Liputan6.com, Jakarta - Kejadian kurang menyenangkan di kawasan wisata Kawah Ratu, Bogor, mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, termasuk Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno. Belum lama ini terjadi pelecehan seksual di Kawah Ratu, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Bogor, Jawa Barat.
Pelaku merupakan salah satu oknum yang juga menjadi bagian pengelola kawasan wisata tersebut. Sandiaga Uno mengecam aksi dugaan pelecehan seksual tersebut. Sandiaga mengatakan, tindakan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh oknum tersebut sangat merugikan sektor pariwisata.
Advertisement
Baca Juga
Momen Pangeran William dan Kate Middleton Siaran di Radio Bahas Kesehatan Mental
Respons Korban Usai Kasus Dugaan Pelecehan Seksual di Kawah Ratu Gunung Salak Disebut Berakhir Damai
Susul Kate Middleton dan Pangeran William, Meghan Markle dan Harry Pamer Potret Anyar Usai Pemakaman Ratu Elizabeth II
Untuk itu dia meminta agar pelaku ditindak tegas agar nantinya tidak ada lagi kejadian serupa yang terulang. "Kejadian ini sangat merugikan pariwisata dan perlu kita sikapi dengan tegas. Kita harus hapus citra buruk, dan pihak pengelola harus memberikan hukuman, harus ada efek jera bagi pelaku," ucap Sandiaga Uno dalam Weekly Press Brief with Sandi Uno secara virtual, Senin, 30 Januari 2023.
Sandiaga meminta, agar semua pihak, khususnya para pelaku wisata, agar berkolaborasi, menjaga keamanan dan kenyamanan pariwisata yang aman dan menyenangkan. Selain itu, pentingnya mengedukasi masyarakat untuk mendorong saling menjaga satu sama lain.
Tujuannya agar kejadian pelecehan seperti di tempat wisata Kawah Ratu Taman Nasional Gunung Halimun Salak tidak terjadi lagi. Bila terjadi kasus seperti pelecehan seksual tentunya bisa mengurangi minat banyak orang ke tempat wisata tersebut, atau bahkan membuat catatan buruk bagi bidang pariwisata secara umum.
Â
Jangan Sampai Terulang
"Dinas pariwisata daerah, pusat dan pelaku industri pariwisata harus menciptakan destinasi berkelas dunia yang aman dan nyaman. Jangan sampai hal-hal tersebut terulang kembali dan SOP keamanan dan kenyamanan harus berbasis SNI CHSE," terangnya.
Ke depan, Sandiaga bakal mensosialisasikan pentingnya menjaga kenyamanan serta keamanan di destinasi pariwisata ke sejumlah pelaku industri pariwisata. Sementara itu, pengunjung Kawah Ratu buka suara terkait kasus dugaan pelecehan seksual yang dialaminya.
Di unggahan Instagram-nya, baru-baru ini, Irene menyebut seseorang, yang awalnya dianggap petugas, di kawasan wisata itu memotret pantatnya ketika ia berkunjung pada Minggu, 22 Januari 2023.
"Hingga hari Selasa (24/1/2023), belum ada permintaan maaf resmi yang disampaikan langsung pelaku," katanya pada Liputan6.com melalui DM Instagram, Selasa siang, (24/1/2023). "Karesnya (kepala resort) memang sudah meminta maaf pada kami saat pertemuan setelah kejadian. Namun, setelah itu belum ada info dari karesnya."
Saat itu, Irene belum tahu apakah perkara ini akan dibawanya ke pihak berwajib karena pihaknya "masih menunggu iktikad baik (pelaku)".  "Karena pun pasti akan melewati proses yang panjang. Yang terpenting sekarang adalah iktikad baik dari pelaku pada kami," tuntutnya.
Â
Advertisement
Permohonan Maaf
Korban menegaskan, "Yang harus meminta maaf adalah oknum, bukan kares. Pihak TNGHS sudah mediasi dengan pihak korban, dan meminta maaf. Namun, harapan korban adalah oknum sendiri yang meminta maaf dan dilakukan pemecatan."
"Jika belum ada permohonan maaf secara langsung pada korban, dinyatakan kasus belum damai oleh korban," tuturnya, "Yang harus jadi consent di sini adalah korban, yang mana korban lah yang mengalami kekerasan non-fisik dan trauma."
Pihak TNGHS juga sudah merilis pernyataan terkait kasus dugaan pelecehan seksual tersebut di akun Instagram mereka, Selasa (24/1/2023). "Tindakan tidak terpuji berupa pengambilan foto pengunjung wisata tanpa izin terjadi di area camping ground Pasir Reungit," tulis mereka mengawali keterangan unggahan.
TNGHS menyebut, aksi pelecehan seksual itu dilakukan "masyarakat setempat binaan pemegang Perizinan Berusaha Penyediaan Jasa Wisata Alam di lokasi tersebut atas nama Koperasi Satria Rimba Athalla." "Dalam menjalankan usahanya, koperasi ini memiliki beberapa orang masyarakat binaan sebagai perbantuan," imbuh mereka.
Belum Ada Mediasi dengan Pelaku
Saat mediasi, kata mereka, foto-foto korban telah dihapus. Hasil medianya disebut, satu, menyelesaikan kejadian ini secara damai dan kekeluargaan. Kemudian, menghapus semua dokumentasi kejadian tersebut."Tiga, menghentikan aktivitas perbantuan pelaku sebagai personel binaan pihak pengelola objek wisata, dan terakhir, menghentikan penyebaran atau publikasi foto-foto korban," tandasnya.
Namun demikian, klarifikasi ini, menurut korban, "dibuat secara sepihak." "Semuanya (seolah) menutup-nutupi dan membuat narasi sendiri-sendiri," katanya menanggapi pernyataan TNGHS.Â
Ia juga mempertanyakan pernyataan "pengeroyokan" yang disertakan dalam klarifikasi tersebut. "Pengeroyokan yang dimaksud tuh yang seperti apa? Buktinya pelakunya aja bisa kabur saat kejadian," sebutnya.
Kalau diinformasikan ada pemukulan memang benar, namun itu bentuk dari emosi dan cara menjaga nama baik keluarga korban yang sudah dilecehkan," ucapnya, menambahkan bahwa ia punya foto tersangka setelah kejadian dengan wajah "baik-baik saja."
Korban juga mengatakan bahwa mediasi yang dilakukan TNGHS bukan antara pelaku dengan korban, namun pihak taman nasional. "Setelah kabur, pelaku kembali ke tempat kejadian saat kami sudah pulang, jadi cuma mediasi dengan pihak TNGHS," sebutnya.
Â
Advertisement