Kodam Jaya Didesak Atasi Trauma Anak Kompleks Siliwangi

Jajaran Kodam Jaya menertibkan puluhan rumah pensiunan TNI AD di komplek Batalyon Siliwangi, Jakarta.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 09 Jan 2015, 12:47 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2015, 12:47 WIB
 Kompleks Batalyon Siliwangi Ditertibkan
Pengosongan Asrama Batalyon Siliwangi di Cililitan, Jakarta Timur, Kamis (8/1/2015). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Proses penertiban puluhan rumah pensiunan TNI AD di kompleks Batalyon Siliwangi, Cililitan, Jakarta Timur pada 6 Januari 2015 oleh Kodam Jaya dikhawatirkan  menyisakan trauma bagi anak-anak. Banyak dari anak-anak itu yang melihat sendiri tindak kekerasan yang dialami orangtua mereka.

Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait menilai, strategi penertiban yang dilakukan jajaran Kodam Jaya kurang tepat. Dia mengatakan, Kodam Jaya tidak perlu mengerahkan ribuan prajurit untuk melakukan pengosongan

"Ini yang tidak dipikirkan Kodam Jaya. Tidak perlu mengerahkan 2.700 orang untuk melakukan pengosongan. Strategi itu tidak tepat dan menimbulkan trauma takut tentara," ujar Arist setelah menerima laporan dari warga di kantornya, Jakarta, Jumat (9/1/2015).

Menurut Arist, Kodam Jaya seharusnya juga memikirkan psikologis anak-anak. Tindakan itu membuat stigma di pikiran anak-anak tentara menakutkan. Padahal, bukan tidak mungkin anak-anak ini akan menjadi tentara nantinya.

"Mereka ini masa depan juga. Jangan sampai mereka justru berpikiran tentara itu menakutkan," jelas dia.

Karena itu, Arist meminta Kodam Jaya menyiapkan tim untuk melakukan pemulihan trauma anak-anak yang tinggal di Kompleks Batalyon Siliwangi. Sebab, bagaimana pun juga trauma terjadi karena adanya pengosongan yang dilakukan Kodam Jaya.

"Tentu trauma harus cari soalusi. Harus siapkan psikoterapi sosial. Ini tidak bisa tidak, karena ini institusi Kodam Jaya, ini bukan oknum," tandas Arist. (Ndy/Sss)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya