Ditinggal Jokowi, Ahok Pilih Jomblo Pimpin DKI?

Tak mau ada polemik, Ahok pun mengisyaratkan keinginannya memimpin Ibukota tanpa wakil alias menjomblo. Benarkah demikian?

oleh Liputan6 diperbarui 26 Agu 2014, 00:01 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2014, 00:01 WIB
Ahok

Liputan6.com, Jakarta - Oleh: Ahmad Romadoni,  Andi Muttya Keteng, Silvanus Alvin, Luqman Rimadi

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama naik jabatan menggantikan sang Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang terpilih sebagai Presiden RI. Posisi dirinya kini pun kosong, dan sedang diperebutkan.

2 Partai yang kini tengah memperebutkan kursi nomor dua di DKI itu adalah PDIP dan Gerindra. Namun hingga kini belum ada kesepakatan siapa nama calon pendamping pria yang karib disapa Ahok itu. Meski beredar beberapa nama yang diprediksi mengisi kursi DKI 2 yakni Boy Sadikin dari PDIP dan M Sanusi dari Gerindra.

Ahok mengungkapkan, dirinya akan hati-hati dalam menilai wakil gubernur yang akan mendampinginya mengurus Ibukota. Ia pun mengaku akan memakai teori dari Presiden ke-16 Amerika Serikat, Abraham Lincoln.

"Kalau bisa gini, kan ada teori Abraham Lincoln. Kamu mau uji karakter sejati seseorang, kamu kasih dia kekuasaan. Orang belum jadi kepala daerah belum tahu cara dia berkuasa seperti apa," terang Ahok di Balaikota Jakarta, Senin (25/8/2014).

Ahok juga berharap wakilnya mendatang bisa diajak bekerja sama, dalam artian bisa membagi tugas sesuai porsinya. Ia juga harus seorang yang pekerja keras.

Tak mau ada polemik, Ahok pun mengisyaratkan keinginannya memimpin Ibukota tanpa wakil alias menjomblo.

Menurut mantan Bupati Belitung Timur itu, sosok wagub idaman adalah yang rela bekerja dari pagi hingga malam hari.

"Wakilnya juga kita nggak tahu siapa. Terserah kepada partai. Tapi saya syaratkan, mesti cari orang yang jujur yang mau kerja keras. Kalau dia nggak mau kerja keras, kita drive pagi sampai malam seperti itu, ya bisa ribut," beber Ahok.

Ahok mengaku tak ada perbedaan yang berarti setelah putusan MK terkait hasil Pilpres 2014, Wakil Gubernur DKI itu mengaku perlu latihan fisik untuk persiapannya menjadi orang nomor 1 di Ibukota.

"Sama saja, kayak Plt (pelaksana tugas) saja, nggak ada yang beda. Mirip-mirip saja. Langkah pertamanya lu latihan fisik saja, tandatangan lebih banyak saja," ucapnya sambil tersenyum di Balaikota DKI Jakarta.

Dalam kesempatan-kesempatan terakhir bersama pada hari ini, Jokowi-Ahok menghadiri acara bersama. Keduanya menghadiri acara pelantikan 106 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta dikawal oleh pasukan pengaman presiden (paspampres).

Perebutan 2 Partai

PDIP dan Partai Gerindra harus duduk bersama untuk berembuk soal siapa yang bakal duduk di kursi Wagub DKI Jakarta Ahok. Karena Ahok akan menduduki kursi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Jokowi yang terpilih sebagai presiden periode 2014-2019.

Wasekjen PDIP Hasto Kristanto mengatakan, kursi orang nomor 2 di Jakarta itu merupakan porsi PDIP.

"Kita semua tahu Ahok merepresentasikan Gerindra. Di dalam politik yang dalam konteks kerja sama dengan Gerindra, Wagub DKI itu porsinya PDIP," ucap Hasto di posko pemenangan Jokowi-JK, Jalan Cemara, Jakarta Pusat.

Tak cuma PDIP yang bersikeras, Partai Gerindra juga bakal mengajukan 1 nama untuk calon Wagub DKI Jakarta. Ketua DPD DKI Jakarta Gerindra M Taufik mengatakan, tak ada larangan dalam UU yang menyatakan kursi DKI 2 harus diisi oleh PDIP meski Jokowi berasal dari partai berlambang banteng itu.

Meski demikian, Wakil Ketua Sementara DPRD DKI Jakarta itu mengaku belum mengetahui nama yang akan diusulkan partainya nanti. Dia mengatakan, proses pencarian nama tersebut masih panjang, menunggu pengunduran diri Jokowi sebagai gubernur.

Bagi Ahok, memimpin Ibukota sendirian tanpa wakil, bukanlah tidak mungkin. Sebab, khusus di DKI Jakarta, ada 4 deputi yang disiagakan.

Meski tak mendapatkan kursi presiden, seharusnya Partai Gerindra masih bisa berbangga diri karena ada kadernya yang dapat menduduki kursi gubernur ibukota negara. Ia optimistis bisa menduduki kursi orang nomor satu RI.

"Gerindra harusnya bangga dong punya Gubernur DKI. Nanti presidennya (dari) Gerindra. Tunggu gua," ucap Ahok.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi memprediksi, Jokowi yang bakal melantik Ahok. Karena saat pelantikan Ahok, Jokowi diprediksi sudah menyandang status baru, sebagai presiden ke-7.

"Kalau dari waktu, pengangkatan di timing presiden baru. Ahok jadi Plt Gubernur sampai SK diterbitkan. Ada usulan, DPRD dulu baru paripurna untuk Ahok jadi gubernur, lalu itu SK dari Pak Jokowi. Namun kemungkinan Mendagri bukan saya," jelas Gamawan.

Pelantikan oleh Jokowi bisa terjadi, menurut dia, karena pengusulan Ahok untuk jadi gubernur memerlukan waktu. Proses tersebut akan dikerjakan oleh DPRD DKI Jakarta. (Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya