Uranium Melimpah di Indonesia Tapi Belum Dipakai, Kenapa?

"Ada sekitar 60 ribu ton kandungan uranium di tanah air," kata Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Sulistyo Wisnubroto.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 15 Agu 2014, 07:23 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2014, 07:23 WIB
Uranium RI Melimpah Tapi Belum Dipakai, Ini Kata Kepala Batan
Uranium. (Wikipedia)

Liputan6.com, Pontianak - Sumber daya alam di Republik Indonesia (RI) sungguh melimpah. Salah satunya adalah uranium. Hal itu dibenarkan oleh Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Sulistyo Wisnubroto.

"Ada sekitar 60 ribu ton kandungan uranium di tanah air," kata Djarot saat penandatanganan MoU kerja sama aplikasi Iptek Nuklir BNCT (Boron Neutron Capture Theraphy) untuk penyembuhan kanker dengan Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kamis 14 Agustus 2014.

Lantas mengapa tak digunakan sebagai bahan bakar pengembangan tenaga nuklir? "Karena UU tak membolehkan uranium dieksploitasi secara komersial," jelas Djarot.

Namun demikian, Djarot mengaku dirinya sebagai seorang yang mendukung pemanfaatan uranium untuk kepentingan masyarakat, termasuk untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Tapi hal itu dikembalikan lagi ke Pemerintah Pusat sebagai penentu kebijakan.

"Jadi untuk saat ini kita simpan dulu (uranium). Mungkin suatu saat nanti dibutuhkan," ucap dia.

Kepala Batan itu menambahkan, hal lain yang menjadi pertimbangan uranium belum dieksploitasi adalah lokasi Indonesia yang berada pada rangkaian Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik, di mana banyak pegunungan api yang guncangannya bisa berdampak bahaya pada lokasi reaktor nuklir.

"Dan sejauh ini, ada tiga lokasi uranium, yakni di Mamuju Sulawesi Barat, Bangka Belitung, dan Papua," imbuh Djarot.

Sementara itu, Kepala Divisi Ekplorasi Batan, Ngadenin Hadisuwito mengungkapkan, selain terbentur Undang-Undang, kendala lain dalam pengeksplorasian uranium adalah terbatasnya anggaran riset. Atau dengan kata lain, butuh dana besar untuk mewujudkannya.

Dia mencontohkan, dibutuhkan dana sekitar Rp 2 juta untuk satu meter lubang pengeboran di lokasi potensial uranium. Sedangkan kedalaman pengeboran di Kalimantan mencapai  400-600 meter. Sedangkan anggaran yang diterima untuk penelitian hanya Rp5 miliar.

"Belum lagi peralatan dengan teknologi yang mumpuni dan SDM yang harus memiliki kompetensi baik. Tidak asal-asalan, karena menyangkut keselamatan," ujar Ngadenin dalam Seminar "Potensi Aplikasi Iptek Nuklir di Kalimantan Barat", di Hotel Mercure, Pontianak, Kamis 14 Agustus malam.

Uranium merupakan sumber energi Denton dengan kelimpahan yang sangat besar, yaitu 13.000 TW tahun. (TW singkatan dari terrawatt, dan 1 TW = 1.000.000.000.000 W).

Sebagai perbandingan, kelimpahan energi dari batubara adalah 680 TW tahun. Sedangkan kelimpahan energi dari minyak dan gas adalah 400 TW tahun. Adapun konsumsi energi dunia pada tahun 2000 adalah 14 TW tahun, dan pada Tatum 2100 diproyeksikan sekitar 55 TW tahun.

Uranium di kerak bumi terdeposit bersama-sama dengan mineral lainnya. Agar dapat menghasilkan energi yang efisien, uranium harus diolah melalui serangkaian tahapan proses yang panjang dan komplek dibanding pemrosesan bahan bakar fosil seperti batubara, minyak, dan gas.

Meskipun demikian, lanjut dia, porsi ongkos bahan bakar nuklir terhadap ongkos total pembangkitan listrik dari PLTN adalah realtif kecil, yaitu sekitar 20 persen. (Ein)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya