Nasib Pilu 3 TKW di Aleppo Suriah

Berada di negera asing dalam kondisi perang Suriah menjadi tekanan berat bagi TKW tersebut.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 19 Des 2014, 07:00 WIB
Diterbitkan 19 Des 2014, 07:00 WIB
TKW Suriah
Staf KBRI Damaskus (kiri) mewancarai Apidah, TKW di Suriah.

Liputan6.com, Jakarta - Krisis berkepanjangan dan perang saudara di Suriah hampir 4 tahun berjalan. Selain masyarakat sipil Suriah yang menderita, juga ada Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang terjebak dalam konflik yang tak berujung itu. Berada di negera asing dalam kondisi perang menjadi tekanan berat bagi TKW tersebut.

Dubes RI di Damaskus, Djoko Harjanto, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (18/12/2014) menggambarkan kisah-kisah pilu yang dialami sejumlah TKW di negara konflik tersebut. Seperti TKW Apida. Wanita asal Indramayu itu sudah berada di Suriah sejak April 2011. Setelah 3 tahun lebih bekerja di Aleppo sebagai pembantu rumah tangga, sang majikan mengembalikannya ke agen. Sang majikan berasumsi agen itu akan memulangkannya ke negara asal.

Namun dengan sejumlah alasan, Agen tidak memulangkan Apidah. Setiap hari, dia hanya bisa menangis dan memohon agar segera dipulangkan. Apidah tinggal di kawasan Zahra, wilayah elit di Kota Aleppo yang sudah dikuasai tentara oposisi dan ISIL. Akibatnya daerah itu rentan kontak senjata ketika pemerintah menyerang lokasi tersebut.

Apidah pun merasakan hal itu. Saat berjalan ia terjerembab dalam kontak senjata. Helikopter tiba-tiba menembaki dari atas. Hujan peluru pun tak terelakkan. Dia pun masuk rumah sakit setelah punggungnya terkena serpihan kaca yang meledak.

Hal senasib dialami TKW asal Majalengka, Jawa Barat, Sapiah. Dia sudah bekerja lebih dari 3 tahun di Aleppo. Meskipun tak pernah terluka akibat peluru atau serpihan kaca, tetapi rumahnya sering terkena tembakan. Hal ini bukan sengaja ditembak, namun memang rumahnya itu berada di wilayah konflik yang diperebutkan antara FSA, ISIL dengan militer Suriah.

Ada lagi TKW bernama Ati Durrahman. Wanita berasal dari Subang, Jawa Barat ini juga sudah bekerja di Aleppo lebih dari 3,5 tahun. Ati bekerja di wilayah Zahra yang mana peluru dan mortir kerap dilihatnya. Bahkan saat pagi, dia bersama anak-anak di daerah itu bermain di jalan di depan apartemen mengumpulkan selongsong peluru hasil baku tembak tadi malam.

Apartemen tempat dia bekerja dipisahkan jalan dengan gedung apartemen di depannya, dan jalan itu adalah perbatasan antara wilayah kekuasaan Pemerintah Suriah dengan wilayah kekuasaan ISIL.

Di atas apartemen tempat Ati bekerja ada bendera Suriah berkibar, sedangkan di gedung seberang jalan sana bendera ISIL berkibar menantang.

"Kondisi yang dialami sebagian TKW tersebut membuat KBRI Damaskus lebih intens memberikan perlindungan para TKW dengan menariknya dari wilayah konflik. Hal ini merupakan bagian dari kepedulian dan tanggung jawab terhadap pelayanan, perlindungan serta bantuan hukum terhadap TKW di luar negeri" jelas Djoko. (Ali)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya