Liputan6.com, Jakarta - Sissy Prescillia sedang berada di Belanda, liburan bersama suaminya Rifat Sungkar sekaligus merayakan ulang tahun perkawinan mereka. Bukan sekadar jalan-jalan, pemeran di film Ada Apa dengan Cinta (AADC) ini juga membuat vlog yang diunggah di media sosialnya.
Tak hanya memperlihatkan suasana kota, Sissy juga memberikan wawasan baru seputar tempat yang dikunjunginya di Belanda termasuk kebiasaan warga lokal. "Tahu nggak sih, kalau negara ini ternyata lebih banyak sepeda daripada penduduknya?" ungkap Sissy di awal video yang ia unggah di TikTok @sysiio pada Jumat, 5 Juli 2024.
Baca Juga
Ia bercerita, walaupun Belanda punya populasi yang tergolong cukup padat yaitu sebanyak 17 juta, sementara populasi sepeda di negara itu mencapai 23 juta sepeda. "Jadi bisa ngitung nggak? kira-kira satu orang punya berapa sepeda?" tanyanya.
Advertisement
Walaupun begitu, ternyata penduduk yang kerap beraktivitas menggunakan sepeda ini didukung pemerintahnya. Di jalan-jalannya sudah dibangun infrastruktur agar ramah terhadap pesepeda.Â
Sissy pun menunjukkan kepada pengikutnya, "Jalan yang warna merah di depan gue ini adalah jalan khusus sepeda." Itu sebabnya tidak boleh ada pejalan kaki yang melintas di area tersebut. Jalan sepeda di Belanda juga terlihat luas, jauh ukurannya dibanding dengan yang ada di Jakarta.Â
"Tuh liat ada tanda sepeda kan, itu juga. Makanya kita jalannya di sini, bukan di jalan yang merah itu," kata Sissy lagi.
Pemerintah Membayar Warga yang Pakai Sepeda ke Kantor
Fakta yang lebih mencengangkan lagi, pemerintah Belanda membayar warganya yang mau memakai sepeda untuk transportasi saat bekerja. "0,19 Euro atau 19 sen untuk setiap 1 km. Nah jadi kalo kantornya jauh ya kayanya cepet lah," sambung Sissy.
Unggahan yang disukai oleh lebih dari 4.194 pengguna TikTok saaat berita ini ditulis itu pun menuai ragam komentar warganet. "Trotoar jalan kakinya juga lebar banget ga ada motor.. lebih seger ya udaranya," tulis warganet.
"Di sana cuacanya kalo dingin goes ga keringetan," sambung yang lain.
"Klo di sini sih sepeda motor yang melebihi populasi penduduknya," yang lain menimpali.
"Informatif sekali, kak Sissy next CCTV sama kak sasaa dong," pinta warganet.
"Pantes udara seger, nggak ada polusi, paru-paru sehat pastinya," kata warganet.
"Pajak kendaraan dan bensin mahal itu" yang lain menambahkan.
"Naik sepeda pun nggak sembarangan kata temenku, kalo salah jalan atau nggak ngikutin peraturan bakal ditangkep polisi," yang lain menginformasikan.
Advertisement
Amsterdam Lawan Overtourism
Amsterdam, ibu kota Belanda memang jauh dari polusi karena warganya lebih banyak menggunakan sepeda. Tapi, negara tersebut saat ini juga sedang memerangi overtourism, bahkan pemerintahnya berencana melarang kapal pesiar memasuki pusat kota. Jika rencana tersebut mendapat lampu hijau, kapal pesiar akan dilarang memasuki ibu kota Belanda itu mulai 2035.
Mengutip Euronews, Rabu, 3 April 2024, langkah ini ditenggarai overtourism yang melanda kota ikonis tersebut hingga berencana merelokasi terminal kapal pesiar penumpang ke luar pusat kota. Pengumuman ini muncul di tengah rencana pengurangan hampir separuh jumlah kapal pesiar yang diizinkan berlabuh di Terminal Penumpang Amsterdam (PTA).
Pada tahun 2027, kapal mana pun di terminal Amsterdam akan diwajibkan menggunakan penjaga pantai hanya untuk mengurangi dampak lingkungan. "Melalui langkah-langkah ini, kami melaksanakan keinginan dewan kota untuk mengakhiri terminal kapal pesiar di Amsterdam," sebut juru bicara Dewan Kota Amsterdam.
Ia mengatakan, "Larangan kapal pesiar juga merupakan bagian dari tindakan yang luas untuk membatasi pertumbuhan pariwisata dan memerangi gangguan."
Pembatasan Kapal Pesiar
Wakil Wali Kota Amsterdam Hester van Buren mengatakan, "Berlayar di laut adalah bentuk pariwisata yang menimbulkan polusi dan berkontribusi terhadap keramaian dan emisi di kota."
Pelayaran akhirnya dibatasi supaya terminal kapal pesiar dipindahkan dari lokasinya saat ini pada 2035. Dewan tersebut secara bertanggung jawab melaksanakan proposal dewan untuk menghentikan pelayaran laut, klaim mereka.
Meski rencana pembatasan kapal pesiar akan membantu memperbaiki kondisi lingkungan di Amsterdam, ada kekhawatiran pendapatan yang dihasilkan dari pariwisata akan menurun drastis. Diperkirakan dengan mengurangi jumlah penumpang kapal pesiar dan perusahaan pelayaran di kota, museum, restoran, toko, dan perusahaan tur mungkin akan mengalami kerugian.Â
Dewan Kota Amsterdam juga telah mengakui potensi masalah ini. "Bagi kota, ini berarti berkurangnya pendapatan karena lebih sedikit pajak turis yang dipungut, dan pembayaran dividen lebih rendah sebagai pemegang saham otoritas pelabuhan," kata seorang juru bicara.
Advertisement