Ahok: Saya Mau Bantu Buruh, Tapi Buruh yang Mana?

Ratusan buruh melakukan aksi unjuk rasa di Balaikota menuntut kenaikan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sebesar Rp 3,7 juta.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 04 Nov 2014, 19:39 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2014, 19:39 WIB
Ahok
Ahok (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan buruh sejak pagi hingga sore ini melakukan aksi unjuk rasa di Balaikota menuntut kenaikan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sebesar Rp 3,7 juta. Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menilai tuntutan tersebut tidak masuk akal.

Ahok menyatakan tak akan memenuhi tuntutan tersebut karena sangat tinggi. Apalagi, pemilik perusahaan bisa menarik investasinya bila upah buruh kembali dinaikkan dengan jumlah tinggi.

"Kita nggak mungkin bisa penuhi. Karena KHL nggak begitu. Kalau kamu cuma mau lakukan egoisme gitu ya bangkrut dong. Coba kamu survei saja sama buruh-buruh yang sungguh-sungguh mau kerja, mereka pilih berhenti dan pabriknya tutup atau menuntut segitu?" ujar Ahok di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (4/11/2014).

Ahok meragukan, aksi ratusan buruh yang rutin dilakukan selama beberapa pekan ini di depan halaman kantornya murni mewakili aspirasi buruh lain di Jakarta.

"Kadang kan itu aktivis-aktivis saja yang teriak- teriak seperti itu kan. Buruh asli gimana? Yang penting bagi kita pemerintah, gaji ini keseimbangan bersama, nggak bisa egois satu sektor," tegas Ahok.

Dia menegaskan, selalu mendukung dan membela buruh. Hal ini bisa bisa dibuktikan dari melonjaknya jumlah UMP yang hampir 2 kali lipat saat baru beberapa bulan memimpin Jakarta. Karena itu dia heran dengan tuntutan para aktivis Buruh yang selalu berdemo dan terus meminta kenaikan upah.

"Jadi mesti jelas. Kita mau membantu buruh, tapi buruh yang mana? Yang aktivis politik? Mesti jelas," kata dia.

Ahok menuturkan, bukan berarti tidak menyetujui kenaikan KHL bagi pekerja di DKI Jakarta, namun kenaikan tersebut harus logis dan mempertimbangkan kepentingan pihak pengusaha. Jangan sampai karena kenaikan upah yang terus melonjak drastis mengakibatkan para pengusahan terpaksa gulung tikar dan memindahkan investasinya dari Jakarta ke daerah lain.

"Yang penting ada jaminan pendidikan dan kesehatan bagi orang yang tidak mampu, siapin perumahan. Bukan nuntut segitu. Lihat yang demo-demo, bisa beli HP dan motor yang bagus-baguskan. Nah dia sih enak, tapi kalau pabrik yang ditutup gimana? Coba tanya yang ditutup," tegas Ahok.

Ia pun menilai, berdasarkan survei soal KHL yang ada di Jakarta, besaran upah buruh yang sesuai dan layak di Jakarta berkisar Rp 2,4 hingga 2,7 juta per bulan.‎

"Kalau survei KHL-nya Rp 2,4 sampai Rp 2,5 juta, ya naik 10 persen misalnya pikirkan inflasi bakal terjadi, ya paling jatuhnya Rp 2,7 juta. Dari mana dia dapat Rp 3,7 juta?" ucap Ahok. ‎

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di DKI tahun 2013 senilai Rp 2,2 juta. Berdasarkan itu, Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI 2014 pun sebesar Rp 2,4 juta. Apabila dinaikkan 30%, maka UMP DKI untuk 2015 diperkirakan menjadi Rp 3.120.000. (Yus)

Ahok Nikmati Alunan Dangdut Pendemo Buruh

Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok rupanya selama ini turut mengamati jalannya unjuk rasa yang dilakukan oleh massa dari serikat buruh melalui ruang kerjanya. Maklum saja, jarak antara tempat berkumpul massa di depan halaman Balaikota, hanya berjarak kurang lebih 100 meter dengan ruang kerja Ahok yang berada di lantai dua.

Di luar berbagai gugatan dan hujatan para buruh yang melakukan aksi unjuk rasa dalam dua minggu terakhir ini. Ahok mengaku cukup menikmati dan merasa terhibur dengan aksi tersebut. Sebab, setelah puas menghujat dan menyampaikan tuntutannya kepada Ahok, massa kerap memutar musik untuk menghilangkan ketegangan.

"Tapi gue senang, tahu nggak demo itu kayak radio. Habis ngoceh-ngoceh mereka terus putar dangdut. Enak kan. Jadi kita nikmati. Demen aku kayak gitu," ujar Ahok di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (4/11/2014).

Mantan Bupati Belitung Timur itu pun mengaku walau suara pengeras suara unjuk rasa tersebut sampai terdengar hingga ke ruang kerjanya, dirinya tidak sama sekali merasa terganggu oleh aksi buruh yang menuntutnya untuk menaikkan upah minimum mencapai Rp 3,7 juta. Sebab, dalam setiap hujatan yang disampaikan, para buruh juga memberi doa kepada dirinya.

"Yang menarik itu tadi, sesudah marah-marah dia ngerayu dan berdoa gugah hati Ahok supaya mau bantu. Ya macem-macemlah (yang menarik)," ucap Ahok sembari tertawa.

Ahok pun mengingat beberapa pernyataan perwakilan buruh saat menyampaikan orasi dalam aksi tersebut. Salah satunya dirinya disebut sebagai 'pendekar mulut' lantaran hanya bisa memberikan gertakan dan ancaman tanpa bisa membenahi berbagai masalah di Ibukota. Termasuk, masalah kesejahteraan buruh yang dianggap masih di bawah standar hidup layak.

"Tadi kan ada terdengar ada yang demo bilang Ahok cuma pendekar lidah, bukan pendengar sesungguhnya. Ya luh kasih gua waktu, kalau gua lawan semua kan gua bukan pendekar. Gua kan pendekar mulut bukan pendekar sungguhan," ucap Ahok sembari tertawa. (Ans)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya