Karyawan Obesitas Berpotensi Diminta Bayar Denda di Tengah Upaya Menekan Masalah Berat Badan

Bayar denda bagi karyawan obesitas ini diklaim meniru peraturan di Jepang.

oleh Asnida Riani diperbarui 02 Jan 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2024, 08:00 WIB
Ilustrasi obesitas, perut buncit
Ilustrasi obesitas. (Photo by Andres Ayrton/Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Upaya menangani masalah berat badan memang telah digagas banyak pihak melalui serangkaian ide. Namun, ada salah satu solusi yang membuat "orang mengernyitkan dahi," karena melibatkan karyawan obesitas.

Forum Obesitas Nasional di Inggris, Tam Fry, mengatakan pada Telegraph, dikutip dari NY Post, Senin, 1 Januari 2024 bahwa Inggris bisa mencontoh Jepang. Negeri Sakura memiliki tingkat obesitas yang jauh lebih rendah (4,97 persen) dibandingkan dengan Amerika (36,47 persen) dan Inggris (27,88 persen), menurut data World Obesity Federation

Ia menyebut, Inggris bisa belajar dari negara lain, seperti Jepang, yang bersikeras bahwa lingkar pinggang pekerja boleh diukur berdasarkan UU Metabo, dan mereka akan didenda jika "ukurannya terlalu besar."

"Hukum Metabo," diambil dari sindrom metabolik yang mencakup sekelompok penyakit yang berhubungan dengan berat badan, bertujuan mencegah kondisi lebih serius, seperti penyakit jantung dan stroke yang dapat datang di kemudian hari.

"Jika Anda mengidap sindrom metabolik atau salah satu komponen sindrom metabolik, perubahan gaya hidup yang agresif dapat menunda, bahkan mencegah berkembangnya masalah kesehatan yang serius," demikian isi undang-undang tersebut, menurut The Florida Times-Union.

Undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa semua karyawan yang berusia antara 45 dan 74 tahun harus mengukur lingkar pinggang mereka setiap tahun, memastikan angkanya ideal. Para karyawan juga akan menerima panduan jika berat badan mereka yang dianggap berlebih tidak turun setelah tiga bulan.

 

 

Dilakukan Sejak Dini

Ilustrasi obesitas. Photo by Andres Ayrton/pexels
Ilustrasi obesitas. Photo by Andres Ayrton/pexels

Fry juga beranggapan, penting untuk mendesak agar pengukuran pinggang dilakukan setiap tahun sejak seorang anak pertama kali bersekolah. Komentar Fry merujuk pada panduan yang diterbitkan National Institute for Health and Care Excellence Inggris (Nice) pada April 2023.

Rekomendasi itu mendesak setiap orang yang berusia lima tahun ke atas untuk melakukan pengukuran pinggang demi memastikan angkanya kurang dari setengah tinggi badan mereka.

Ia pun mengomentari tren "mengkhawatirkan" yang menunjukkan bahwa ukuran pinggang wanita telah meningkat tiga inci (hampir delapan centimeter) sejak 1990-an. "Angka (kenaikan lingkar pinggang) yang terjadi pada laki-laki dan perempuan mengkhawatirkan," sebut dia.

"Terlalu banyak dari kita yang makan seolah-olah ini adalah hari Natal setiap hari," imbuhnya. Ia mengklaim bahwa melakukan pengukuran lingkar pinggang pada anak-anak dapat membantu mengawasi angka tersebut demi mencegah serangkaian penyakit yang berhubungan dengan terlalu banyak lemak visceral, termasuk diabetes tipe 2 dan penyakit ginjal.

Promosikan Gaya Hidup Sehat

Lari Pagi
Ilustrasi Lari Pagi Credit: pexels.com/Shava

Sebelumnya, promosi gaya hidup sehat dilakukan dengan cara berbeda oleh sebuah perusahaan kertas asal China, Guangdong Dongpo Paper, dikutip Tim Hot dari Oddity Central, 21 Desember 2023. Gagasannya melibatkan skema pemberian bonus bagi para karyawan.

Ya, perusahaan ini memilih membuat skema bonus bulanan yang dirancang agar karyawan lebih giat berolahraga setiap hari. Perusahaan berbasis di Provinsi Guangdong ini memutuskan memberi bonus pada karyawan yang lari minimal tiga km setiap hari.

Hal ini dilakukan untuk membantu promosi gaya hidup sehat bagi 100 karyawan. Pihak manajemen memutuskan memberi penghargaan pada staf berdasarkan seberapa banyak mereka berolahraga. Misalnya, seorang karyawan berhak mendapatkan bonus bulanan penuh jika mereka berlari sejauh 50 km sebulan.

Bahkan, karyawan perusahaan itu bisa mendapat bonus 60 persen dari gaji saat lari 40 km dan 30 persen ketika berhasil lari 30 km dalam sebulan. "Bisnis saya hanya dapat bertahan jika karyawan saya sehat," kata bos Dongpo Paper, Lin Zhiyong.

Tuai Pro Kontra

Ilustrasi
Ilustrasi lari . (dok. pexels/Andrea Piacquadio)

Jarak yang ditempuh setiap karyawan dilacak oleh aplikasi di ponsel. Meski berat, nyatanya para karyawan berhasil melakukannya. Program ini terbukti sukses besar, dan Lin Zhiyong, yang merupakan seorang penggemar olahraga, mengklaim bahwa semua karyawan memenuhi syarat untuk mendapat bonus penuh.

Meski cara yang dibuat mendapat reaksi positif dari masyarakat karena karyawan tidak hanya mendapatkan uang tambhakan, melainkan juga kesehatan, banyak pula yang mencibir. Alih-alih semata mendorong rutin berolahraga, pihak perusahaan disarankan memperhatikan kondisi karyawan mereka.

"Maksud dari kebijakan perusahaan ini baik, tapi harus mempertimbangkan kondisi atau masalah kesehatan di kalangan karyawan juga. Kalau ada yang tidak bisa berlari karena kondisi kesehatan bagaimana? Masa dia harus memaksakan diri supaya dapat bonus?" ujar seorang warganet.

Tidak sedikit pula pengguna yang menanyakan kebijakan bonus bulanan bila karyawan memiliki risiko terkena serangan jantung hingga tidak memenuhi syarat. Yang lain menuduh Guangdong Dongpo Paper membahayakan kesehatan karyawannya dengan menetapkan batas bonus yang sangat tinggi bagi mereka.

Infografis jenis-jenis olahraga kekinian
Infografis jenis-jenis olahraga kekinian. (Dok: Tim Grafis Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya