lahirnya produk fashion yang memiliki masa pakai lebih singkat. Sebanyak 50 miliar pakaian baru diproduksi tahun 2000, dan 20 tahun kemudian tepatnya tahun 2020, tercatat rata-rata konsumen membeli pakaian 60 persen lebih banyak.
Tidak hanya membeli lebih banyak, konsumen juga membuang lebih banyak pakaian. Kurang dari satu persen pakaian bekas didaur ulang menjadi pakaian baru. Diperkirakan setiap tahunnya sekitar 500 miliar dolar AS hilang akibat pakaian yang berakhir di tempat pembuangan sampah karena tidak disumbangkan atau didaur ulang.
Fast Fashion dapat didefinisikan sebagai pakaian murah dan trendi yang mengambil ide mode dari peragaan busana terkenal atau gaya dari para selebriti. Setelah itu diubah menjadi pakaian yang dijual di toko retail dengan alur produksi dan jangka waktu yang cepat.
Advertisement