Liputan6.com, Jakarta - Di usia 6 bulan, air susu ibu (ASI) saja sudah tidak bisa mencukupi kebutuhan energi dan nutrisi bayi. Orangtua, terutama ibu harus memberikan bayinya makanan pendamping ASI (MPASI) agar anak bisa bertumbuh secara optimal.
Sekarang ini juga sudah tersedia makanan berbentuk MPASI instan yang dijual di pasaran, baik dalam bentuk bubuk maupun puree. Ada juga yang menjual MPASI yang biasanya berupa bubur bayi yang dijual di warung pinggir jalan dan bahkan di gerobak makanan keliling.
Jadi kalau Anda tidak sempat membuat sendiri di rumah bisa membelinya di luar rumah. Tapi, sebagian ibu mungkin masih ragu, apakah MPASI instan maupun yang dijual di pinggir jalan termasuk aman dan punya nilai gizi yang cukup bagi bayi Anda?
Advertisement
Baca Juga
Menurut Pratiwi, seorang nutrionist/ahli gizi, MPASI seperti bubur bayi yang dijual di pinggir jalan bisa saja dibilang menyehatkan apabila aman atau bebas dari cemaran, serta punya kandungan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan anak. "Kalau memang terpaksa harus beli MPASI di pinggir jalan, pastikan MPASI tersebut aman dari cemaran serta memiliki kandungan gizi yang tepat," terang Pratiwi lewat pesan pada Liputan6.com, Jumat, 3 Maret 2023.
Selain itu, pastikan juga aman dari cemaran. Tidak ada cemaran fisik (misalnya potongan plastik/bungkus makanan, batu, dan lain-lain), tidak ada cemaran biologi (misalnya bakteri), dan tidak ada cemaran kimia (misalnya racun, sisa pestisida, sisa cabun cuci alat makan). Perhatikan juga bagaimana MPASI tersebut dijual. Apakah kemasan/wadahnya tertutup, apakah wadah yang digunakan food-grade, dan sebagainya.
"Mengenai kandungan zat gizi, MPASI harus menu lengkap untuk mencukupi kebutuhan berbagai zat gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro (seperti vitamin dan mineral). Selain jenisnya yang lengkap, jumlah dari tiap komponen juga harus tepat," ucap Pratiwi.
Salah satu contohnya adalah bubur yang terdiri dari nasi/beras (sumber karbo), dengan daging ayam (sumber protein) yang ditumis dengan minyak (sumber lemak), serta wortel (sumber serat, vitamin dan mineral).
"Pastikan buburnya bukan didominasi oleh nasi/beras; melainkan terdapat daging ayam tumis dan wortel yang memadai; jangan daging ayamnya hanya 1 suwir, wortelnya hanya 1 iris, selebihnya nasi “sebaskom”," ungkapnya.
Sesuai Kebutuhan dan Petunjuk
Mengenai MPASI cepat saji dalam kemasan dan tinggal seduh menurut Pratiwi boleh-boleh saja dikonsumsi sebagai alternatif. MPASI yang dijual oleh merek/brand besar umumnya sudah terdaftar di BPOM, sudah melewati serangkaian proses assessment yang tidak mudah. "Bahkan MPASI jenis tersebut biasanya juga difortisikasi/diperkaya dengan sejumlah vitamin dan mineral yang mungkin suka kurang terpenuhi asupannya melalui MPASI yang dibuat sendiri di rumah namun komposisinya kurang lengkap," jelasnya.
Bagi yang ingin membeli MPASI cepat saji dari merek besar yang sudah jelas sertifikasi dan keamanan serta kandungannya, pastikan produk yang dipilih sesuai kebutuhan anak dan takaran sajinya sesuai pentunjuk Bila ingin membuat sendiri di rumah, menurut Pratiwi tidak ada bahan MPASI yang “paling” baik dan menyehatkan.
Semua bahan memberikan zat gizi yang berbeda-beda yang dibutuhkan tubuh. Pada dasarnya tidak ada satu pun bahan pangan atau kelompok bahan pangan yang dapat memenuhi semua kebutuhan zat gizi manusia, kecuali ASI untuk bayi usia 0-6 bulan. "Jadi, kita harus (termasuk MPASI) menerapkan diversifikasi pangan. Namun memang ada beberapa bahan pangan/makanan yang perlu dihindari, seperti madu untuk anak di bawah usia 1 tahun, atau makanan tidak/kurang matang seperti telur setengah matang," ujarnya.
Agar anak tidak cepat bosan dan memiliki pola makan yang baik, perkenalkan anak dengan beragam variasi bahan pangan sejak dini. "Misalnya hari ini karbohidratnya dari nasi, besok dari kentang. Lalu hari ini buahnya alpukat, besok pepaya. Atau sumber proteinnya hari ini ayam, besok ikan. Dan seterusnya, terus digonta-ganti agar lebih variatif sehingga anak tidak cepat bosan," tuturnya.
Sementara itu, dokter spesialias anak, Dokter dr Dian Pratamastuti Sp. A, penjual MPASI di pinggir jalan seperti bubur bayi, dari segi kualitas tidak jelas karena kita tidak tahu apakah isinya sudah sesuai dengan kebutuhan makoinutrien dan mikronutrien yang sesuai buat anak yang sudah mulai mendapatkan MPASI. Kadang takarannya tidak sesuai dengan anjuran kandungan gizi yang ditetapkan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).
Advertisement
Kenalkan Beragam Makanan
"Kadang kita gak tau pasti soal kebersihannya, apalagi yang di pinggir jalan/gerobak dengan berbagai rasa. Panci mereka kan buka tutup terus jadi bisa tsaja erkontaminasi kuman," kata dokter Dian pada Liputan6.com, Kamis, 2 Maret 2023.
Menurut Dian, ada dua jenis MPASI yaitu yang instan dan membuat sendiri di rumah (homemade) yang masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Yang instan biasanya dalam bentk bubur kering atau bubur fortifikasi yang dijual di toko-toko.
"Kalau homemade itu lebih baik karena kita bisa lebih kreatif dengan membuat berbagai macam makanan. Kita bisa mengenalkan ragam makanan Indonesia seperti soto, bakso, opor, sop, sehingga mereka tidak picky eater atau pilih-pilih makanan di usia 1 tahun keatas karna sudah pernah mencoba berbagai macam makanan,” tuturnya.
"Kesulitannya, agak sulit menakar ukuran gizi makanan yang kita siapkan, misalnya anak kita butuh zat besi berapa mg, kita sulit menakarnya kalau biin sendir di rumah. Itu yang jadi keunggulan makanan instan karena sudah sesuai standar dengan kebutuhan harian anak sudah terpenuhi semuanya. Tapi instan ini kalo terus dikasih anak kita bisa gak kenal variasi rasa, dia jadi gak mau makanan lain," sambungnya.
Tips Memilih MPASI Instan
Bila memang terpaksa harus menggunakan MPASI cepat saji dalam kemasan karena situasi tertentu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Harus yang bagus kemasannya. Sebaiknya jangan pilih yang warnanya pudar dan tidak rapi atau berlubang.
2. Periksa tanggal kedaluwarsanya.
3. Harus sudah memenuhi standar BPOM.
4. Perhatikan komposisinya, zat besi harus cukup takarannya tapi biasanya sudah ada ada takaran yang tepat untuk kandungan gizinya.
5. Perhatikan kandungan gulan dan garamnya, karena bayi di bawah 1 tahun hanya butuh gula tidak lebih dari 5 persen dari total asupan kalori per hari dan garam maksimal 1 gram atau 400 mg dalam sehari.
6. Baca petunjuk penyajian dengan seksama dan diikuti.
7. Buburnya tidak mengumpal dan masih halus.
Jika kemasannya sudah dibuka harus disimpan di stoples yang kedap udara, jangan di kulkas tapi di tempat yg kering dan tidak kena sinar matahari.
Untuk yang ingin membuat MPASI sendiri di rumah, dokter yang berpraktek di National Hospital, Total Life Clinic dan Manyar Tirtomoyo di Surabaya ini, menyarankan beberapa bahan yang paling baik dan menyehatkan, terutama untuk bayi yang baru berusia enam bulan atau di bawah 1 tahun.
“Bahan-bahannya harus mengandung makronutrien, karbohidrat, lemak, serat dan vitamin mineral Komposisi dalam 1 mangkuk, 50 persen terdiri dari karbohidrat yang bisa dipilih antara beras, mi, roti, ubi, atau jagung,” jelas Dian. Lalu protein hewani sekitar 20-30 persen untuk menyempurnakan pertumbuhan otot dan otak seperti daging telur ikan dan hati.
Advertisement
Jangan Sampai Hambar
Selain itu harus ada unsur lemaknya juga karena anak dibawah 2 tahun butuh lemak untuk makanan otaknya. “Tolong diingat, lemak jangan dihindari karena bagus buat perkembangan otak anak, yang bisa didapatkan dari gulai otak, sop iga, sop buntut dan yang berbahan daging lainnya,” tambahnya.
Untuk serat cukup 10 persen saja menurut dokter Dian karena tidak begitu penting bagi balita dua tahun belum serat bisa dicerna oleh usus anak. Selain itu, penambah rasa seperti gula dan garam boleh dpakai sedikit karena makanan bayi termasuk MPASI tidak boleh hambar.
"Jadi mereka biasanya cium dulu makanannya apakah menarik, setelah itu mereka buka mulut karena ingin tahun rasanya gimana. Kalau enak dia akan makan kurang dari 30 menit sesusia rekomendasi dari IDAI . Tapi kalau lebih dari itu berarti makanannya tidak enak," ujar dokter Dian.
"Kadang lingkungan sekitar pengaruh juga, Kalau anak makan kita sebaiknya ikut makan juga karena mereka dalam masa mengikuti atau mencontoh apa yang mereka lihat. Kalau semua orang di dekatnya atau keluarganya ikut makan, dia jadi makin semangat makannya," pungkasnya.