Kadispen TNI AL: Pesawat Bisa Meledak Tembus Awan Cumulonimbus

Menurut Kadispen TNI AL Simorangkir, pilot perlu tahu spesifikasi pesawat yang ia piloti terlebih dahulu sebelum menembus awan cumulonimbus.

oleh Oscar Ferri diperbarui 29 Des 2014, 16:16 WIB
Diterbitkan 29 Des 2014, 16:16 WIB
Ilustrasi Pesawat AirAsia hilang (4)
Ilustrasi Pesawat AirAsia hilang

Liputan6.com, Jakarta - Pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 hilang kontak Minggu 28 Desember 2014 pagi. Pesawat itu diketahui sebelum hilang sempat meminta izin kepada Air Traffic Controller (ATC) Bandara Internasional Soekarno Hatta untuk naik ketinggian dan berbelok kiri dari jalur.

Diduga, pesawat bertipe Airbus A320-200 itu meminta izin untuk menghindari awan. Kuat ditengarai awan itu adalah awan cumulonimbus, sebuah gumpalan awan raksasa nan tebal dan pekat yang paling ditakuti para penerbang.

Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AL Laksamana Pertama Manahan Simorangkir mengatakan, memang bukan perkara mudah untuk melewati awan cumulonimbus tersebut. Apalagi sampai harus menembusnya.

Menurut Manahan, pilot perlu tahu spesifikasi pesawat yang ia piloti terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan menembus awan cumulonimbus.

"Menembus awan cumulonimbus itu pilot harus tahu spesifikasi pesawatnya. Kemudian juga diatur kecepatannya berapa. Kalau salah dan spesifikasi pesawat tidak mumpuni bisa meledak‎ saat menembus awan cumulonimbus," kata Manahan di Markas Pusat Komando Operasi TNI AL (Puskodal), Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (29/12/2014).

Di samping itu, perlu juga ada keberanian dari pilot untuk menembus awan tersebut. Selain juga perlu adanya pemahaman pilot terhadap cuaca saat penerbangan berlangsung. "Kemudian, juga pilot mesti banyak berdoa,‎" kata dia.

TNI AL ikut membantu pencarian pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang kontak dengan mengirim 8 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI). Kedelapan KRI itu, yakni KRI Sutedi Senoputra, KRI Todak, KRI Bung Tomo, KRI Hasanuddin, KRI Pulau Rengat (kapal penyapu ranjau), ‎KRI Yos Sudarso, dan KRI Banda Aceh (kapal markas). ‎Kemudian diterjunkan juga 2 Kapal TNI AL (Manau dan Sambas), 2 helikopter, dan 2 pesawat patroli maritim (Maritime Patrol Aircraft/MPA) CN 235.

Selain itu, TNI AL juga turut menerjunkan tim khusus ke lokasi pencarian yang jadi titik duga hilangnya pesawat itu, yakni di kawasan Belitung. Manahan menjelaskan, tim khusus yang diterjunkan ke kawasan Belitung itu, yakni 1 tim penyelam TNI ALS, 1 tim Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL, dan 3 tim Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) Marinir TNI AL dengan Rubber Duck Operation (RDO).‎

Pesawat AirAsia rute Surabaya-Singapura hilang kontak dari Air Traffic Controller (ATC) Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu 28 Desember 2014 sekitar pukul 06.17 WIB. Pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 itu take off dari Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur pukul 05.20 WIB, dan seharusnya tiba di Bandara Changi, Singapura pukul 08.30 waktu setempat.

Pesawat jenis Airbus A320-200 dengan register PK-AXC itu dipiloti Kapten Iriyanto dan Remi Emmanuel Plesel, serta 4 awak kabin, yakni Wanti Setiawati, Khairunisa Haidar Fauzi, Oscar Desano, Wismoyo Ari Prambudi, dan 1 teknisi bernama Saiful Rakhmad.

Pesawat AirAsia itu berpenumpang 155 orang, terdiri atas 138 penumpang dewasa, 16 penumpang anak-anak, dan ‎1 bayi. Penumpang didominasi dari warga negara Indonesia, 1 WN Singapura, 1 WN Inggris, 1 WN Malaysia, dan 3 WN Korea Selatan. (Riz/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya