Liputan6.com, Jakarta - Beragam aksesori, seperti gelang, kalung, anting, dan cincin, banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal itu mendorong Wiko Wikarta mendirikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bernama Tutu and Co.
Wiko memulai bisnisnya sejak awal 2019 di Bali. Dia menuturkan, aksesori yang diproduksi Tutu and Co merupakan hasil buatan tangan alias handmade.
Advertisement
Baca Juga
Di awal produksi, ia mencoba membuat aksesori dari bahan tali poliester dan lainnya. Ia mulai menjualnya secara offline dengan menawarkannya kepada kenalannya. Ternyata, aksesori buatan tangannya laku terjual dan banyak disukai, terutama oleh kaum hawa.
"Saya melihat peluang (bisnis) itu, dan memutuskan kenapa enggak coba ajak perajin lokal untuk membuat aksesoris," kata Wiko di acara Media Workshop Bersama Pelaku Usaha Tokopedia, Bali, Kamis, 19 Oktober 2023.
Wiko mengaku, produknya terinspirasi dari kekayaan budaya serta alam Bali. Tidak hanya mempercantik penampilan, ia bermimpi aksesori itu bisa menghadirkan nuansa Bali kepada siapa pun yang menggunakan aksesoris Tutu and Co. Produk tersebut dijualnya mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah.
"Kami terinspirasi dari kekayaan budaya serta alam Bali," jelas Wiko.
Sementara, bahan baku pembuatan aksesori Tutu and Co, sambung dia, didapat dari sejumlah wilayah di Jawa Tengah. "Manik-manik kaca banyak diambil dari Jawa Tengah karena wilayah tersebut penuh dengan perajin kaca berkualitas," ia menerangkan.
Berdayakan Perajin Lokal
Selama menjalankan usahanya, Wiko tak mau dianggap hanya mencari keuntungan. Ia ingin bisnisnya bisa ikut memberdayakan perajin lokal di Bali.
"Kalau hanya berjualan, ya ketika booming aja kan lakunya, next-nya apa? Kalau berbisnis beda lagi, kita buat konsep, kita lihat marketnya, dan lain-lain. Tentunya juga memberdayakan perajin lokal," tutur dia.
Memberdayakan para perajin lokal di Bali tetap menjadi fokus utama Wiko dalam menjalankan bisnis aksesori Tutu and Co. Ia ingin mengubah stigma profesi perajin yang awalnya dianggap tidak berpenghasilan menjadi lebih berdaya.
"Nama ‘and Co’ dalam brand kami merepresentasikan perajin Bali yang membantu pembuatan produk Tutu and Co," tambah Wiko.
Untuk terus memajukan bisnis dan membantu perajin di Bali agar lebih berdaya, Tutu and Co pun menjamah penjualan secara daring. Pihaknya memutuskan bergabung dengan Tokopedia pada pertengahan 2019.
"Awalnya saya mendapatkan informasi mengenai bisnis online saat mengikuti acara edukasi UMKM yang diadakan oleh Tokopedia di Bali. Saya pun merasa Tokopedia peduli dengan UMKM pemula, seperti Tutu and Co," ujar Wiko.
Advertisement
Naikkan Omzet Penjualan
Setelah bergabung di Tokopedia, TuTu and Co bisa menjangkau pasar yang lebih luas bahkan sampai ke Aceh. Untuk meningkatkan penjualan produk, mereka rutin mengikuti berbagai kampanye, seperti Tokopedia Fashion Week, Waktu Indonesia Belanja (WIB), Cantik Fest, dan Serbu Official Store (SOS).
"Berkat berjualan online di Tokopedia, omzet TuTu and Co bisa meningkat 2,5 kali lipat dibandingkan sebelum bergabung di Tokopedia," jelas Wiko.
Sementara, Tokopedia melalui inisiatif Hyperlocal berupaya membantu pelaku usaha di Indonesia, khususnya UMKM lokal, memulai dan membangun bisnis dari wilayah mana pun di Indonesia, serta berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Hyperlocal Tokopedia punya berbagai manifestasi, seperti Kumpulan Toko Pilihan (KTP) dan Dilayani Tokopedia.
"Hyperlocal Tokopedia membawa dampak ekonomi yang positif. Rata-rata persentase pertumbuhan ekonomi di kota tanpa Hyperlocal Tokopedia tercatat 1,26 persen, sedangkan di kota dengan Hyperlocal Tokopedia angkanya lebih tinggi, yaitu 2,78 persen," kata Kepala Divisi Komunikasi Tokopedia, Antonia Adega dalam acara Media Workshop bersama Pelaku Usaha Tokopedia.
Tak Bisa Ditawar Lagi
"Selama lebih dari 14 tahun berdiri, Tokopedia saat ini sudah terdiri dari lebih dari 14 juta penjual dan hampir 100 persen pelaku UMKM. Melalui Tokopedia, mereka memasarkan lebih dari 1,8 miliar produk kepada masyarakat di 99 persen kecamatan di Indonesia. Hyperlocal Tokopedia mendorong tumbuh kembang UMKM di Indonesia, termasuk Bali," tambah Antonia.
Soal penggunaan teknologi ini juga ditekankan oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Menanggapi kasus Pasar Tanah Abang yang sepi karena ditinggalkan pembeli, ia menyebut hal itu merupakan dampak nyata dari disrupsi teknologi yang perlu adaptasi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
"Belum lama kita disuguhi fakta menyedihkan, yaitu pasar konvensional Pasar Tanah Abang tergerus oleh pasar digital," kata Ma'ruf, Jumat 13 Oktober 2023, dikutip dari Antara.
Ia mengatakan disrupsi menjadi tantangan ekonomi global saat ini. Kemajuan teknologi digital dan inovasi merupakan faktor pendorong utama. Pelaku ekonomi yang tidak menyesuaikan diri akan terkena dampak, karena disrupsi ekonomi merupakan keniscayaan yang tak terelakkan, kata Ma'ruf menambahkan.
"Padahal, hampir semua pelaku di pasar konvensional adalah UMKM. Oleh karenanya, mesti segera dilakukan langkah penyadaran kepada para pelaku usaha, khususnya UMKM, untuk menyiapkan diri dan terus adaptif dengan dinamika zaman, termasuk menghadapi tantangan disrupsi," katanya.
Advertisement