Menlu: 2 WNI Korban Bom Thailand Tengah Berwisata

Namun Retno menyatakan belum dapat informasi lebih detail terkait 2 WNI tersebut. Termasuk alamat rumah mereka di Tanah Air.

oleh Oscar Ferri diperbarui 18 Agu 2015, 14:32 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2015, 14:32 WIB
Indonesia Kecam Serangan Bom di Sana'a
Menlu RI Retno Marsudi dan Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Yuri Octavian Thamrin memberikan keterangan kepada wartawan usai Pertemuan Tingkat Menteri Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika di JCC, Jakarta, Senin (20/4/2015). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri mengonfirmasi 2 warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban ledakan bom di depan Kuile Erawan, Bangkok, Thailand,‎ Senin kemarin. Keduanya adalah HI (61) mengalami luka, dan istrinya, LLT (61) meninggal dunia.

Menteri Luar Negeri‎ (Menlu) Retno LP Marsudi mengatakan, sejauh ini informasi yang diterima menyebutkan, 2 WNI itu tengah berwisata di Thailand ketika bom tersebut meledak.

"(Mereka) lagi berwisata," ucap Retno di Kantor Kemenlu, Jakarta, Selasa (18/8/2015).

Namun Retno menyatakan belum dapat informasi lebih detail terkait 2 WNI tersebut. Termasuk alamat rumah mereka di Tanah Air.

‎Menurut Retno, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah mengatur pemulangan jenazah LLT ke Tanah Air. Mengingat, anak dari pasangan suami-istri itu juga tengah berada di Negeri Gajah Putih.

"Anak dari pasangan ini lagi di Bangkok juga, jadi kita akan atur (pemulangan jenazah) sehabis ini," pungkas Retno.

Sebuah bom meledak di keramaian depan Kuil Erawan, Bangkok, Thailand, Senin 17 Agustus 2015 kemarin. Sudah ada 22 orang yang dinyatakan tewas, termasuk 8 warga asing. 2 Di antaranya merupakan WNI, yakni HI (61) dan LLT (61). HI mengalami luka di bagian kepalanya, sedangkan istrinya meninggal dunia.

Belum diketahui pasti siapa yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Begitu juga motif di balik peristiwa berdarah tersebut.

Sejak 2006 silam, Bangkok menjadi saksi bisu pergolakan politik di Thailand, yang berujung pada 2 kudeta. Sampai insiden kemarin, jarang sekali ada warga asing yang terjebak dalam pertumpahan darah.

Kudeta paling anyar terjadi pada 2014, yang menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra --menyusul demonstrasi besar-besaran yang berlangsung 4 bulan.

Thailand juga didera masalah pemberontakan pihak Selatan, di dekat perbatasan dengan Malaysia. Sudah 6.400 orang tewas dalam konflik, mayoritas adalah rakyat sipil. (Rmn/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya