Liputan6.com, Jakarta - Berbicara tentang perjalanan wisata ke Dubai hampir pasti selalu dikaitkan dengan gemerlap kota metropolitan yang seolah hidup 500 tahun ke depan. Tapi, menurut Senior Manager of International Operations Department of Economyand Tourism Dubai (DET), Shahab Shayan, pengalaman melancong ke Dubai jauh melampaui hanya aktivitas serba mewah.
"Secara pilihan aktivitas di kota, bisa kami katakan bahwa Dubai juga ramah backpacker," kata Shahab dalam media luncheon di bilangan Jakarta Pusat, Selasa, 3 Oktober 2023. "Hotel juga sudah ada banyak pilihan, dari bintang satu, dua, tiga, empat sampai lima."
Baca Juga
Ia menyambung, "Karena kami menekankan apa yang bisa dilakukan di kota, pelancong tidak harus selalu milih hotel mewah. Itu bisa disesuaikan dengan bujet mereka, dan sekarang sudah banyak pilihan (akomodasi untuk dipilih sesuai kebutuhan)."
Advertisement
Shahab pun merekomendasikan sejumlah kegiatan bagi backpacker. Pertama, ada Dubai Seasonal Festivals. "Salah satunya ada Dubai Food Festival," ia menyebut. Merujuk laman Visit Dubai, acara ini digelar untuk merayakan segala hal yang berkaitan dengan "keahlian memasak."
Selain makanan lezat di restoran mewah, pelancong juga bisa menikmati jajanan kaki lima yang berharga lebih terjangkau, namun dijanjikan tetap bercita rasa tidak kalah nikmat. Ada juga objek wisata di Dubai berupa pantai-pantai umum yang bisa didatangi secara gratis.
"Setengah dari total pantai di kota itu gratis (dikunjungi) dan menyediakan fasilitas ruang bilas," sebut Shahab.
Rekomendasi Destinasi untuk Backpacker
Ketiga, Shahab merekomendasikan backpacker untuk pergi ke Zabeel Park and Dubai Frame untuk menikmati pemandangan 360 kota. "Karena di bawahnya itu lantai kaca, Anda juga bisa melihat pemandangan di bawah. Bagi yang takut ketinggian, saya rekomendasikan untuk melihat dari pinggir saja," ujar dia.
Dengan bujet lebih pas-pasan, berbelanja di Deira Souks disebut jadi pilihan terbaik. "Pelancong bisa berbelanja berbagai rempah lokal sampai membeli oleh-oleh untuk keluarga, kolega, maupun teman. Pilihannya banyak sekali," akunya.
Sementara Dubai bercita "kota masa depan," ia juga mengajak backpacker untuk menjelajah Al –Fahidi Neighborhood and Historical Museums untuk melihat wajah masa lampau kota. Shahab berkata, "Tidak ada tiket masuk untuk mengelilingi area ini. Pelancong bisa berjalan selama berjam-jam untuk merasa lebih dekat dengan kultur lokal Dubai," ia mengatakan.
Area ini juga sudah dilengkapi kafe maupun restoran yang bisa dipilih sesuai selera dan penentuan bujet masing-masing. "Rasakan Dubai 500 tahun lalu," ucapnya.
Advertisement
Dubai Fountain Show yang Terkenal
Tidak ketinggalan, Shabab juga merekomendasikan Dubai Fountain Show sebagai destinasi ramah backpacker di Dubai. "Benar-benar tidak harus keluar ruang," sebutnya. "Memang ada restoran di sekitarnya untuk dipilih, tapi kalau Anda enggan, bisa tinggal berdiri dan menikmati pertunjukan air mancur yang memesona di sana."
Jenis perjalanan ini sebenarnya sesuai dengan tipe wisatawan Indonesia yang melancong ke Dubai. Menurut data pihaknya, ada enam tipe turis Indonesia di Dubai, yakni budget traveler (48 persen), adventurous traveler (13 persen), dan responsible traveler (13 persen).
Disusul weekend traveler (9 persen), luxury travel (5 persen), dan terakhir, package traveler (3 persen). Pihaknya pun membagi empat kategori umur turis Indonesia untuk jenis pengalaman wisata di Dubai.
Budget traveling didominasi pelancong berusia 25--34 tahun (36 persen), disusul 16--24 tahun (28 persen), 35--44 tahun (22 persen), 45--54 tahun (11 persen), dan lebih dari 55 tahun (4 persen). Adventurous traveling pun didominasi pelancong berusia 25--34 tahun (35 persen).
Lalu, 16--24 tahun (32 persen), 35--44 tahun (21 persen), 45--54 tahun (9 persen), dan lebih dari 55 tahun (2 persen). Responsible traveler adalah mereka yang berusia 25--34 tahun (34 persen), 16--24 tahun (27 persen), 35--44 tahun (21 persen), 45--54 tahun (13 persen), dan lebih dari 55 tahun (5 persen).
Pertimbangan Terbesar Pelancong Indonesia
Weekend traveling juga didominasi pelancong berusia 25--34 tahun (33 persen), 16--24 tahun (22 persen), 35--44 tahun (26 persen), 45--54 tahun (15 persen), dan lebih dari 55 tahun (4 persen). Pun dengan luxury travel: 25--34 tahun (41 persen), 16--24 tahun (34 persen), 35--44 tahun (16 persen), 45--54 tahun (2 persen), dan lebih dari 55 tahun (2 persen).
Package traveler didominasi pelancong berusia 25--34 tahun dan 16--24 tahun (31 persen), 35--44 tahun (20 persen), 45--54 tahun (13 persen), serta lebih dari 55 tahun (5 persen). Sebagai ketagori umur yang memimpin di hampir semua kategori, pelancong berusia 25--34 tahun punya beberapa pertimbangan sebelum melancong.
Faktor terbesarnya adalah kecantikan pemandangan alam di destinasi maupun area sekitarnya (47 persen), lalu berbiaya tidak terlalu tinggi (42 persen), langkah-langkah keamanan (33 persen), nilai uang secara keseluruhan (32 persen), dan ketersediaan akomodasi (31 pesen).
"Daya tarik Dubai terletak pada gaya hidup dan kualitas hidup yang luar biasa, serta komitmen pemerintahan terhadap keamanan dan kemudahan akses bagi siapapun yang tertarik untuk datang," Shahab mengatakan. Ia juga mengatakan bahwa Dubai merupakan "stop over sempurna" karena letaknya yang strategis.
"Kota ini bisa jadi perhentian sempurna selama 24 jam, 48 jam, 72 jam, tinggal Anda pilih," tandasnya.
Advertisement