Liputan6.com, Pangkalan Bun - RSUD Imanuddin, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dalam beberapa hari terakhir jadi rumah sakit tersibuk. Sebab, setiap jenazah penumpang Pesawat AirAsia QZ8501 yang berhasil dievakuasi, dibawa ke RSUD Imanuddin untuk identifikasi awal.‎
Satu per satu jenazah korban AirAsia QZ8501 berdatangan sejak hari ke-3 pencarian pesawat yang hilang pada Minggu 28 Desember 2014 itu. Bahkan pada Sabtu 3 Januari 2015, 8 jenazah datang sekaligus dari Lanud Iskandar, Pangkalan Bun.
Lantaran sudah berhari-hari di laut, jenazah umumnya mulai membusuk. Jenazah yang dibungkus kantong jenazah dikeluarkan dari mobil ambulans menggunakan ranjang dorong. Para petugas pun bergerak secepat mungkin membawa ranjang dorong tersebut ke dalam rumah sakit.
Di saat itu, cairan-cairan tubuh dari beberapa jenazah berceceran ke lantai. Kuning dan baunya menyengat. Pengunjung atau pasien di dekatnya langsung menjauh sembari menutup hidung.‎ Ada yang menggunakan masker, baju, atau telapak tangan.
Membersihkan cairan jenazah dan menghilangkan bau tak sedap di lantai bukanlah pekerjaan gampang. Dua petugas kebersihan RSUD Imanuddin, Sarinah (23) dan Anis Neni Yulianti (39), membersihkan ceceran cairan jenazah dengan menyemprotkan desinfektan dan pemutih ketika ranjang dorong jenazah lewat.
Keduanya pun menggunakan‎ masker dan sarung tangah. "Harus pakai cairan pemutih. Kalau hanya cairan pembersih masih menyengat baunya," kata Sarinah.
Tantangannya tak cuma lantai harus bersih. Sarinah dan Anis juga harus melawan rasa mual. Masker 2 lapis yang mereka kenakan sering gagal menghalau bau tak sedap.
Usai membersihkan lantai sampai bersih dan tak berbau, kedua wanita yang bekerja sejak 2012 di RSUD tersebut langsung mencuci kain pel yang digunakan. Juga sampai bersih dan tak berbau.
>>Upah 2 Kali Lipat>>
Advertisement
Upah 2 Kali Lipat
Upah 2 Kali Lipat
Terkait pekerjaannya ini, terutama saat jenazah-jenazah korban AirAsia QZ8501 tiba, Sarinah dan Anis mengaku tak khawatir terjangkit penyakit akibat bakteri dari cairan-cairan jenazah itu. "Memang diberi sarung tangan, tapi saya tidak bisa karena gatal-gatal. Kulit saya kan alergi," ujar Anis.
Setiap hari, Sarinah, Anis, dan teman-teman seprofesinya sudah mulai bekerja sejak pukul 05.00 WIB dan selesai pada pukul 20.00 WIB. Setelah kedatangan jenazah korban AirAsia QZ8501, pekerjaan mereka memang bertambah berat. Mereka harus menyiapkan kain pel, pemutih, serta perlengkapan seperti masker yang sudah dioles minyak kayu putih dan sarung tangan.
"Biasanya tugas mengepel lantai hanya sekali sehari, tapi ini berkali-kali. Setelah mengepel, menunggu lagi jenazah yang datang," kata Anis.
Sebagai petugas kebersihan, Sarinah dan Anis mendapat upah Rp 25 ribu per hari. Tapi, terkait pencarian dan evakuasi Pesawat AirAsia ini, mereka mendapat upah lebih dari 2 kali lipat.
Hingga kini, ibu dengan satu anak berusia 3 tahun itu, tidak tega untuk melihat langsung jenazah korban pesawat AirAsia. "Apalagi waktu kemarin ada jenazah anak kecil. Tidak tega melihatnya, karena seperti melihat anak sendiri," ujar Sarinah. (Sun/Yus)
Advertisement