Liputan6.com, Jakarta - Ibukota Jakarta dalam beberapa hari terakhir disibukan dengan pagelaran Konferensi Asia-Afrika (KAA). Selain di Jakarta, forum internasional itu juga akan digelar di Bandung, Jawa Barat. Di kota yang terkenal dengan sebutan Kota Kembang itu menyimpan cerita bersejarah tentang jalan panjang keberlangsungan KAA.
Di Jalan Asia-Afrika, Bandung, tepatnya. Berdiri sebuah Gedung yang pernah digunakan sebagai tempat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika tahun 1955, yakni Gedung Merdeka.
Gedung yang dibangun pada 1895 ini dahulunya dinamakan Societeit Concordia. Pada sekitaran tahun itu, Gedung Merdeka kerap digunakan sebagai tempat rekreasi oleh' solialita' asal Belanda yang berdomisi di kota Bandung dan sekitarnya.
Mereka adalah para ekspatriat, perwira, pembesar, pengusaha, dan kalangan lain yang cukup kaya. Pada hari libur, terutama malam hari, gedung ini dipenuhi oleh mereka untuk berdansa, menonton pertunjukan kesenian, atau makan malam.
Pada kala itu, Societeit Concordia menjadi ikon rasisme dari masyarakat Belanda, karena pada masa pendudukan Belanda terdapat larangan keras bagi warga pribumi untuk masuk ke dalam area gedung.
Usai Belanda takluk, Gedung Societeit Concordia sempat direnovasi menjadi pusat kebudayaan Jepang. Kala itu, Jepang mengganti nama gedung itu dengan sebutan Dai Toa Kaman.
Selanjutnya: Gedung Merdeka
Gedung Merdeka
Gedung Merdeka
Pada tahun 1954 melalui keputusan pemerintah, Bandung ditetapkan sebagai tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika untuk pertama kalinya. Dan Gedung Societeit Concordia terpilih sebagai tempat konferensi tersebut. Alasannya, gedung itu kerap kali menjadi tempat pertemuan dan tertelak di lokasi yang dianggap strategis.
Dengan dipilihnya gedung Societeit Concordia sebagai tempat berlangsung KAA untuk pertama kalinya, otomatis seluruh bangunan gedung mulai dipugar. Namanya pun sengaja dirubah menjadi Gedung Merdeka. Hal ini guna menyesuaikan kebutuhan sebagai tempat konferensi bertaraf international.
Sebanyak 29 negara pada 18 April 1955 mengirimkan wakilnya pada KAA yang pertama. Presiden RI saat itu, Soekarno yang memimpin langsung KAA.
'Let a new Asia and a new Afrika be born'. Mari kita lahirkan Asia baru dan Afrika baru. Inilah judul pidato Bung Karno di hadapan peserta KAA. Pidato yang berapi-api menyentak dan berani, menggugah semua peserta konfrensi. KAA yang pertama ini akhirnya menghasilkan momentum hadirnya kekuatan baru selain Blok Barat dan Blok Timur.
"Di titik ini bahkan lebih radikal lagi, Konferensi Asia-Afrika itu telah melahirkan negara-negara merdeka, negara-negara baru bahkan sampai 79 negara. Satu hal di Asia Afrika yang tidak mungkin itu terbayangkan saja tidak, apalagi bisa terlaksana kalau tidak ada Konferensi Asia Afrika," kata sejarawan JJ Rizal.
Sejak sukses menjadi tempat perhelatan KAA, mulai pada tahun 1970 gedung ini digunakan untuk berbagai perhelatan nasional dan internasional. Kemudian pada 1980, Presiden Soeharto meresmikan seluruh kompleks Gedung Merdeka sebagai Museum Konferensi Asia Afrika. (Han/Ein)
Advertisement