6 Fakta Menarik Arab Saudi, Tempat Lahirnya Islam dan Rumah bagi Kota-Kota Suci

Arab Saudi adalah negara pewaris sejarah yang kaya, membentang di Semenanjung Arab utara dan tengah.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 27 Okt 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2022, 08:30 WIB
Ilustrasi bendera Arab Saudi (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Arab Saudi (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Arab Saudi adalah negara pewaris sejarah yang kaya, membentang di Semenanjung Arab utara dan tengah. Di dataran tinggi baratnya, Arab Saudi berada di sepanjang Laut Merah. Negara ini merupakan tempat lahirnya Islam dan rumah bagi situs kota-kota paling suci agama itu, yaitu Mekah dan Madinah.

Mengutip dari Britannica, Kamis (27/10/2022), di jantung Arab Saudi adalah wilayah yang dikenal sebagai Najd "Dataran Tinggi," zona kering luas yang hingga saat ini dihuni suku-suku nomaden. Di sebelah timur, di sepanjang Teluk Persia, terdapat ladang minyak yang melimpah, yang sejak tahun 1960-an membuat Arab Saudi identik dengan kekayaan minyak bumi.

Ketiga elemen, yaitu agama, kesukuan, dan kekayaan tak terhingga telah mengobarkan sejarah negara itu. Masih banyak hal menarik lain tentang negara di Timur Tengah itu. Berikut beberapa fakta menarik Arab Saudi yang dirangkum dari berbagai sumber. 

1. Letak Geografis

Negara ini menempati sekitar empat perlima dari Semenanjung Arab. Berbatasan dengan Yordania, Irak, dan Kuwait di utara; Teluk Persia, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Oman di timur; sementara di tenggara oleh Yaman; kemudian di selatan dan barat daya merupakan tepi Laut Merah dan Teluk Aqabake.

Sengketa perbatasan yang berlangsung lama berhasil diselesaikan dengan Yaman (2000) dan Qatar (2001), sementara perbatasan dengan Uni Emirat Arab tetap tidak ditentukan. Sebuah wilayah seluas 5.700 km persegi di sepanjang pantai teluk dibagi Kuwait dan Arab Saudi sebagai zona netral sampai 1969 ketika batas politik akhirnya disepakati.

Masing-masing negara mengelola setengah wilayah, tapi mereka sama-sama berbagi produksi minyak di seluruh wilayah. Kontroversi mengenai Zona Netral Saudi-Irak secara hukum diselesaikan pada 1981 dengan pembagian, namun konflik antara kedua negara tetap ada dan mencegah demarkasi akhir di lapangan.

2. Bentuk Pemerintahan

Unta
Kawanan unta milik warga Qatar saat berada di penampungan perbatasan Abu Samrah antara Arab Saudi dan Qatar, (20/6). Sekitar 12.000 unta dan domba menjadi korban atas pemutusan diplomatik Qatar oleh Arab Saudi. (AFP Photo/Stringer)

Arab Saudi adalah negara monarki absolut. Meski demikian, menurut Undang-undang Arab Saudi yang diadopsi keputusan pemerintah pada 1992, Raja Arab harus mematuhi Syariah, yaitu hukum Islam dan Al-Quran. Al-Quran dan Sunnah dinyatakan sebagai konstitusi negara.

Tidak ada konstitusi tertulis yang sah, sehingga dasar konstitusi Al-Quran dan Sunnah menurut interpretasi ulama, organisasi agama Arab Saudi, yang jadi tolak ukur.

Pemerintah Arab Saudi tengah dipimpin Raja Salman yang naik takhta pada 23 Januari 2015. Tidak ada partai politik atau pemilihan umum yang dilakukan. Menurut Economist Intelligence Unit, pada Indeks Demokrasi 2010, pemerintah Arab Saudi adalah rezim paling otoriter ke-7 dari 167 negara.

Raja menggabungkan fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketetapan kerajaan menjadi dasar Undang-Undang negara. Sebagai raja mutlak, keperibadian dan kemampuan raja memerintah memengaruhi politik dan kebijakan nasional negara.

Misalnya, Raja Saud (1953--1964) dianggap tidak kompeten dan boros. Pemerintahannya membawa Arab Saudi pada krisis ekonomi dan politik yang mengakibatkan penurunan takhta secara paksa.

Lalu, Raja Faisal (1964--1975) dikenal modernis, menyukai kemajuan ekonomi, dan teknologi, tapi konservatif secara politik dan agama. Ia mengarahkan pembangunan ekonomi dan birokrasi yang pesat di negara itu pada awal 1970-an, tapi juga membuat konsesi untuk organisasi agama, dan membatalkan rencana memperluas keikutsertaan politik masyarakat. 

3. Catatan Politik

Dengan bangkitnya keluarga Saud (Āl Saʿūd), Arab Saudi mulai mengambil ciri-ciri negara modern konsolidasi kekuasaannya pada awal abad ke-20. Keberhasilan keluarga Saud tidak terlepas dari motivasi ideologi Wahhabi, suatu bentuk Islam keras yang dianut para pemimpin keluarga dan jadi kredo negara.

Konservatisme agama yang mendalam ini telah disertai kesukuan, serta kelompok-kelompok keluarga yang bersaing memperebutkan sumber daya dan status. Kekayaan minyak telah memicu investasi besar dan cepat dalam infrastruktur Arab Saudi.

Banyak warga mendapat manfaat dari pertumbuhan ini, tapi juga "mendukung" gaya hidup mewah keturunan keluarga penguasa. Kaum konservatif religius dan demokrat liberal sama-sama menuduh keluarga itu menghambur-hamburkan dan menyalahgunakan kekayaan negara.

Selain itu, ketidakpuasan sipil meningkat setelah Perang Teluk Persia (1990--1991) atas hubungan dekat negara itu dengan Barat, yang dilambangkan terutama oleh pasukan AS yang ditempatkan di Arab Saudi hingga 2005.

Pemerintah didominasi keluarga kerajaan, Saud, yang sering terbagi oleh perselisihan internal dan faksi-faksi. Anggota keluarga adalah aktor politik utama yang disahkan pemerintah. Partisipasi politik di luar keluarga kerajaab terbatas. Ada tekanan dalam beberapa waktu untuk meluaskan dan meningkatkan partisipasi.

 

4. Haji

FOTO: Suasana Kota Suci Mekkah Jelang Rangkaian Ibadah Haji
Ribuan jemaah haji mengelilingi Ka'bah di Masjidil Haram, Kota Suci Mekkah, Arab Saudi, 5 Juli 2022. Arab Saudi diperkirakan akan menerima satu juta umat muslim untuk melaksanakan ibadah haji yang akan dimulai pada 7 Juli setelah dua tahun dibatasi karena pandemi virus corona COVID-19. (AP Photo/Amr Nabil)

Pada pertengahan abad ke-20, sebagian besar Arab Saudi masih menganut gaya hidup tradisional yang telah berubah sedikit selama ribuan tahun. Sejak itu, laju kehidupan di Arab Saudi semakin cepat.

Ada arus konstan peziarah yang datang ke Mekah dan Madinah di mana kerumunan besar tiba untuk haji tahunan. Lebih banyak lagi, peziarah mengunjungi Arab Saudi sepanjang tahun untuk umrah.

Sekitar dua juta orang melakukan haji setiap tahun, dan ritual tersebut berfungsi sebagai kekuatan pemersatu dalam Islam dengan menyatukan pengikut dari berbagai latar belakang. Ziarah, jika dilakukan dengan benar, diyakini menghapus dosa-dosa sebelumnya. 

Haji adalah rukun iman kelima dari praktik fundamental seorang Muslim. Ritual haji dimulai pada hari ke 7 Zulhijah, bulan terakhir tahun Islam, kemudian berakhir pada hari ke-12.

5. Kuliner

Masakan di Arab Saudi secara umum mirip dengan negara-negara Teluk Persia di sekitarnya, dengan budaya Turki, Persia, dan Afrika sangat memengaruhi selera kuliner. Kebiasaan larangan Islam sangat diperhatikan. Misalnya, babi tidak dikonsumsi, anggur dihindari, bahkan hewan yang sah secara ritual seperti domba harus disembelih dengan cara yang ditentukan.

Hidangan yang terdiri dari domba isi, yang dikenal sebagai khūz, adalah favorit nasional. Kebab juga populer, seperti shwarma, hidangan daging domba, kambing, atau ayam yang diasinkan, lalu dipanggang dan disajikan sebagai hidangan utama.

Seperti halnya di negara-negara Teluk Persia, machbous, hidangan nasi dengan ikan atau udang juga sangat populer. Roti datar dan tidak beragi adalah makanan pokok hampir setiap makanan, seperti juga semua jenis buah segar. Kurma, baik segar atau manisan, ada di mana-mana. Kopi disajikan kuat dan panas dalam gaya Turki. 

6. Pariwisata

Kota Mawar di Arab Saudi Bermekaran saat Ramadhan
Pekerja di pertanian Bin Salman memetik mawar Damaskena (Damask) untuk menghasilkan air dan minyak mawar, di kota Taif, Saudi barat, pada 11 April 2021. Dikenal sebagai kota mawar, dengan sekitar 300 juta bunga mekar setiap tahun, Taif memiliki lebih dari 800 perkebunan bunga. (AFP/Fayez Nureldine)

Wisatawan asing biasanya datang ke Arab Saudi untuk melakukan umrah dan haji. Sementara, bagian menarik negara ini yang bisa Anda kunjungi adalah Jazirah Arab dengan permukaan pasir yang luas. Di antaranya adalah area pasir terbesar di dunia, theRubʿ al-Khali "Empty Quarter," yang mendominasi bagian selatan negara itu dan mencakup lebih dari 647.500 km persegi.

Kemiringannya dari atas sekitar 800 meter di dekat perbatasan dengan Yaman ke arah timur laut hingga hampir ke permukaan laut dekat Teluk Persia. Pegunungan pasir ini mencapai ketinggian 250 meter, terutama di bagian timur.

Distrik Turaif di Diriyah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 2010. Reruntuhan kota tua Diriyah terletak di kedua sisi lembah sempit yang dikenal dengan Wadi Hanifa, yang terletak di bagian selatan .

Diriyah adalah rumah asli keluarga kerajaan Arab Saudi, dan jadi ibu kota dari dinasti Saudi pertama pada tahun 1744--1818. Saat ini, kota ini adalah wilayah dari Provinsi Diriyah, yang juga termasuk Desa Uyayna, Jubayla, dan Al-Ammariyyah.

Struktur bangunan di kota Diriyah hampir semuanya terbuat dari lumpur bata, dengan reruntuhan dibagi menjadi tiga wilayah: Ghussaibah, Al-Mulaybeed, dan Turaif. Dari ketiga wilayah tersebut, Turaif adalah yang tertinggi, dan bagian bawahnya adalah tempat yang mudah diakses wisatawan dengan berjalan kaki. Di tempat ini masih ada beberapa menara observasi.

Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu
Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya