Liputan6.com, Jakarta - Pekan lalu, penduduk Zhoushan, sebuah kota di China, menyaksikan langit merah darah yang misterius, pemandangan yang membuat mereka khawatir. Video menunjukkan langit merah di atas kota pelabuhan, serta sebagian besar wilayahnya karena kabut.
Sesuai laporan, melansir Mashable, Jumat (13/5/2022), bagian langit paling merah disebut berada di dekat area pelabuhan. Merujuk laporan Global Times, media pemerintah Tiongkok, orang-orang menyaksikan langit berubah merah dari rumah, balkon, dan jalan-jalan kota.
Klip dan gambar fenomena tersebut jadi viral, mengumpulkan lebih dari 150 juta tampilan di situs media sosial China, Sina dan Weibo. Banyak orang percaya bahwa pemerintah China memiliki "pertanda buruk" karena cara mereka menangani wabah COVID-19.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
"Saya belum pernah melihat ini sebelumnya," kata seorang pengguna, lapor Global Times, sementara yang lain berkomentar, "Sungguh mengherankan saya bahwa langit bisa berubah menjadi merah."
Ketika video menyebar dan kepanikan meluas mencengkeram kota, agen televisi dan media menggambarkan bahwa langit merah darah disebabkan "pembiasan cahaya alami daripada efek buatan manusia."
"Saat itu berkabut dan berawan di Zhoushan pada hari Sabtu (7 Mei 2022) dan gerimis saat langit merah, yang mungkin disebabkan pantulan cahaya dari awan tingkat rendah," menurut laporan tersebut.
“Saat kondisi cuaca bagus, lebih banyak air di atmosfer membentuk aerosol yang membiaskan dan menyebarkan cahaya kapal penangkap ikan dan membuat langit merah darah terlihat publik," imbuh pihaknya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kejadian Serupa
Terlepas dari penjelasan ahli meteorologi, publik tetap skeptis dan menyebutkan alasan berbeda untuk rona merah langit, menurut World of Buzz. Beberapa menganggap bahwa itu adalah hasil dari aktivitas mencurigakan, seperti pengujian senjata atau polusi.
Ada juga yang membandingkan peristiwa tersebut dengan insiden tahun 1770, di mana langit berubah jadi merah selama sembilan hari sebagai akibat dari aktivitas matahari secara besar-besaran, seperti yang ditegaskan para ilmuwan Jepang dalam sebuah artikel penelitian tahun 2017.
Pencahayaan bisa saja datang dari kapal penangkap ikan yang mengekstraksi saury Pasifik, menurut media lokal yang mengutip China Aquatic Products Zhoushan Marine Fisheries Co.
Faktanya, fenomena langit tersebut sudah terlihat di Indonesia, beberapa bulan lalu. Warganet Indonesia dibuat heboh dengan langit merah dan petir di atas Gunung Welirang di Jawa Timur. Perhatian masyarakat pun terbilang wajar mengingat Gunung Welirang merupakan gunung berapi aktif.
Advertisement
Penjelasan Sains soal Langit Merah di Atas Gunung Welirang
Menurut situs Earth Sky, seperti dirangkum kanal Global Liputan6.com, fenomena langit berwarna merah adalah hal yang umumnya terjadi di atas gunung berapi akibat gas dan partikel. Partikel-partikel itu berterbangan di langit, sehingga mereka jadi semacam filter alami.
Alhasil, cahaya matahari jadi tampak kemerahan. Fenomena ini disebut vulcanic sunset. Sesuai namanya, pemandangan langit tidak biasa itu terjadi pada petang hari. Langit merah di Gunung Welirang sendiri tercatat sekitar pukul 18.30.
Biasanya, fenomena ini terlihat usai gunung erupsi, meski kondisi Gunung Welirang saat itu tidak erupsi. Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga menilai peristiwa itu merupakan hal yang biasa terjadi.
"Fenomena awan yang terlihat berwarna merah, merupakan hal yang biasa terjadi. Hal tersebut merupakan salah satu contoh fenomena optik atmosfer," tutur Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stamet Juanda, Teguh Sri Susanto seperti dikutip dari unggahan akun Instagram @infobmkgjuanda.
Langit Merah Saat Gunung Erupsi
Lebih lanjut dijelaskan, warna awan disertai langit merah di sekitarnya disebabkan pembiasan cahaya matahari dari partikel-partikel di atmosfer, sehingga menghasilkan energi yang rendah, gelombang panjang, dan memunculkan warna kemerahan.
"Semakin rendah posisi matahari dari garis cakrawala, semakin rendah pula cahaya merah yang dicapai," tutur Teguh lebih lanjut.
Langit berwarna merah buktinya pernah tampak saat Gunung Nyiragongo di Republik Demokratik Kongo erupsi pada 22 Mei 2021. Semburan lava tinggi dari Gunung Nyiragongo ke langit malam membentuk awan merah tebal di atas Goma, kota dengan dua juta populasi.
Ribuan warga yang panik melarikan diri, banyak yang berjalan kaki, demikian seperti dikutip dari BBC. Gunung berapi, yang terletak 10 km dari pusat kota Goma, terakhir meletus pada 2002, menewaskan 250 orang dan membuat 120 ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Seorang pejabat dari Taman Nasional Virunga, tempat gunung berapi itu berada, mengatakan dalam sebuah catatan pada staf, letusan itu mirip dengan yang terjadi pada 2002 dan bahwa semua orang di dekat bandara harus "mengungsi tanpa penundaan."
Advertisement