Liputan6.com, Jakarta - Polusi udara di Jakarta dan sekitarnya masih menjadi sorotan publik. Bukan hanya manusia yang rentan terkena penyakit pernapasan akibat polusi udara, tetapi juga hewan peliharaan, khususnya anjing, yang sering juga disebut anabul (anak bulu).
"Polusi ada dampaknya (bagi hewan peliharaan), tapi menurut saya tetap harus diajak berolahraga seperti biasa. Tapi untuk indoor bisa dibantu dengan purifier," sebut drh. Rio Setiawan saat konferensi pers Royal Canin Global Anniversary ke-55 di Hotel Santika ICE BSD, Tangerang Banten, Jumat, 1 September 2023.
Baca Juga
Ia menyambung, pemakaian purifier di dalam rumah berguna untuk memastikan kualitas udara tetap bersih karena pada dasarnya hewan sama dengan manusia. Olahraga dengan berjalan-jalan setiap hari bagi hewan kesayangan adalah bagian dari perilaku alamiah, sehingga sebaiknya jangan ditinggalkan.
Advertisement
Jika tidak bisa diajak keluar rumah, anjing kecil masih bisa diajak bermain di halaman. Tapi, kebutuhan bergerak lebih besar untuk anjing besar sehingga kebiasaan jalan-jalan di luar rumah tidak bisa ditawar.
"Jangan sampai kebiasaan mereka berubah, tujuannya supaya mereka tidak sakit karena polusi, tapi malah tidak mendapatkan aktivitas yang sewajarnya," sambung Rio.
Kebutuhan berolahraga bagi anjing menurut Rio berbeda-beda, tergantung dari ukurannya. Anjing besar dengan berat sekitar 25-35 kg, sebaiknya diajak berjalan-jalanminimal 30 menit per hari. "Kalau cihuahua tidak masalah di rumah, asal cukup space-nya," tambahnya.Â
Kasus Infeksi Pernafasan pada Hewan
Rio menyebut, seperti halnya manusia, hewan peliharaan juga kerap mengalami permasalahan kesehatan saluran pernapasan, seperti sesak nafas dan infeksi paru-paru. Penyebabnya tidak selalu karena polusi udara, tetapi juga karena bakteri atau virus. "Polusi hanyalah salah satu faktor dari gangguan pernafasan," katanya lagi.
Sampai saat ini, ia mengatakan belum ada data yang menunjukkan keterkaitan polusi dengan penyakit pernapasan pada hewan. Namun, polusi masuk dalam salah satu faktor lingkungan yang harus dihindari.
Ia pun menyarankan pemilik hewan untuk memeriksakan peliharaannya ke dokter sedini mungkin sebelum penyakitnya parah. Sejauh ini, ia menilai kesadaran pemilik hewan untuk pergi ke dokter masih rendah.Â
Ria menerangkan bahwa kesadaran pemilik hewan kesayangan untuk membawa anabul ke dokter hewan merupakan bagian dari upaya preventif. Selain menghindari hewan terkena penyakit berat tanpa diketahui sejak awal, pemberian nutrisi melalui makanan berkualitas juga sangat berpengaruh supaya hewan kesayangan bisa menemani pemiliknya lebih lama.Â
Advertisement
Perkembangan Klinik Hewan
Saat ini, menurut Rio, sudah berdiri sekitar 1.300 klinik dokter hewan di Indonesia, mulai dari klinik dasar hingga yang satu pintu, untuk membedakan antara kucing dan anjing agar hewan tidak stres. Klinik hewan juga mulai memiliki alat tes uji darah hingga ultra sound radiografi, meski di luar Jakarta perkembangannya belum merata.
Perkembangan lain kini pemilik hewan ingin tahu lebih detail penyakit yang dialami oleh peliharaannya. Jika dulu hanya berupa gambar dua dimensi, kini sudah ke arah digital X Ray, sehingga ini membuktikan bahwa klinik dokter hewan makin berkembang.
"Dalam 10 tahun terakhir sudah ada akselerasi, tapi bukan berarti sudah selesai, karena kita masih bisa improve," tambah Rio lagi.
Hal itu mendorong Royal Canin membuat kampanye kolaboratif "Ayo ke Dokter Hewan" dan "Ayo Vaksinasi" sejak 2018. Edukasi tersebut juga dilakukan saat gelaran International Pet Expo (IIPE) 2023 pada 1--3 September 2023. Selain kampanye tersebut, di ajang IIPE, Royal Canin juga menampilkan sustainability corner sebagai inisiatif untuk mengurangi jejak karbon dengan menggunakan tas daur ulang yang berasal dari kemasan Royal Canin.Â
Perilaku Kucing yang Teritorial
Mengutip kanal Health Liputan6.com, Minggu, 4 September 2023, sama seperti manusia, kucing pun terkadang bertengkar dengan temannya. Hal ini dilakukannya lantaran seperti menjaga wilayahnya dan melindungi segala sesuatu yang telah diklaim menjadi miliknya.
Kucing yang menyerang kawannya biasanya akan melakukan beberapa postur tak biasa. "Ketika kucing bahagia, kumisnya rileks, telinganya ke depan, matanya rileks," sebut Ashlie Saffire, DVM, seorang dokter hewan di Dublin, Ohio kepada Reader's Digest.
"Namun ketika kucing agresif atau takut, telinganya akan rata, kumisnya sangat lurus dan pupilnya melebar. Itu adalah tanda-tanda bahwa terdapat masalah."
Jika Anda melihat kucing yang tengah bersantai di sofa melihat ke arah kucing lain dan melakukan kontak mata, ini berarti ia tengah berusaha menjaga wilayahnya. Sebaliknya, kucing yang kurang dominan (target serangan) akan menyembunyikan keberadannya.
"Seekor kucing yang merasa terancam atau yang telah diserang mungkin jadi sering bersembunyi," kata ahli perilaku kucing bersertifikat Pam Johnson-Bennett melansir dari Reader's Digest.
Advertisement