Survei: Kemacetan Masih Jadi Masalah Mendesak di Jakarta

Ada sebanyak 31,8% responden yang menyatakan permasalahan paling mendesak di DKI Jakarta yang harus diselesaikan adalah kemacetan.

oleh Oscar Ferri diperbarui 16 Jun 2015, 15:57 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2015, 15:57 WIB
Gawat! Kecepatan Berkendara di Jakarta Hanya 5 Km/jam
Kendaraan terjebak kemacetan di kawasan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (4/6/2015). Data dari BPS menyebutkan, saat ini kecepatan rata-rata berkendara di Jakarta pada pagi hari di hari kerja hanya berkisar 5 km per jam. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kemacetan masih menjadi masalah utama di DKI Jakarta. Masyarakat mulai muak dengan masalah tersebut. Ini tercermin dalam hasil survei Periskop Data.

Pada survei tersebut, masyarakat menilai macet merupakan masalah yang paling mendesak untuk diatasi oleh duet Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama dan Wakilnya, Djarot Saiful Hidayat. Ada sebanyak 31,8% responden yang menyatakan permasalahan paling mendesak di DKI Jakarta yang harus diselesaikan adalah kemacetan.

"Permasalahan yang paling mendesak untuk segera diselesaikan adalah kemacetan, banjir, narkoba, sembako mahal, dan sulitnya lapangan pekerjaan atau pengangguran,‎" kata Direktur Eksekutif Periskop Data, Muhammad Yusuf Kosim, dalam jumpa pers hasil survei di kawasan Menteng, Jakarta, Selasa (16/6/2015).

Permasalahan mendesak lainnya, soal penanggulangan bencana alam seperti banjir, sebanyak‎ 16,2% dan meningkatnya narkoba 7,6%. Kemudian diikuti permasalahan harga kebutuhan pokok yang mahal 7,4%, sulitnya lapangan pekerjaan 7,2%, kondisi jalan rusak 4,4%, kemiskinan 3%, pengelolaan sampah 3%, dan korupsi 2,4%.

Sementara, responden yang menilai meningkatnya kriminalitas merupakan persoalan yang harus diselesaikan Ahok-Djarot ada 2,2%, keamanan belum terjamin 1,4%, sarana transportasi 1,0% dan masalah lainnya 1,0%.

"Yang tidak tahu atau yang tidak menjawab 7,4%," ujar Kosim.

Pada survei ini, Periskop Data menggunakan metode multistage random sampling. Pelaksanaan survei dilaksanakan pada 1-7 Juni 2015 dengan melibatkan 500 responden.

Survei ini dilakukan di seluruh wilayah DKI Jakarta yang tersebar di 6 kabupaten/kota meliputi, Jakarta‎ Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu. Secara statistik, sampel 500 responden dari tingkat populasi Jakarta memiliki margin of error sebesar plus minus 4,4%. (Bob/Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya