7 Tradisi Unik Lebaran di Pekalongan, Lopis Raksasa hingga Festival Balon!

Jelajahi 7 tradisi unik perayaan Lebaran di Pekalongan, dari Lopis Raksasa hingga Festival Balon, yang kaya akan sejarah dan makna budaya.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 07 Feb 2025, 10:34 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2025, 10:00 WIB
Lopis Raksasa, Tandai  Tradisi syawalan di Pekalongan
Warga terlihat antusias menunggu pemotongan makanan yang terbuat dari beras ketan dan kelapa itu meski harus melawan panas terik matahari.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tradisi Lebaran di Pekalongan tidak hanya sebatas silaturahmi biasa! Kota batik ini punya perayaan unik yang bikin kamu penasaran. Puncaknya bukan di 1 Syawal, melainkan di tanggal 8 Syawal, yang dikenal sebagai Syawalan. Bayangkan, Lopis raksasa seberat ratusan kilogram dibagikan, ribuan orang berkumpul, dan berbagai tradisi menarik lainnya. Siap-siap terpukau dengan kekayaan budaya Pekalongan!

Lebaran di Pekalongan, khususnya di Krapyak, punya tradisi Syawalan yang jatuh pada 8 Syawal. Ini karena sebagian besar warga menjalankan puasa sunnah Syawal selama enam hari setelah Idul Fitri. Suasana Lebaran yang sesungguhnya baru terasa meriah di hari kedelapan ini. Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dan menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu warga Pekalongan dan sekitarnya.

Syawalan identik dengan pembuatan dan pembagian lopis raksasa. Lopis, makanan tradisional dari beras ketan, dibuat dengan ukuran fantastis: tinggi 2 meter, diameter 1,5 meter, dan berat mencapai 225 kg! Setelah doa bersama, lopis dibagikan dan seringkali menjadi rebutan karena dianggap membawa berkah. Teksturnya yang lengket melambangkan persatuan masyarakat Pekalongan.

Selain lopis raksasa, ribuan warga berkumpul untuk bersilaturahmi dan menikmati hidangan gratis. Berbagai makanan ringan dan minuman tersedia, menambah semarak perayaan. Setelah pembagian lopis, banyak yang melanjutkan perayaan dengan mengunjungi Pantai Slamaran Indah untuk menikmati keindahan pantai dan hiburan yang telah disiapkan. Untuk mengetahui betapa uniknya tradisi lebaran di Pekalongan, simak penjelasan selengkapnya berikut ini sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (7/2/2025).

1. Festival Balon Pekalongan

105 Peserta Ikuti Java Balon Festival di Pekalongan
Suasana saat berlangsungnya Java Balon Festival di Stadion Hoegeng, Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (12/06/2019). Java Balon Festival diikuti 105 peserta. (Liputan6.com/Gholib)... Selengkapnya

Salah satu tradisi unik dalam tradisi lebaran di Pekalongan adalah Festival Balon. Tradisi menerbangkan balon udara di Pekalongan sudah ada sejak lama, bahkan konon merupakan tradisi dari keturunan Indo Eropa yang dulu bermukim di sana. Namun, karena dapat mengganggu penerbangan, saat ini pemerintah telah melarang penerbangan balon udara secara bebas. Sebagai gantinya, diadakanlah festival balon tertambat yang lebih aman dan tetap meriah.

Festival Balon Pekalongan biasanya diadakan dalam beberapa babak. Babak penyisihan dilakukan terlebih dahulu untuk menyaring peserta terbaik, kemudian babak final akan menampilkan balon-balon udara yang unik dan berwarna-warni. Festival ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi ajang kreativitas warga Pekalongan dalam mendesain balon-balon tersebut.

Uniknya, balon-balon ini bukan sekadar balon biasa. Banyak warga yang mendesain balon-balon tersebut dengan berbagai bentuk dan corak yang menarik, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Makna filosofis dari tradisi ini adalah sebagai simbol harapan dan doa agar kehidupan masyarakat Pekalongan selalu cerah dan penuh warna.

Festival ini biasanya diselenggarakan di lapangan terbuka, dan melibatkan banyak peserta dari berbagai kalangan. Acara ini menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi lebaran di Pekalongan, dan selalu dinantikan oleh warga setempat maupun wisatawan.

2. Kirab Gunungan Megono

Tradisi Lebaran di Pekalongan Kirab Gunungan Megono
Tradisi Lebaran di Pekalongan Kirab Gunungan Megono/pekalongankab.go.id... Selengkapnya

Kirab Gunungan Megono merupakan tradisi lebaran di Pekalongan yang unik dan menarik. Megono, makanan khas Pekalongan berbahan dasar nangka muda, disajikan dalam bentuk gunungan raksasa bersama hasil bumi lainnya. Gunungan ini kemudian dikirab keliling objek wisata, disaksikan ribuan warga.

Tradisi ini biasanya dilakukan setelah seminggu Lebaran Idul Fitri, bertepatan dengan perayaan Syawalan. Kirab diawali dengan arak-arakan gunungan dari berbagai kecamatan di Kabupaten Pekalongan menuju lokasi utama perayaan. Suasana semakin meriah dengan penampilan kesenian tradisional khas Pekalongan.

Keunikan Kirab Gunungan Megono terletak pada bentuk gunungannya yang besar dan megah, serta berisi berbagai hasil bumi. Ini melambangkan kelimpahan dan hasil panen yang baik sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, acara ini juga menjadi ajang silaturahmi dan mempererat persatuan antarwarga.

Setelah kirab, puncak acara adalah pembagian gunungan megono dan hasil bumi kepada masyarakat. Momen ini menjadi simbol berbagi dan kebersamaan, memperkuat ikatan sosial antarwarga Pekalongan. Tradisi ini juga menjadi daya tarik wisata yang menarik minat pengunjung dari berbagai daerah.

3. Haul K.H. Thohir bin Abdul Lathif

Tradisi Lebaran di Pekalongan Haul K.H. Thohir bin Abdul Lathif
Tradisi Lebaran di Pekalongan Haul K.H. Thohir bin Abdul Lathif/Facebook/Pekalongan INFO... Selengkapnya

Tradisi Haul K.H. Thohir bin Abdul Lathif merupakan perayaan tahunan yang menjadi bagian dari tradisi lebaran di Pekalongan. KH. Thohir merupakan ulama karismatik di Pekalongan Selatan, sehingga haul ini selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah.

Haul ini diadakan di Makam Nyamplung dan kediaman almarhum di Kelurahan Jenggot, Pekalongan Selatan. Peringatan ini dilaksanakan setiap tahun pada momen Syawalan, sebagai bentuk penghormatan dan mengenang jasa-jasa almarhum.

Keunikan Haul K.H. Thohir terletak pada partisipasi masyarakat dari berbagai daerah yang datang untuk berziarah dan mendoakan almarhum. Acara ini menjadi ajang silaturahmi dan mempererat ukhuwah islamiyah antar sesama muslim.

Makna filosofis dari tradisi ini adalah sebagai bentuk penghormatan kepada para ulama dan pejuang agama Islam. Haul ini juga menjadi pembelajaran bagi generasi muda untuk meneladani akhlak dan perjuangan para ulama dalam menyebarkan ajaran agama Islam.

4. Getuk Lindri Terpanjang

Ilustrasi getuk lindri | nusadaily.com
Ilustrasi getuk lindri | nusadaily.com... Selengkapnya

Di Ambokembang, Kabupaten Pekalongan, tradisi lebaran di Pekalongan dirayakan dengan membuat Getuk Lindri terpanjang. Getuk Lindri, jajanan tradisional dari singkong, dibuat dengan ukuran yang luar biasa: panjangnya mencapai 350 meter!

Tradisi ini sudah berlangsung sejak tahun 2012 dan selalu melibatkan banyak warga dalam pembuatannya. Pembuatan Getuk Lindri dimulai sehari sebelum Syawalan, dan prosesnya membutuhkan kerja sama dan gotong royong yang tinggi.

Keunikan Getuk Lindri terpanjang terletak pada ukurannya yang sangat panjang dan melibatkan banyak warga dalam pembuatannya. Ini menjadi simbol kebersamaan dan kerja sama masyarakat dalam merayakan Lebaran.

Makna filosofis dari tradisi ini adalah sebagai bentuk rasa syukur atas hasil bumi dan kekompakan masyarakat. Getuk Lindri yang dibagikan gratis kepada pengunjung juga melambangkan berbagi dan kepedulian sosial.

5. Pesta 1000 Lengko

Tradisi Lebaran di Pekalongan Pesta 1000 Lengko
Tradisi Lebaran di Pekalongan Pesta 1000 Lengko/YouTube/emi rochmalia... Selengkapnya

Pesta 1000 Lengko merupakan tradisi lebaran di Pekalongan yang relatif baru, berpusat di Desa Podo, Kabupaten Pekalongan. Lengko, jajanan dari singkong parut, gula merah, dan daun pisang, dibagikan sebanyak 1000 porsi.

Tradisi ini diinisiasi oleh masyarakat dan pemuda Desa Podo untuk memeriahkan Syawalan. Acara diawali dengan doa bersama, kemudian dilanjutkan dengan pembagian Lengko kepada pengunjung dan warga.

Keunikan Pesta 1000 Lengko terletak pada jumlah Lengko yang dibagikan, yaitu sebanyak 1000 porsi. Ini menunjukkan keramahan dan kedermawanan masyarakat Desa Podo.

Makna filosofis dari tradisi ini adalah sebagai bentuk rasa syukur dan berbagi kepada sesama. Acara ini juga menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi antarwarga dan memperkenalkan kuliner khas Pekalongan.

6. Lopis Besar Pecakaran

Tradisi Lebaran di Bekalongan Lopis Besar Pecakaran
Tradisi Lebaran di Bekalongan Lopis Besar Pecakaran/pekalongankota.go.id... Selengkapnya

Di Desa Pecakaran, Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, tradisi lebaran di Pekalongan dirayakan dengan membuat Lopis besar. Pada tahun 2023, Lopis yang dibuat mencapai berat 800 kilogram dan tinggi 1,5 meter!

Tradisi ini dilakukan pada hari Syawalan, dan Lopis besar yang telah dibuat akan dipotong dan dibagikan kepada pengunjung. Proses pembuatannya melibatkan banyak warga dan membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar.

Keunikan Lopis Besar Pecakaran terletak pada ukurannya yang sangat besar dan proses pembuatannya yang melibatkan banyak warga. Ini menjadi simbol kebersamaan dan kerja sama masyarakat dalam merayakan Lebaran.

Makna filosofis dari tradisi ini adalah sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen dan kekompakan masyarakat. Lopis yang dibagikan gratis kepada pengunjung juga melambangkan berbagi dan kepedulian sosial.

7. Lopis Ageng Krapyak

Tradisi Lebaran di Pekalongan Lopis Ageng Krapyak
Tradisi Lebaran di Pekalongan Lopis Ageng Krapyak/Instagram/prokompimkotapekalongan... Selengkapnya

Lopis Ageng Krapyak merupakan tradisi lebaran di Pekalongan yang paling terkenal. Di Krapyak, Kota Pekalongan, dibuat Lopis raksasa dengan ukuran yang sangat besar. Pada tahun 2024, Lopis yang dibuat mencapai tinggi 232 cm, diameter 250 cm, dan berat 2018 kilogram!

Tradisi ini sudah ada sejak lama, dan selalu melibatkan banyak warga dalam proses pembuatannya. Sebelum pemotongan dan pembagian Lopis, terdapat berbagai acara seperti bazar UMKM, jalan sehat, pertunjukan seni, donor darah, dan kirab anak Lopis.

Keunikan Lopis Ageng Krapyak terletak pada ukurannya yang sangat besar dan proses pembuatannya yang melibatkan banyak warga. Ini menjadi simbol kebersamaan dan kerja sama masyarakat dalam merayakan Lebaran.

Makna filosofis dari tradisi ini adalah sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen dan kekompakan masyarakat. Lopis yang dibagikan gratis kepada pengunjung juga melambangkan berbagi dan kepedulian sosial. Teksturnya yang lengket melambangkan persatuan dan kekeluargaan.

Tradisi lebaran di Pekalongan kaya akan keunikan dan makna budaya. Dari Lopis raksasa hingga Festival Balon, setiap tradisi merefleksikan kearifan lokal, semangat kebersamaan, dan rasa syukur masyarakat Pekalongan. Perayaan-perayaan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan melestarikan warisan budaya bagi generasi mendatang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya