69 Tahun RI Merdeka, Pulau Enggano Gelap Gulita Saat Malam Tiba

Warga berharap tak ada pengecualian meskipun berada di pulau terluar dan terpencil, mereka juga memiliki KTP Indonesia.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 10 Mei 2015, 00:44 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2015, 00:44 WIB
Pulau Enggano Bengkulu Disiapkan Sebagai Pengganti Nusakambangan
Letak Pulau Enggano yang sangat jauh di tengah samudra dan dekat dengan Australia, membuat orang sering salah sangka.

Liputan6.com, Bengkulu - Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah berjalan selama 69 tahun rupanya belum dirasakan warga Pulau Enggano yang tercatat sebagai pulau terluar bagian Barat Indonesia di Samudera Hindia.

Sebanyak 800 kepala keluarga yang mendiami enam desa di kecamatan Enggano, saat ini harus merasakan suasana gelap gulita saat malam tiba. Kondisi ini sangat kontras dengan suasana di wilayah Indonesia lain.

Kepala Desa Banjar Sari, Julian Sinus bersama kepala Desa Apoho, Redy Heloman mengatakan bahwa mereka sangat mendambakan penerangan Listrik negara yang dibangun oleh pemerintah. Karena itu, masyarakat berharap PLN Wilayah Bengkulu untuk membangun penerangan di Kecamatan Enggano.

"Kami berharap PLN Bengkulu bisa membangun penerangan di Pulau Enggano, agar kami bisa merasakan penerangan seperti di daerah lainnya di Indonesia ini,” ujar Julian Sinus ketika dihubungi lewat telepon, Sabtu (9/5/2015)

Menurut Julian, selama ini warga Enggano sama sekali tidak diperhatikan pemerintah pusat terutama mengenai penerangan. Padahal Indonesia sudah lama merdeka. Pihaknya berharap tidak ada pengecualian, meskipun berada di pulau terluar dan terpencil, mereka juga memiliki Kartu Tanda Penduduk Republik Indonesia.
 
Sebanyak 2.760 warga Enggano dan 843 KK di enam desa di Pulau Enggano merasa sangat jauh tertinggal dari daerah lainnya. Tak hanya soal penerangan, jalan dan fasilitas lainnya juga tertinggal.

Di sisi lain memang sudah ada penerangan di Pulau Enggano yakni listrik tenaga surya. Hanya saja waktu operasionalnya sangat terbatas yaitu pukul 18.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB. Aartinya hanya enam jam sehari PLTS tersebut hidup, setelah itu seolah tidak ada kehidupan di Enggano.

"Kami berhak mendapatkan fasilitas dan pelayanan dari negara seperti masyarakat lainnya, bukan seolah dianaktirikan seperti selama ini," jelas dia yang diamini Kades Ka’ana, kahyapu, Malakoni dan Kades Meok.

Kepala Cabang PT PLN Bengkulu Jony Pagar Alam mengatakan, pihaknya sudah pernah mengusulkan pembangunan solar cell komunal ke kementerian ESDM tahun 2012. Hanya saja hingga kini belum ada kejelasan.

"Kami juga sudah pernah survei calon pelanggan dan rencana jaringan sudah pernah dilakukan pada 2013," jelas Jony.

Pihaknya juga pernah mengusulkan ke kementerian pada saat itu sebanyak 1 Mega Watt untuk masyarakat Enggano. Karena potensi KK yang mencapai lebih dari 800 KK lebih di enam Desa di kecamatan Enggano.  

"Kami juga ada program untuk masyarakat Enggano dan sekarang sedang dalam pembahasan, mudah-mudahan dalam tiga bulan kedepan bisa diagendakan untuk mengunjungi masyarakat Enggano," pungkas Jony.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya